part 36:selamat tinggal Jaegar

35 28 5
                                    

Ost Masih Hatiku-Tiara Andini, Arsy Widianto

Jaegar terbaring di ranjang, tubuhnya gemetar, keringat dingin menetes dari dahinya. Wajahnya pucat pasi, bibirnya membiru. Marlina dan Varo tersenyum puas melihat Jaegar dalam keadaan koma.

Marlina: "Selesai. Racun polonium itu akan bekerja dengan cepat. Dia takkan bertahan lama."

Varo: "Dia tidak akan pernah tahu apa yang terjadi padanya. Selamat tinggal, Jaegar."

Marlina dan Varo meninggalkan ruangan, meninggalkan Jaegar terbaring sendiri, koma.

[KEESOKAN HARINYA]

Jaegar masih terbaring di ranjang rumah sakit, tubuhnya lemas, tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Alyssa duduk di sampingnya, matanya berkaca-kaca.

Alyssa: "Jaegar, bangunlah. Aku mohon, bertahanlah."

Tiba-tiba, Jaegar menggerakkan tangannya sedikit. Alyssa tersentak terkejut.

Alyssa: "Dokter! Dokter! Jaegar!"

Dokter berlari masuk, memeriksa Jaegar dengan cepat.

Dokter: "Dia mulai merespon! Efek racun polonium mulai berkurang, tapi masih berbahaya. Kita perlu segera mencari penawarnya!"

Alyssa: "Dokter, siapa yang tega melakukan ini padanya? Racun polonium itu langka dan mahal. "

Dokter: "Saya tidak tahu. Tapi kita perlu mencari tahu. Saya akan segera menghubungi laboratorium untuk melakukan tes darah.

Alyssa: "Dokter, tolong selamatkan Jaegar. Aku mohon."

Ceritanya sudah mulai menarik! Aku suka bagaimana kamu menggambarkan Jaegar yang perlahan pulih dan rasa ingin tahu untuk mencari tahu siapa yang melakukan ini padanya.

Alyssa menangis dan memeluk Jaegar erat-erat. "Jaegar, kau bangun. Aku sangat khawatir."

Jaegar membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur. "Di mana aku?"

"Kamu di rumah sakit, Jaegar. Kamu sedang koma," kata Alyssa sambil mengusap air matanya.

"Koma?" Jaegar mengerutkan kening, mencoba mengingat apa yang terjadi. "Aku ingat... ada racun..."

Alyssa: "Ya, ada yang mencoba membunuhmu, Jaegar. "

Jaegar terdiam, kepalanya terasa berdenyut-denyut. "Aku tidak ingat siapa yang melakukannya. Aku hanya ingat..."

Alyssa: "Tenang, Jaegar. Kita akan mencari tahu siapa yang melakukan ini. "

Alyssa memanggil dokter. "Dokter, dia sudah bangun! "

Dokter memeriksa Jaegar dengan teliti. "Jaegar, bagaimana keadaanmu? Apa kamu ingat sesuatu?"

Jaegar menggeleng. "Tidak, Dokter. Aku hanya ingat ada yang menyuntikku dengan racun. Tapi aku tidak ingat siapa orangnya."

Dokter mengerutkan kening. "Racun polonium? Itu sangat langka dan berbahaya."

Alyssa: "Dokter, siapa yang bisa melakukan hal ini pada Jaegar?"

Dokter: "Kita perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi yang jelas, ini bukan kejadian biasa."

[MALAM HARI]

Malam sudah tiba. Alyssa duduk di samping Jaegar yang tertidur. Dia merasa lega karena Jaegar sudah mulai membaik. Tapi dia juga merasa khawatir. Siapa yang ingin membunuh Jaegar?

"Jaegar, kamu harus kuat," bisik Alyssa. "Kita akan mencari tahu siapa pelakunya. "

Jaegar terbangun, matanya masih terlihat lelah. "Alyssa... "

Alyssa: "Kau sudah merasa lebih baik, Jaegar?"

Jaegar menghela nafas. "Aku masih merasa lemas, tapi kepala ku sudah tidak sakit lagi. "

Alyssa: "Beristirahatlah, Jaegar. Aku akan selalu ada di sini untukmu. "

...

Alyssa: "Kau sudah bangun? "

Jaegar mengangguk pelan. "Iya, aku hanya tertidur saja tadi. Rasanya seperti mimpi."

Alyssa: "Mau makan dulu?"

Jaegar mengangguk kembali. "Ya, aku lapar. Aku ingin makan sesuatu."

Alyssa menyuapi Jaegar dengan lembut. "Ini enak. Terima kasih."

Jaegar selesai makan dan terlihat lebih tenang. "Sebenarnya aku ingin tidur lagi. Aku sangat lelah."

Alyssa: "Tidurlah. "

Alyssa memberikan obat pada Jaegar dan mencium keningnya. Jaegar tertidur dengan tenang.

[TENGAH MALAM]

Varo masuk ke kamar Jaegar dengan senyum licik. Dia membawa jarum suntik berisi racun polonium. "Maaf, Jaegar. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu hidup. "

Varo menyuntikkan racun polonium ke tangan Jaegar yang tertidur lelap.

[BEBERAPA SAAT KEMUDIAN]

Jaegar terbangun dengan keringat dingin. Kepalanya terasa berputar. "Alyssa... "

Jaegar berusaha duduk, tapi tubuhnya terasa sangat lemah. "Aku... aku tidak enak badan."

Varo masuk kembali dengan senyum licik. "Aku akan memastikan kau tidak akan pernah bangun lagi."

Varo menyuntikkan racun arsenik ke tangan Jaegar.

Jaegar meringis kesakitan. "Alyssa... "

Varo keluar dari kamar, meninggalkan Jaegar terbaring sendirian. Ruangan gelap, hanya sedikit cahaya remang-remang dari lampu jalan yang menembus jendela. Udara terasa dingin dan lembap, menimbulkan rasa tidak nyaman.

Jaegar mengerang kesakitan. "Alyssa... "

Alyssa bergegas menghampiri Jaegar. "Jaegar, kamu kenapa?"

Jaegar berusaha berbicara, tapi suaranya hanya berupa bisikan. "Aku... sakit... semua bagian tubuhku sakit..."

Alyssa panik. "Dokter! Dokter!"

[DOKTER DATANG]

Dokter masuk dengan ekspresi serius. Ia memeriksa Jaegar dengan teliti. "Dia terinfeksi racun. Sangat berbahaya. "

Alyssa: "Ya ampun! Jadi bagaimana, Dok?"

Dokter menghela napas. "Kita perlu segera membawanya ke rumah sakit."

Dokter membawa Jaegar ke rumah sakit dengan cepat. Alyssa mengikuti di belakang dengan perasaan khawatir.

[DI RUMAH SAKIT]

Jaegar terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetar. Alyssa duduk di sampingnya, menahan tangis. "Jaegar, bertahanlah."

Jaegar membuka matanya perlahan, menatap Alyssa dengan pandangan kosong. "Alyssa... "

Alyssa: "Tidurlah, Jaegar. Kamu butuh istirahat."

Jaegar mengangguk lemah dan kembali tertidur.

Alyssa mencium kening Jaegar, perasaannya campur aduk antara khawatir dan marah.

[KEESOKAN HARINYA]

Ruangan rumah sakit terasa dingin dan sunyi. Hanya suara monitor detak jantung yang berdetak pelan yang terdengar. Cahaya redup dari lampu ruangan menerangi wajah pucat Jaegar yang terbaring di ranjang.

Alyssa duduk di sampingnya, menahan tangis. "Jaegar, bangunlah. Aku mohon."

Jaegar membuka matanya perlahan, menatap Alyssa dengan pandangan kosong. "Alyssa... "

Alyssa: "Kau sudah merasa lebih baik?"

Jaegar menggeleng pelan. "Aku masih merasa sangat lemah."

[KEESOKAN HARINYA]

Alyssa mengelus rambut Jaegar yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. "Jaegar, janganlah pergi."

Jaegar membuka matanya perlahan, menatap Alyssa dengan tatapan kosong. "Aku... aku tidak akan pergi, Alyssa. "

Alyssa: "Kau berjanji padaku?"

Jaegar mengangguk pelan, suaranya lemah. "Aku... aku akan baik-baik saja. "

[MALAM HARI]

Malam sudah turun, menyelimuti ruangan dengan kegelapan. Jaegar tertidur dengan tenang, namun tiba-tiba wajahnya berubah pucat dan keringat dingin mengucur di keningnya.

Alyssa terbangun, mengejutkan Jaegar. "Jaegar, kamu kenapa?"

Jaegar mengerang, tubuhnya gemetar. "Alyssa... "

Alyssa: "Dokter! "

Dokter berlari masuk dengan ekspresi serius. "Apa yang terjadi?"

Alyssa: "Jaegar... dia... "

Dokter memeriksa Jaegar dengan teliti. "Maaf, Alyssa. Sudah terlambat. "

Alyssa: "Tidak! Tidak mungkin! "

[PEMAKAMAN]

Jaegar dimakamkan di taman pemakaman yang tenang. Alyssa berdiri di samping kuburan Jaegar, matanya berkaca-kaca.

Alyssa: "Jaegar, aku akan selalu mencintaimu. "













































































Tenang ini belum tamat kok sabar ya Varo dan Marlina pasti mendapatkan karmanya tenang saja, jangan lupa tinggalkan jejak 🥰

Love Behind The Shadows (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang