ਏਓ⠀࣪𓈒 Tigapuluh

762 58 2
                                    

Langsung aja, ya!

Airys memperhatikan tiap sudut ruangan di ruang tengah mansion Jayendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Airys memperhatikan tiap sudut ruangan di ruang tengah mansion Jayendra. Sampai saat ini, ia masih belum tahu marga Jayendra itu apa. Keluarganya bahkan tidak terlihat sama sekali. Hanya ada bawahan yang bekerja dan berjaga. Membuat kepalanya tercipta asumsi jika cowok itu hanya tinggal sendiri di Indonesia.

Ia tidak jadi makan, Airys hanya meminta beberapa camilan sehat dan sudah habis dia makan. Tidak nyaman jika harus makan berat di tempat orang asing. Benar, Jayendra di matanya masih lah sosok asing. Itu sebabnya Airys merasa canggung sekaligus sedikit was-was.

"Lo tunggu di sini dulu, gue mau ganti baju santai." Arah matanya tertuju pada Jayendra. Cowok itu berada di anak tangga pertama. "Kalo lo mau keliling, lo bisa minta bantuan siapa pun. Tawaran gue akan tetap berlaku, Cantik."

Airys balas mendengkus. Sementara Jayendra sudah terkekeh di sela langkahnya ke atas.

Airys kembali menjadi pengamat. Entah berapa lama ia betah mengamati mansion minimalis milik Jayendra. Matanya selalu mengedar dengan jeli. Tiba di salah satu bingkai besar pada wall moulding, Airys mendekat dan membaca ukiran nama di sana. Itu foto anak kecil yang Airys duga adalah Jayendra.

Jayendra Wang Rykel.

"Wang?" monolognya.

"Lo pasti kaget ya marga gue Wang?" Airys menoleh begitu suara Jayendra terdengar. Cowok itu terlihat dengan setelan kasual miliknya. Entah sejak kapan Jayendra tiba di sini. Airys tidak mendengar langkah cowok itu saat turun tangga. Atau bunyi seperti lift. "Atau lo aneh karena marga gue justru di tengah-tengah?"

"Lo keturunan China?"

"Muka gue nggak mendukung?" Jayendra bertanya balik.

"Jujur, kurang. Yang paling menonjol adalah mata almond lo."

Jayendra terkekeh. Cowok itu duduk di sofa dengan santainya. "Gue bukan asli China, tapi Hong Kong. Sebagian besar penduduk Hong Kong adalah etnis Tionghoa. Termasuk keluarga dari bokap gue yang bermarga Wang."

"Banyak yang nggak akan ngira kalo gue keturunan Hong Kong." Bahu cowok itu mengendik tak acuh. "Gen gue emang lebih kental dari nyokap. Beliau orang Indonesia asli. Meski begitu, gue seneng bokap sama nyokap nikah. Karena dengan begitu gue bisa terlahir jadi seganteng ini."

"Lo terlalu narsis."

Jayendra terkekeh kecil. "Itu bentuk self love gue, Airys. Kalo gue boleh jujur, lo itu hasil yang sempurna. Bokap lo Amerika? Dan nyokap lo Indo juga Korea. Gue nggak tau kalo perpaduan tiga negara bisa menghasilkan bidadari kaya lo."

Bukannya tersipu, Airys justru balas berdecak. "Keluarga lo di mana sekarang? Mereka di Hong Kong?"

"Hm," gumam Jayendra. Cowok itu menatap penuh arti. "Mereka jarang ke Indo. Kalo ketemu, gue yang lebih sering nemuin mereka di sana. Ada banyak hal yang mereka urus, termasuk tikus-tikus nakal."

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang