Bagaimana bisa kau berdamai dengan masalalu, sedangkan setiap hari kau malah menambah frekuensi kebencian dihatimu pada masa lalumu?
~•••~
"Entar gue ke rumah lo ya si, please ..."
Entah sudah berapa kali Samudra merengek pada Osiya agar diberi izin untuk belajar ke rumahnya. Tapi Osiya lagi-lagi menggelengkan kepalanya.
"Gue bawain jajan yang banyak deh, beneran. Gue pulangnya juga sampe jam 8 malem aja deh, janji," bujuk Samudra sambil memasang wajah memelasnya pada Osiya.
Osiya menghela nafasnya kemudian menatap Samudra dingin.
"Entar pulang sekolah gue mau pergi belanja bulanan sama bunda, sampe magrib," ucapnyanya kembali. Samudra ini ada gangguan pendengaran atau bagaimana sih? Padahal tadi Osiya sudah menjelaskan tentang dia yang akan pergi bersama bunda tapi Samudra terus saja merengek seperti balita yang merengek kepada ibunya untuk dibelikan es krim.
"Ya kan tadi gue bilang kalo gue bakalan tungguin lo di rumah. Bang Alfa juga kan pasti diem di rumah. Entar gue bisa nungguin lo sambil main PS." Samudra masih terus mengeluarkan bujukannya.
"Gue nggak mau ngajarin lo kalo malem," balas Osiya sambil terus menulis catatan yang ada di papan. Ia juga heran, mengapa Samudra tidak menulis?
"Catetan biologi lo udah selesai?" tanya Osiya. Samudra hanya nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Osiya berdecih.
"Tulis sana! Ini entar mau dianter sama si Ilham pas pulang," ucap Osiya sambil tetap memfokuskan tatapannya ke depan.
"Eh kampang! Lo nulis sana! Ganggu aja lo dari tadi!" omel Laras yang sudah kepalang kesal karena keributan yang ada di sampingnya.
"Eh kunyuk! Lo makanya bantuin gue dong biar Osiya ngizinin gue ke rumahnya!" balas Samudra kesal.
Osiya memejamkan matanya kemudian menjitak kepala samudra menggunakan pulpennya.
"Aduh!" ringis Samudra sambil memegang kepalanya kemudian menatap Osiya kesal.
"Lo kok pukul gue sih?! Sakit tau! Sesakit hati gue pas ngeliat lo ngeliat ke arah dia bukan gue!"
"Dia siapa?" tanya Osiya. Bahkan kini cara bicaranya lebih dingin daripada yang tadi. Samudra langsung tersadar akan ucapannya.
"Bego Samudra! kok lo pake acara keceplosan segala sih?! baper banget sih gue jadi orang!" rutuk Samudra dalam hati.
"Eh, enggak ada kok. Lo serius amat dah, entar kalo dah sarjana gue seriusin lo kok. Tenang aja," elak Samudra berusaha menutupi kegugupannya. Osiya berdecih kembali.
"Entar lo ke dumah gue jam 7," putus Osiya begitu bel pertanda pulang telah berbunyi.
"Nah gitu dong si! Dari tadi kek! Makasih loh nih! Entar gue bawain makanan deh buat lo. Yang banyak!" Osiya hanya mengangguk sambil memasukkan bukunya ke dalam tas.
"Eh, Si, gue juga ikut ya! Mau ngerjain tugas matematika! Sekalian modus sama Abang lo," sahut Laras dengan cengirannya.
"Hah? Lo suka sama bang Alfa ras?! Wahh parah! Gue kira lo sukanya sama si Farhan," Laras langsung saja melempar bukunya ke arah Samudra.
"Kambing lo! Mana pernah gue suka sama si Farhan! Amit-amit deh gue suka sama manusia setengah buaya kaya dia," ucap Laras. Kebetulan saat ia mengatakan itu Farhan lewat.
"Idih! Padahal kemarin pas gue chat lo responnya pake aku-kamu, Ras," ucap Farhan sambil menarik turunkan alisnya. Laras langsung memalingkan wajah karena ia yakin kini wajahnya pasti sudah memerah

KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang tak pernah jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta malah disakiti, hingga ia tak ingin mengenal cinta lagi. Kemudian datanglah seseorang yang mampu merubah hidupnya yang tadinya hanyalah sebuah lembaran monkrom m...