Chapter 24 (Him)

9 3 0
                                    

Semester pertama mahasiswa Universitas Bimandra, telah terlewati dengan penuh perjuangan. Usaha mereka pun tidak mengkhianati hasil, terutama Mahasiswi jurusan sastra Indonesia, Akairu Hagia Halingga. Dia mendapatkan Indeks Prestasi Semester (IPS) sebesar 3,50 sekaligus menjadi mahasiswa dengan IPS tertinggi di jurusan sastra Indonesia.

Dan saat ini, Akairu tengah tertidur di rooftop. Menikmati indahnya langit dan hembusan angin yang menyentuh wajahnya dengan lembut. Tentu saja sambil memikirkan hal yang selama satu semester ini memenuhi kepalanya.

"Kalau diingat lagi, udah setengah tahun aja sejak gua sadar sama perasaan gua. Dan keputusan dia buat PDKT dengan Indita. Kira-kira mereka udah jadian kah?" Gumam Akairu dengan senyuman getir nya.

Bohong jika perasaannya kepada sosok bulan telah berkurang sedikit demi sedikit. Nyatanya, perasaanya semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Hanya saja, dirinya terlalu hebat untuk memendam perasaan itu jauh di dalam dirinya, dan berbohong kepada orang-orang tentang perasaannya. Dirinya masih memperhatikan sosok bulan dari jauh, selalu menanyakan keadaan sosok itu melalui temannya. Bahkan saat ini, dia berhasil menerbitkan salah satu buku dengan judul 'Can we shine together?' dan sudah dijual di banyak toko buku.

Akairu menghela napas, melihat gumpalan awan yang menutupi matahari, netra coklat gelapnya terlihat nanar.

Dipikir-pikir, dia memang sama seperti bulan. Bersinar dengan indah, namun tidak bisa digapai. Bisakah aku menggapainya? Bisakah aku bersinar bersamanya? Sekarang aja, IPS dia 3,67. Lebih tinggi dariku..

Andaikan hari itu aku hanya mengetahui namanya, dan menganggapnya sebagai teman seperti Sagara. Andaikai hari itu aku memilih untuk mengabaikan perasaanku, mungkin hari ini aku tidak akan memikirkannya seperti ini.

Keadaan dia hari ini gimana ya...semoga dia baik-baik saja...

Akairu terlalu tenggelam dalam pikirannya, sehingga suara temannya tidak terdengar.

"Ruru"

"Iru"

"Kairu"

Karena terlalu kesal dengan Akairu yang tidak merespon, sosok yang berada di depan pintu rooftop pun mulai meneriakkan hal lain.

"KAIRU, HARUN ADA DISINI!"

Akairu terbangun dari berbaringnya, melihat sekitar, mencari keberadaan sosok itu. Sayangnya yang mereka lihat, ketiga temannya yang sedang menunggunya di pintu rooftop.

"Kan, pasti bakalan notice kalo ada kata Harun nya" Ucap Shenna. Kebetulan jadwalnya, bertepatan dengan jadwal ketiganya.

"Udah pasti mikirin dia lagi sih inimah" Ucap Rahaina, teman kecilnya yang sedari tadi memanggilnya.

"Hadeh, inimah yang konslet bukan telinganya doang, otaknya juga konslet" Ucap Arlis, dengan wajah datarnya.

Tentu saja Akairu berlari menghampiri ketiga temannya, sembari berteriak.

"MAAFKAN MAJIKAN KALIAN INI YANG SUDAH MEMBUAT KALIAN MENUNGGU~" Teriak Akairu dengan senyum lebarnya, bersamaan dengan cahaya matahari yang menyinarinya.

Aku bisa gapai dia, aku bisa. Pasti bisa!

"Jangan lari lari, nanti jatuh, kita ketawain" Ucap Shenna saat melihat Akairu berlari menuruni tangga meninggalkan mereka. Sayangnya, Akairu tidak mendengarkannya, bahkan tidak memperhatikan anak tangga yang terlewati olehnya.

"Ga akan kok!" Ucap Akairu dari jauh.

"KITA USAHAKAN UNTUK IPS TERTI-...HUWAA!"

KAI?!

'Bruk!'

Akairu tidak sengaja jatuh dari tangga, dan menimpa mahasiswa yang berada di depannya. Saat ia bangun, ia pun memperhatikan mahasiswa yang berada di bawahnya. Kedua matanya membulat, wajahnya dipenuhi semburat merah, jantungnya mengubah ritmenya menjadi sangat cepat. Ia baru saja terjatuh di atas tubuh sosok yang selalu dia pikirkan. Ketiga temannya, menggelengkan kepala.

AKARI?!

Baru aja di bilangin..

Langsung ditangkap crush nya ga tuh

Tenangkan dirimu nak, kamu sendirian soalnya

"Ga ada yang patah kan tulangnya...?" 

Akairu pun langsung bangun, dan menjaga jarak dengan sosok itu. Lalu membungkukkan tubuhnya sebagai permintaan maaf.

"Maaf kak"

Kak?

"Oh, iya gapapa"

Akairu pun langsung pergi meninggalkan sosok yang masih terkejut dengan kehadirannya secara tiba-tiba.

Dia baik-baik aja kan?

• • •

Saat jam makan siang, Akairu, Shenna, Rahaina, dan Arlis, saat ini sedang berada di kantin, menikmati bakso kuah langganan mereka selama satu semester ini. Tentu saja dengan Akairu yang masih malu dengan kejadian beberapa menit yang lalu.

"Ceeen, aku maluuu" Rengek Akairu.

"Kan udah dibilangin, jangan lari-lari. Ngeyel sih" Ucap Arlis sembari mengacak-acak rambutnya dengan gemas.

"Kerennya yang nangkep langsung doi nya lagi" Ucap Shenna sembari melihat reaksi Akairu yang semakin memerah wajahnya.

"Kerennya lagi langsung ditangkap sih. Mana kepalanya di-" Belum selesai Rahaina mengejeknya, Akairu langsung memotongnya.

"Jangan dibahas lagi plis, aku maluuu" Rengek Akairu sembari menutupi wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus. Ketiga temannya tertawa melihat reaksinya, masih sama seperti dulu.

Saat mereka tengah menikmati bakso kuah langganannya, suara yang mereka kenal terdengar tepat di belakangnya.

"Loh? AKAIII"

Wait...Jinan?!

Gawat, kalau ada Jinan, pasti ada tu anak

Ru, kabur aja ayo

Saat Akairu menoleh ke belakang, ia melihat Jinan dan teman-temannya yang sedang menikmati makan siang bersama. Tentu saja ada Harun tepat di belakangnya. Akairu terdiam, setengah dari dirinya menyuruhnya untuk melarikan diri. Tetapi setengah dari dirinya, menyuruhnya untuk tetap disini, menghabiskan makanannya terlebih dahulu. Namun, rasa bimbang yang Akairu rasakan itu pudar saat menndengar suara yang ia kenal.

"WADUH, ga expect gua ketemu bocah di kantin" Alisnya mengerut, kesabarannya diuji kembali oleh mahasiswa dengan panggilan 'Langit' itu.

"STOP PANGGIL GUA BOCAH BISA?!" Ucap Akairu dengan kesal.

"Makanya tinggi, biar ga dibilang bocah" Sindir mahasiswa tersebut.

"Rahaina sama gua sama sama pendek, kenapa gua doang yang dipanggil bocah?!" Ucap Akairu tidak terima dengan jawabannya. Tentu saja Rahaina tidak terima dengan pernyataan temannya.

"JANGAN BAWA BAWA GUA ANJIR"

"Lu lebih cocok dipanggil bocah sih, daripada Rahim. Ya gak Him?" Ucap mahasiswa itu.

"Rahaina. Bukan Rahim" Ucap Rahaina tidak terima.

"Cocokkan Rahim sih"

Perdebatan kecil antara Akairu dan Rahaina dengan mahasiswa yang menurut mereka tengil dan songong itu, membuat Shenna memijat keningnya, dirinya pusing dengan situasi saat ini.

"Yang debat sama Kairu dan Rahain, se tengil itu kah?" Tanya Shenna, kepada Arlis.

"Kalangit maksudmu? Paling tengil di fakultas dia mah. Mana songong banget kelakuannya, pengen banget tak hiih. Kadang urat kesabaranmu bisa langsung habis kalo debat sama dia, liat aja Kairu sama Rahain. Mereka yang biasanya menguji kesabaran, malah diuji kesabarannya sama manusia kayak Kalangit" Jelas Arlis.

Yah, setidaknya...Kairu ga se bimbang tadi, karena ada Kalangit

• • •

Halo semuanya! Dengan Harainkai disini.

Jangan lupa Vote and comment ya, Love you all!

MOONSTAR [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang