ਏਓ⠀࣪𓈒 Tigaempat

665 50 6
                                    

Langsung lanjut bab 35, ya! ♥️

"Pasien kehilangan banyak darah, tapi untungnya baik pihak BDRS dan UTDRS memiliki ketersediaan darah dengan golongan B, sehingga dengan cepat pasien dapat tertangani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pasien kehilangan banyak darah, tapi untungnya baik pihak BDRS dan UTDRS memiliki ketersediaan darah dengan golongan B, sehingga dengan cepat pasien dapat tertangani."

"Tapi selain itu, ada hal lain yang harus saya sampaikan. Benturan keras di kepala yang terjadi berulang kali menyebabkan pendarahan otak sehingga suplai darah dan oksigen ke otak menjadi terhenti. Saya sangat menyesal karena harus menyampaikan bahwa pasien atas nama Tiffany Aubrella dinyatakan koma."

"Rei, kita harus segera kasih tau keluarga Tiffany." Violette menatap Reiga dengan tatapan rumit. Gadis itu teringat pesan Tiffany supaya persoalannya tentang Airys tidak sampai terdengar Melinda. Tapi jika sudah dalam situasi seperti ini. Maka mau tidak mau Melinda tetap akan mendengar kabar buruk, kan?

Bahkan mungkin jauh lebih buruk. Sebab putrinya dalam keadaan koma.

"Aku bakal hubungi orangtuanya," jawab Reiga setelah lama berdiam diri.

"Melinda?"

"Bukan," katanya pelan. "Tapi Galih."

Airys duduk termenung ketika kata demi kata yang disampaikan dokter berputar di kepalanya. Sefatal itu, ya? Tapi mengingat kondisi Tiffany saat ditemukan di toilet, Airys merasa bersyukur karena sampai detik ini gadis itu masih bertahan.

Di tengah kemelut pikirannya, ia merasakan sebuah usapan lembut di dahi. "Jangan terlalu banyak berpikir, Princessa. Keningmu sampai berlipat."

"Asa, aku───"

"Hm?" Arsha tersenyum menenangkan. Ia menatap Airys lembut. "Mengkhawatirkan gadis itu?"

Airys mengangguk. Arsha tidak bisa menahan desisan dingin. Ia bukan tidak tahu bahwa Tiffany Aubrella sudah berbuat buruk terhadap gadisnya.

"Kamu memaafkannya?"

"Ya," katanya pelan. "Dia mau mengakui kesalahan dan mencoba perbaiki semuanya. Dia membiarkan entitasnya dibenci seluruh murid, Asa."

"Jika kamu memaafkannya, maka saya akan melepaskan gadis itu." Kening Airys mengernyit mendengar ucapan Arsha.

"Maksud kamu?"

Tapi Arsha tidak menjawab, lelaki itu justru bangkit dan menatap Airys dengan sebuah uluran tangan.

"Kamu melewatkan jam makan, Princessa," ujarnya. Tatapan Arsha berubah datar saat melihat gelengan samar. "Saya tidak terima penolakan. Terima uluran tangan saya, atau kamu mau saya gendong, hm?"

Airys membola. Arsha memang menyebalkan bahkan di situasi semacam ini! Ia tidak mungkin digendong lelaki itu dan disaksikan presensi lain di sana. Maka terpaksa Airys menyambut uluran tangan Arsha, membuat seringai tercipta di sana.

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang