Sepuluh

18 5 1
                                    

Saat kau bahagia bersamanya, saat itulah aku harus menepi.

-believeme.


"Oke jadi diacara api unggun kali ini, gue pengen kalian pada nyumbang bakat. Entah itu nyanyi, ngelawak,  atau apalah, bebas," terang Saputra ditengah-tengah kerumunan siswa-siswi SMA Garuda Jaya.

"EH OSIYA NYANYI SAP!" teriak Laras yang langsung membuat Osiya melotot.

"Apa-apaan sih lo," geram Osiya menatap Laras tajam.

"Punya bakat tuh ditunjukin si," ungkap Laras sambil menyengir.

"Oke, Osiya nyanyi ya? Deal!" putus Saputra tanpa menunggu persetujuan Osiya. Sebenarnya Saputra sudah cukup kenal dengan Osiya bahkan sempat terlibat obrolan. Tapi ya, namanya juga Osiya. Susah akrab sama orang.

"Gue belum setuju," protes Osiya dengan nada dinginnya.

"Semuanya setuju kan?" tanya Saputra kepada seluruh orang yang ada disana.

"SETUJU!!" teriak semuanya.

Devon tersenyum ditempatnya. Ia jadi teringat. Dulu saat masih bersama Osiya, Osiya sering bernyanyi untuknya, dan ia memainkan gitar.

Flashback on...

"Aku mau nyanyi," ucap Osiya seraya mengambil gitar milik Devon. Devon mengacak rambut Osiya gemas.

"Kayak bisa aja," ledeknya.

"Ih kamu mah!"

"Yaudah, kamu nyanyi, aku main gitar," ucap Devon yang langsung disetujui oleh Osiya.

Samudra mulai memainkan gitarnya. Osiya tersenyum karena tahu lagu tersebut.

I like your eyes, you look away when you pretend not to care
I like the dimples on the corners of the smile that you wear
I like you more, the world may know but don't be scared
Coz I'm falling deeper, baby be prepared

I like your shirt, I like your fingers, love the way that you smell
to be your favorite jacket, just so I could always be near
I loved you for so long, sometimes it's hard to bear
But after all this time, I hope you wait and see

Love you every minute, every second
Love you everywhere and any moment
Always and forever i know i can't quit you
Cause baby you're the one, i dont know how
Love you 'til the last of snow dissapears
Love you 'til a rainy day become clear
Never know a love like this, now i can't let go
I'm in love with you, and now you know.

Osiya memeluk Devon begitu lagu tersebut selesai.

"Aku sayang kamu von," ungkapnya.

"Aku jauh lebih sayang kamu," balas Devon mengeratkan pelukannya.

"Sayang ih! Kok kamu bengong sih?!" rengek Ditha sambil menggoyangkan lengan Devon.

"Hah? Apa? Kenapa?" balas Devon begitu kembali kedunia nyata.

"Kamu ngelamun ih," gerutu Ditha sambil memasang muka kesalnya.

"Ah? Aku ngantuk tha," elak Devon.

"Yaudah tidur sana."

"Iya entar." kemudian Devon kembali fokus kedepan. Dimana Osiya kini tengah berdiri dengan canggung.

"Gue aja yang maen gitar," tawar Samudra yang langsung disetujui oleh Saputra.

"Kita nyanyi apa?" bisik Osiya.

"Yang lo bisa aja."

"Eh tapi yang gue bisa juga," lanjutnya dengan cengiran khasnya.

"Menepi aja gimana?" usul Osiya. Samudra langsung mengangguk.

Gitar mulai dipetik. Semua hanyut dalam alunan gitar tersebut.

"Kau yang pernah singgah di sini"
Osiya menyanyikan lagu tersebut dengan sangat merdu seraya menatap tepat dimanik Devon. Entahlah, tadi dia ingin menghindari tatapan tersebut. Tapi gagal.

"Dan cerita yang dulu kau ingatkan kembali"
Cerita yang terlalu indah untuk ia benci.

"Tak mampu aku 'tuk mengenang lagi"
Osiya menarik nafasnya panjang. Rasanya sungguh sesak.

"Biarlah kenangan kita pupus di hati"
Kini satu tetes air mati jatuh dari pelupuknya. Tanpa bisa ia tahan. Devon merasa ditikam oleh beribu belati. "Kenapa harus lagu ini" batinnya.

"Tak ada waktu kembali untuk mengulang lagi
Mengenang dirimu di awal dulu"
Osiya tersenyum miris.

"Ku tahu dirimu dulu hanya meluangkan waktu
Sekedar melepas kisah sedihmu"
Kini air mata itu bercucuran dengan bebas. Ia sudah terlalu lama menahannya. Kini semua orang tau seberapa rapuhnya ia.

"Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi?
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu"
Samudra menatap Osiya sendu. Entahlah, ia merasakan sesak saat tau Osiya saat ini menangis karena seseorang yang pernah atau masih dicintainya.

"Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepi"
Ia tersenyum getir kearah Devon dan Ditha. Devon memilih meninggalkan tempat tersebut tanpa mengucapkan apa-apa.

"Tak ada waktu kembali untuk mengulang lagi
Mengenang dirimu di awal dulu"
Osiya masih melanjutkan lagunya. Bahkan kini banyak yang ikut meneteskan air mata. Entah karena terhanyut oleh lagu tersebut atau ada alasan lain.

''Ku tahu dirimu dulu hanya meluangkan waktu
Sekedar melepas kisah sedihmu"
Osiya menatap kearah Samudra. Samudra memberikan senyuman terbaiknya untuk menguatkan Osiya. Padahal dia sendiri sedang tidak baik-baik saja.

"Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi?
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu"
Osiya memejamkan matanya membiarkan kristal-kristal bening itu meluncur begitu saja.

"Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepi
Mencintai dalam sepi dan rasa sabar mana lagi?
Yang harus 'ku pendam dalam mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya, nyaman di dalam pelukannya
Yang mampu membuatku tersadar dan sedikit menepi
Tersadar dan sedikit menepi
Tersadar dan sedikit menepi"
Osiya mengakhiri lagunya dengan sempurna. Semuanya bertepuk tangan termasuk guru-guru yang ada disana. Samudra langsung saja menggenggam tangan Osiya.

"Hey, udah. Disaat kamu mundur, disitu ada aku yang siap bahagiain kamu," bisiknya. Membuat hati Osiya menghangat.

Haduh lagunya minta ditabok deh 🙂 gatau apa author ini sadgirl:(
Semoga feel-nya dapet yaaa 🥰
Salam sayang dari Samudra buat yang setia baca believe me. Apalagi yang ngasih vote sama coment, behh dapet salam sayangnya dari Osiya, Samudra, Devon, Ibra, Laras, ah semuanya deh! Terkhusus dari istrinya d.o yang imut ini dong 😍 anjay gua🤣
Dahlah. Papayy😚
Tunggu next partnya yaaa💗

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang