PROLOG

4.1K 117 3
                                    

𝄂𝄙𝆪𝄚𝅦𝄚ㅤ𝄞. Antagonis

Ini bukan mengenai transmigrasi. Bukan juga mengenai kehidupan kedua. Ini hanya cerita dari seseorang yang kerap diberi titel "antagonis" hanya karena melakukan hal yang kurang tepat.

🦋

🦋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










° ° °

"Airysia Princessa Fraulens!"

"Apa?!" Sahutan dengan nada kelewat ketus itu membuat lelaki jangkung di sana menggeram. Emosinya benar-benar sudah di ujung kepala. Bicaranya bisa jadi tidak terkendali selama gadis itu masih saja menjawabnya dengan wajah menantang.

"Minta maaf dan akui kesalahan kamu."

"Aku nggak salah, Bang! Aku nggak akan dorong cewek itu kalo dia nggak cari gara-gara!" Gadis bernama Airys itu menatap sengit, napasnya memburu. Ia menunjuk seragam putihnya yang sudah kotor karena tumpahan kuah bakso. "Liat! Dia udah main nabrak aku sampai baju aku basah dan bau! Abang masih mau salahin aku?"

Reiga mendesis melihat aduan adiknya. Ia bukan tidak memperhatikan itu. Hanya saja poin yang tengah ia jadikan bahan persidangan saat ini adalah mengenai action Airys dalam menghadapi masalah.

"Apa harus dengan cara dorong gadis itu sampai dahinya luka?" tanyanya dengan nada rendah.

"I don't give a fuck about it!"

"Airys! Jaga bicaramu!"

"Aku nggak peduli!" Airys masih mempertahankan tatapan nyalangnya meski diam-diam harus menahan kejerian melihat wajah penuh amarah Reiga. Matanya yang tajam dan rahang mengeras itu cukup mengerikan. Tapi Airys benar-benar tidak terima jika harus disalahkan begini. "Aku nggak akan main kasar kalo bukan disenggol duluan. Aku nggak akan minta maaf karna aku nggak salah! Bang Reiga nggak tahu kulit aku perih dan panas kena kuah bakso, kan?! Aku harus nahan sakit dari tadi. Tapi Bang Reiga justru nyalahin aku terus!"

"Airys───"

"Kenapa? Abang suka sama cewek itu?! Iyakan! Sampai-sampai aku nggak diperhatikan!"

"Jangan sembarang bicara, Airys!"

"Aku nggak peduli!"

"Airys dengar───"

"You don't care, Damn it!" Airys mengusap ujung matanya yang terasa basah. Ia bisa melihat tatapan bersalah di mata Reiga yang mulai melembut. Gadis itu berdecak, ia sudah telanjur dongkol setengah mampus. "Aku pergi!"

"AIRYSIA!!!"

- ANTAGONIS -

"Thanks Kak Vio, aku mau langsung ke kelas," ujarnya seraya mengancingkan baju. Gadis itu lantas turun dari brankar di UKS. Ia sudah berganti baju setelah tadi beli di koperasi sekolah. Dan sekarang ia hendak keluar dari ruangan sebelum suara lembut menghentikan langkahnya.

"Jangan terlalu dipikirin soal sikap Reiga."

Gadis yang hendak keluar itu Airys, ia membuang muka begitu mengingat obrolan sengit dengan Reiga sebelum ia ke UKS. "Penginnya sih nggak diinget, tapi ingatanku aja yang terlalu kuat."

Violette Rose Melody. Gadis dengan jubah putih pertanda sedang ditugaskan menjaga UKS itu menghela napas. Ia tersenyum tipis dan mengusap bahu Airys lembut. "Kakak paham, tapi kamu jauh lebih tau Reiga. Dia paling susah mengendalikan emosi. Oh iya, jangan lupa oles salepnya secara rutin ke kulit kamu yang kemerahan. Tiga sampai satu minggu bekasnya bakal pudar, kok."

Airys menatap cukup lama sampai akhirnya mengangguk, menurut. Dan di saat itu, Violette merasa gemas melihat gadis yang sudah dianggapnya adik itu terlihat begitu polos.

"Soal Reiga?"

"Aku tau, tapi aku cukup kesal karna Bang Reiga selalu nyudutin aku soal kejadian tadi."

Kejadian di kantin HIS tepatnya, di jam pertama istirahat. Seperti adegan klise di mana pemeran antagonis dan protagonis bertemu. Sialnya, Airys sudah terlalu getol dicap sebagai pemeran antagonisnya. Sementara Isabella sebagai si protagonis.

Hanya Airys tidak habis pikir. Dari sekian banyak penghuni kantin, kenapa tidak ada yang melihat jika Isabella yang sengaja menabrak sementara dirinya yang sebenarnya adalah korban? Apa hanya karena sikap defensive Airys yang memarahi Isabella di kantin lantas berarti dia yang salah?

Kulit perutnya terasa sangat perih dan panas akibat kuah bakso Isabella, bukan salahnya jika Airys marah dan memaki Isabella di Kantin, kan? Sampai puncaknya ia tidak tahan dan mendorong Isabella sampai terjatuh. Yang sialnya lagi dahi gadis itu terbentur sampai sedikit berdarah.

Catat, se ─── di ─── kit.

"Kakak nggak akan menyalahkan perasaan kesal kamu, karena kamu berhak atas perasaan kamu, Airys. Kakak hanya minta kamu jangan terlalu pikirkan hal itu. Dan sekarang Kakak yakin, Reiga lagi khawatirin kamu," kata Violette.

Khawatir, ya? Airys diam, ia juga ingat tatapan bersalah Reiga untuknya sebelum ia memutuskan untuk pergi.

"Aku nggak terlalu mengharapkan itu, dan aku nggak peduli."

Rasa kecewanya masih sangat kental. Bagaimana Reiga lebih percaya dari sudut pandang orang-odang dibanding dirinya sendiri. Airys cukup paham awalnya, mungkin titel Reiga sebagai mantan ketua OSIS dan di tahun ini menjabat Leader Adiwiyata sekolah, membuat dia harus tegas. Tapi tetap saja, itu lebih terlihat seperti Reiga yang hanya membela Isabella sementara dirinya sebagai satu-satunya tersangka.

Violette mengangguk. "Ya sudah, kalo perlu sesuatu hubungin kakak aja. Kebetulan ke depannya jam kosong. Atau kamu mau pulang aja? Biar istirahat."

"Aku nggak pa-pa. Ada ulangan Kimia di jam terakhir. Thank you, Kak Vio," ucap Airys, ia akan memilih istirahat di kelas dan mengikuti jam pelajaran kendati mood-nya itu sedikit tidak baik. Belum berhasil membuka pintu, ia teringat akan sesuatu. Kepalanya menoleh dan ia bisa melihat Violette yang tengah beberes di sana. "Aku nggak tau apa yang sebenarnya terjadi antara Kak Vio dan Bang Reiga. Tapi aku berharap kalian balik lagi."

Setelah mengatakan itu, ia berlalu. Menyisakan Violette yang terdiam dengan tatapan ke arah terakhir kali Airys terlihat.












 Menyisakan Violette yang terdiam dengan tatapan ke arah terakhir kali Airys terlihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

7 Sept, 24.

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang