Pagi yang indah di hari libur yang indah.
Pagi ini Osiya sudah tampak begitu menawan menggunakan dress selutut berwarna baby pink, dengan rambut yang diurai dan sedikit polesan make up di wajahnya.
Hari ini ia memiliki janji dengan Samudra. Kata Samudra, ini bayaran karena Osiya sudah mau membantunya mengejar keterlambatan. Osiya setuju saja, toh, hari libur harus diisi dengan liburan kan?
Entah, Samudra ingin membawanya kemana, semoga Osiya tidak salah kostum.
"Dek, ada Samudra tuh di depan," ucap Alfa dengan membawa kain lap, ia baru selesai mencuci mobilnya.
Osiya mengangkat tas selempang putihnya, dan beranjak ke depan rumah.
"Halo cantik," sapa Samudra begitu Osiya membuka gerbang. Osiya hanya memutar bola matanya mendengar rayuan Samudra di pagi hari.
"Kita mau kemana?" tanya Osiya begitu masuk ke dalam mobil. Samudra memasang wajah sok misterius.
"Rahasia dong. Udah lu ikut aja, oke?"
Osiya hanya menurut saja, sepertinya ia tidak salah kostum, karena Samudra tidak memberikan komentar atas pakaiannya hari ini. Syukurlah.
Mereka akhirnya berangkat, mengarungi jalanan macet Jakarta di pagi hari. Perjalanan terasa menyenangkan karena Samudra berkali-kali mengeluarkan gurauan yang mengundang tawa.
Sekitar satu jam perjalanan, jalan sudah tidak begitu macet, kini mereka sudah masuk ke bagian jalan yang di kelilingi dengan oleh pohon, tampak begitu segar.
"Kita mau piknik?"
"Yah, kok udah ketauan sih?" jawab Samudra dengan wajah sok sedih. Osiya menggeplak kepala Samudra.
"Lebay."
"Hehehe, tapi lu oke kan kalo kita piknik?" tanya Samudra memastikan.
"Ya oke lah, kenapa harus enggak oke?"
"Kirain lu lebih suka kalo gua ajak ke mall atau ke museum gitu," ucap Samudra cengengesan.
"Yaelah, gua mah kemana aja oke. Asal ga diajak ke neraka aja." Samudra langsung tertawa kencang mendengar jawaban Osiya. Sungguh di luar ekspektasi.
Akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Tempatnya indah, dan tentunya tenang. Ada begitu banyak bunga-bunga kecil di antara rumput-rumput hijau. Samudra menggelar karpet yang sudah ia persiapkan, Osiya membantu membawa keranjang dari bagasi Samudra. Sepertinya Samudra sangat niat untuk piknik kali ini. terlihat dari barang bawannya yang tidak sedikit.
"Ah, akhirnya!" Samudra merebahkan dirinya di atas karpet putih bertolak merah itu. Osiya ikut duduk di sampingnya, mengambil satu buah apel lalu memakannya. Samudra mendongak untuk melihat wajah Osiya, cantik.
"Gimana? Bagus ga tempatnya?" Osiya mengangguk sebagai jawaban. Samudra ikut duduk, lalu mengambil salah satu snack yang ada di keranjang.
"Lo tau tempat ini dari mana?" tanya Osiya penasaran. Karena jujur, ia baru tau ada tempat seindah dan setenang ini di kota yang sibuk ini.
"Ada deh," jawab Samudra tengil.
Osiya menatap Samudra sebal, tapi Samudra hanya memasang senyum sok imut miliknya.
Kemudian Osiya membuka totebag miliknya, mengeluarkan salah satu buku dari dalam tasnya
Samudra mengambil kamera, lalu nenyetelnya. Ia mengambil gambar bunga berwarna merah yang ada di dekatnya.
"Si, coba senyum." Osiya langsung mengangkat buku yang tengah ia pegang untuk menutupi wajahnya.
"Apasih.. Kok ditutup?!" tanya Samudra sebal. Padahal tadi angelnya sudah sangat bagus.
"Apaan, entar yanga ada lo foto aib gua," jawab Osiya ketus. Samudra terkekeh, ternyata niat jahatnya sudah terbaca.
"Osiyaaaaa."
"Apa," jawab Osiya tanpa memalingkan pandangannya. Masih fokus pada buku.
"Osiyaaaa."
"Apasih?" Akhirnya ia menatap si bawel yang tengah menatapnya dengan wajah manyun.
"Ini kita lagi piknik loh, piknik. Jangan cuekin gua dong. Kan lu pikniknya sama gua, bukan sama buku." Osiya menatap tak percaya pada lelaki yang baru saja merengek itu.
"Udah ah, ayo kita ke sana!" Samudra menarik tangan Osiya yang masih bengong karena dirinya. Sebenarnya malu, tapi yaudah lah, Samudra kan urat malunya sudah putus.
Samudra menggandeng tangan Osiya menuju danau yang ada di taman tersebut. Osiya makin takjub, ternyata tempat ini benar-benar indah.
"Eh, ada kucing!" Osiya menatap bingung ke arah Samudra yang kembali ke tempat duduk mereka. Tak lama kemudian, Samudra kembali ke tempat tadi, ternyata ia mengambil satu potong ayam goreng, lalu melapisinya dengan tissue untuk diberikan pada kucing itu. Lucu banget?
Osiya ikut berjongkok untuk melihat kucing yang tengah diberikan makan oleh Samudra. Samudra mengelus kucing itu dengan lembut. Ternyata Samudra suka kucing?
"Gua dulu punya kucing, namanya pipaw. Tapi dia udah ke surga." Osiya langsung memusatkan atensinya pada Samudra.
"Kenapa bisa?" tanya Osiya sambil ikut mengelus kepala kucing yang tengah menggigit paha ayam.
"Dia sakit. Udah gua bawa ke banyak dokter, tapi tetap enggak selamat. Sejak saat itu, gua jadi takut pelihara kucing lagi, padahal gua suka banget sama kucing. Tapi gua takut kalo gua pelihara lagi, kucingnya malah ikut pergi ke surga," cerita Samudra panjang lebar. Osiya yang mendengar cerita Samudra, tampak iba, ia menatap Samudra yang sepertinya sedang mengenang kucingnya yang kini sudah di surga. Ternyata hati Samudra lembut sekali ya? Bahkan ia tampak begitu menyayangi kucingnya.
"Jangan nangis," celetuk Osiya, Samudra terkekeh mendengarnya. Osiya being Osiya.
Samudra kembali mengarahkan kameranya ke arah Osiya. Osiya yang tengah fokus pada kucing itu tak sadar bahwa Samudra tengah mengambil potretnya.
"Cantik," gumamnya menatap hasil potret yang ia dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang tak pernah jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta malah disakiti, hingga ia tak ingin mengenal cinta lagi. Kemudian datanglah seseorang yang mampu merubah hidupnya yang tadinya hanyalah sebuah lembaran monkrom m...