Pagi ini Samudra terlihat sangat antusias untuk berangkat kesekolah.
Entahlah, tapi ia merasa sangat semangat mengingat pertemanannya dengan Osiya semakin dekat. Bahkan saat sarapan di meja makan bersama sang mama dan papa Samudra seperti orang yang kerasukan. Bagaimana tidak, ia memotong-motong rotinya menjadi bagian kecil bahkan sangat kecil sambil senyum-senyum tak jelas.Sang mama menatap putranya dengan tatapan curiga. "Sam! Jangan bilang kamu ketempelan setan puncak ya?!" tanya sang mama khawatir. Samudra menatap mamanya bingung.
"Apaan sih ma," balas Samudra.
"Itu kamu senyam-senyum gitu, padahal kan mama sama papa nggak ada yang lagi ngelawak,"
"Yah kan bagus ma. Senyum itu ibadah tau," ujar Samudra membuat sang papa menatapnya menyelidik.
"Biasanya kalo remaja senyum-senyum sendiri itu karena... " papa menggantung kalimatnya dengan smirk diwajahnya. Mama Samudra langsung faham, ia menggebrak meja dengan keras.
"ASTAGA ANAK MAMA UDAH BESAR!" pekik mama Samudra seraya memeluk putra tersayangnya. Samudra melongo. Ini maksudnya apa?
"Kamu harus kenalin pacar kamu!" tegas mama tak terbantah. Samudra langsung tercekat. Pantas saja, ternyata ini maksud papa tertampannya itu.
"Nggak mah, Samudra nggak punya pacar," jelas Samudra seraya memakan rotinya.
"Nggak boleh bohong!" hardik sang mama.
"Tapi, kalo kamu nggak mau ngasih tau sih... Mama bisa nanya ke Ferdi," lanjutnya. Seringai muncul di wajah cantik wanita setengah baya itu. Samudra menghembuskan nafasnya. Kalau saja dia punya pacar, apalagi itu Osiya, dengan senang hati dia akan mengumumkannya kepada sang mama dan papa. Tapi ini? Tanda-tanda jadian saja belum muncul, bagaimana mau dikenalkan?
➖
"Osiya cantik nan baik hati... Ke kantin yuk, gue laper banget. Nggak sempet sarapan dirumah," ajak Laras pada Osiya yang tengah fokus membaca novelnya.
"Gue nggak laper," balas Osiya datar.
"Yaelah, temenin temen masa nggak mau?" bujuk Laras sambil memasang puppy eyes-nya. Osiya menghembuskan nafas. Kemudian berdiri.
"Yeay!! Sayang Osiya deh," ucap Laras. Osiya hanya memutar bola matanya malas.
"Eh mau kemana?" tanya Samudra begitu memasuki kelas bersama Andra.
"Ke kantin. Ikut nggak?" jawab Laras. Samudra langsung mengangguk antusias kemudian melempar tasnya yang langsung ditangkap Raihan.
"Thank's rai! Entar gue salamin ke Ajeng," ujar Samudra yang langsung dibalas acungan jempol oleh Raihan.
Dikantin mereka berempat memesan bubur ayam dan teh hangat. Sambil menunggu mereka terus saja bercanda dan saling adu jokes.
"Buah, buah apa yang bikin sedih?" tanya Samudra. Mereka bertiga tampak berfikir cukup lama, hingga Laras menepuk tangannya.
"Buah bawang! Kan itu bikin nangis," jawab Laras enteng. Mereka cengo mendengar jawaban Laras tapi beberapa detik tawa mereka bertiga meledak.
"ASTAGFIRULLAHALADZIMM HAHAHHAHAHA... temen gue bego banget parah," Andra mengucapkannya dengan muka memerah akibat tawanya yang tak terkontrol.
"Ngakak anjir! Bawang bukan buah woy! Astagaaa hahahhaha," sambung Samudra sambil memegang perutnya akibat tertawa terlalu kencang. Osiya hanya ikut tertawa saja. Ia tak menyangka, ternyata Laras seblo'on itu.
"Heh daki landak! Gue hanya menjawab yang menurut gue rasional ya!" ketus Laras menatap mereka bertiga kesal.
"Emangnya bawang jadi buah itu rasional ras?" tanya Osiya membuat Laras melotot. Temennya ini not have akhlak banget. Bukannya membela Laras, tapi ia malah menyudutkannya.
"Udah ah perut gua sakit! Emang jawabannya apaann sih?" tanya Andra. Samudra memasang wajah sok misteriusnya.
"Jawabannya itu... Manggis!" seketika mereka yang ada dimeja itu melongo menjawab jawaban Samudra.
"Nggak nyambung goblok," ketus Osiya.
"Ya nyambung lah! Kan jadinya, ku memanggisss..." jawab Samudra sambil menyanyikan lagu kebangsaan dari film disalah satu stasiun tv dirumahnya. Mereka semua menatap Samudra datar.
"Receh anjir!" ujar mereka berbarengan. Samudra meringis mendengarnya. Malu amjink:)
"Ini pesenannya akang yang kasep-kasep dan Eneng yang gelis-gelis," ucap mang Joko mengantarkan pesanan mereka.
"Makasih mang," ucap mereka kompak. Kemudian mereka sibuk menyantap makanan mereka masing-masing.
"Oy gua gabung ya?" ucap Ibra begitu sampai dimeja mereka bersama dengan Devon disampingnya.
"Gabung aja," jawab Samudra.
Ibra dan Devon duduk. Dan kebetulan bangku yang kosong tinggal yang berhadapan dengan Laras dan Osiya. Alhasil kini Devon tepat ada dihadapan Osiya. Tapi Osiya bersikap acuh, ia lebih memilih melanjutkan kegiatan makan buburnya.
Sebuah notif masuk keponsel Osiya. Ia mengeceknya. Dari Samudra? Ngapain tuh anak ngechat? Padahal kan mereka lagi ada dimeja yang sama.
Orang gila?🦍
Mau pindah duduk?
Osiya menatap datar kearah Samudra. Jadi sebenarnya Osiya itu menyimpan kontak Samudra dengan nama 'Samudra Fasha'. Tapi entah bagaimana caranya Samudra menggantinya menjadi 'Orang ganteng😘'. Osiya yang jijik dengan nama kontak Samudra langsung saja mengganti kontaknya menjadi
'Orang gila?🦍' dan Samudra belum mengetahuinya.G.
Setelah membalasnya Osiya kembali fokus ke makanannya.
"Yaelah, padahal deketan. Masih sempet-sempetnya chatan," cibir Laras saat mengintip isi pesan dihp Osiya. Osiya berdecak. "Kebiasaan lo," ketusnya pada Laras yang dibalas cengiran tak berdosa oleh sahabat tercintanya.
"Gue pindah aja ya kayanya," celetuk Devon.
"Udah full von," balas Ibra.
"Duduk aja kali. Ribet amat," ujar Osiya datar. Samudra berusaha mati-matian menahan tawanya.
"Iya ish, Osiya nggak akan makan lo kok," ketus Laras. Mereka semua pun tertawa akan celetukan Laras tersebut. Tentu saja kecuali Osiya dan Devon.
Guys! Prolognya aku bikin baru yaa. Jadi mungkin kalo ada readers lama bisa dicek ulang prolognya, ehe><
Jangan lupa voment😘
Salam sayang dari istrinya d.o❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me
Teen FictionIni kisah tentang seorang gadis yang tak pernah jatuh cinta, tapi sekalinya jatuh cinta malah disakiti, hingga ia tak ingin mengenal cinta lagi. Kemudian datanglah seseorang yang mampu merubah hidupnya yang tadinya hanyalah sebuah lembaran monkrom m...