Chapter 8 (Challenge)

64 28 18
                                    

Sudah satu bulan sejak kuliah umum sekaligus malam kreativitas dan outbound diumumkan, persiapan kelompok lain mungkin sudah terlihat. Tugas pun tidak kalah berbondong-bondong menghampiri mahasiswa, ada yang langsung melakukan observasi, ada juga yang langsung melakukan presentasi materi.

Hari ini, seluruh jurusan yang ada di fakultas ilmu budaya mendapatkan kelas pagi, menyebalkan tapi mereka tidak bisa mengelak, termasuk Akairu dan Rahaina. Mereka berdua berjalan menuju ruangannya dengan langkah yang berat, seolah-olah mereka ingin bolos saja. Sesekali keduanya mengeluh kepada bagian akademik yang selalu memberikan kelas pagi kepada jurusannya.

"Dari sekian banyaknya jurusan dan fakultas, kenapa harus kita yang selalu dapat kelas pagi? Gua mau tidur lebih lama lagi" Keluh Rahaina yang di tertawai oleh teman satu jurusannya itu. Agar suasana hatinya tidak buruk karena kelas pagi, Akairu pun mulai menjahili temannya ini.

"Yang semangat dong, yang semangat dong"

"MANEH WEH SORANGAN, AING MAH CAPE. HAYANG SARE"

Gelak tawanya kembali terdengar saat Rahaina membalas kejahilannya dengan emosi, dan tentu saja Rahaina tidak kelas seperti sebelumnya. Keduanya pun memasukki ruangan yang ternyata hanya terdapat satu mahasiswi dengan perawakannya lebih muda 1 tahun. Mereka mengira bahwa dia adalah senior mereka yang salah kelas. Salah satu dari mereka mengingatkan mahasiswi tersebut.

"Maaf kak, kayaknya kelas kakak di ruangan lain deh. Soalnya ruangan ini buat kelas junior" Ucap Rahaina. Namun mereka terkejut dengan perkataan mahasiswi tersebut.

"Aku satu angkatan sama kalian, bisa-bisanya ngira aku senior kalian"

Akairu tentu tidak tahu dengan mahasiswi ini, yang dia pikirkan hanyalah belajar, nonton, nonton. Selebihnya tidak tahu. Tapi tidak dengan rahaina, dia pernah berada di kelompok yang sama pada salah satu mata kuliah lain, dengan yakin dia pun menjawab mahasiswi tersebut.

"Arlis kah? Yang minggu kemarin satu kelompok sama gua? Gua Rahaina"

"Sek...Rahain?! BISA-BISANYA BELUM INGET MUKAKU"

"Gimana ya, lupaan gua teh. Maaf mbak"

"Nyeh, terus kamu Akairu kan? Jangan tanya tahu darimana setelah kamu berhasil mendapatkan nilai memuaskan hampir di setiap mata kuliah" Ucap Arlis dengan cetus. Entah Akairu harus senang, atau harus kesal. Namun dia memilih duduk di kursi yang berada di sebelah Arlis.

Setelah berkenalan lebih jauh lagi, mereka pun berbincang tentang sejauh mana project kelompok nya, dan apa aja yang sudah mereka persiapkan untuk malam kreativitas. Namun pembicaraan mereka sempat terhenti ketika mahasiswi lain mulai membicarakan teman satu kelompok mereka berdua.

"Eh tau ga? Gua baru dapet kabar dari temanku, katanya Harun selalu dapat nilai mendekati sempurna hampir di seluruh mata kuliah. Kok bisa ya?"

"Kurang tau tuh, kali aja nyontek kan?"

"Jangan gitu heh, tapi bisa aja sih..."

"Ya kan, pasti nyontek dia tuh. Mana mungkin nilai sebagus itu hasil kerja sendiri"

Mendengar pembicaraan kedua mahasiswi tersebut, Secara tidak sadar Akairu mengeluarkan tatapan tajamnya yang dapat dilihat Rahaina dan Arlis.

"Yang nilainya pas-pasan dilarang komen" Ucap Akairu tanpa sadar. Mahasiswi yang mendengarnya terkejut, Kedua temannya pun lebih terkejut. Akairu yang mereka tahu itu sangat energik, bahkan jika dia emosi hanya sebatas kesal saja. Tapi wajar kan?

NI ANAK KALO EMOSI ASBUN NYA NGERI

Gua tau dia sumbu pendek, tapi ini bukan sumbu pendek lagi njir

MOONSTAR [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang