Sebelas

23 5 12
                                    

Jangan mencintai dua orang sekaligus disaat yang bersamaan.

-believeme.

"OSIYANAAA!! PARAH PARAH PARAHH! SUARA LO BAGUS BANGETT!! GUE SAMPE TERHARUUU," teriak Meli histeris begitu Osiya kembali ditempat kelompoknya.

"Ih! Alay banget sih lo," ketus Laras yang membuat anak-anak kelompoknya tertawa.

"Biarin! Daripada elo, kolot!" balas Meli memicingkan matanya. Laras maju untuk menghajar Meli, tapi ditahan Osiya.

"Udah, nggak usah rusuh," ucap Osiya dengan tatapan dinginnya. Laras hanya bisa mengirimkan tatapan kebencian ke arah Meli.

"Are you fine?" tanya Laras akhirnya.

"Hem," balas Osiya.

"Gue tau tadi tatapan lo kemana," bisiknya.

"Nggak sengaja,"

"Iya deh nggak sengaja," ledek Ibra yang ternyata ada dibelakang mereka.  Osiya memilih mengacuhkannya.

"Lo tau kondisi Devon sekarang?" Osiya menatap Ibra heran. Kondisi? Emangnya Devon sakit?

"Bukan sakit," lanjut Devon, seolah tau isi hati Osiya.

"Dia tadi milih balik ke tenda pas lo nyanyi,"

"Kenapa?" tanya Osiya penasaran.

"Entahlah, gue nggak tau. Yang pasti tadi pas gue balik ke tenda di diem aja sambil main hp," jelas Ibra.

"Ehem, cek-cek. Gitaris paling ganteng sedunia come back!" semua menatap malas ke arah Samudra.

"Yaelah, nggak seru kali ah!" rajuknya.

"SAMUDRA! AKU MAKIN TERPESONA DEH SAMA KAMU!" Meli kembali berulah. Samudra menatapnya geli.

"Suara lo cocok jadi pengganti toa masjid Mel," ledek Samudra membuat semua anak kelompoknya tertawa.

"Buahahahahah! Rasain lo cabe kematengan!" Laras tertawa puas melihat penderitaan Meli. Osiya geleng-geleng kepala melihat mereka.

"Anjay Laras," kekeh Ibra. Ia heran, kenapa bisa tertarik dengan gadis barbar seperti Laras.

"Ih! Kamu jahat sam!" sungut Meli dengan wajah kesalnya. Bukannya kasihan, mereka semua malah makin ngakak melihat Meli yang merajuk. Teman laknat emang.

"Evon, kamu kenapa sih?" tanya Ditha memperhatikan Devon yang sejak tadi hanya diam saja.

"Nggak papa," balas Devon berusaha tersenyum.

"Kamu lagi sedih ya?"

"Nggak sayang," ucap Devon lembut. Ditha langsung tersenyum senang mendengarnya.

"Aku kirain kamu sedih," ucapnya malu-malu.

"Nggak kok. Kamu balik gih ke tenda kamu," ucap Devon seraya mengelus rambut Ditha.

Ditha mengangguk. "Yaudah aku balik. I love you Devon," ungkapnya yang dibalas senyuman oleh Devon.

Rasa itu ada. Tapi padanya juga ada. Entahlah, ia terlalu sulit mengartikan perasaannya.

"Si, kalo gue liat-liat kayaknya Samudra suka deh sama lo," ucap Laras ditengah dinginnya puncak malam itu.

Osiya menghela nafas. "Nggak usah aneh-aneh deh ras," keluhnya.

"Ih! Gue serius si. Coba lo perhatiin deh, dia tu keliatan banget suka sama lo," jelas Laras berusaha meyakinkan Osiya. Osiya hanya menatapnya malas.

"Gue saranin ya si, saranin! Mendingan lo coba buka hati deh buat Samudra," Osiya langsung saja menggeleng mendengar penuturan Laras.

"Nggak semudah itu," balasnya.

"Ya makanya lo coba dong Osiya sayang," decak Laras menatap jengah ke arah Osiya.

"Gue bahkan nggak tau perasaan Samudra ras," terang Osiya. Laras langsung berdiri.

"Oke! Jadi, kalo Samudra tembak lo, lo harus terima dia!" Osiya mengernyitkan dahinya. Apa apaan Laras, ditembak aja belum udah nyuruh nerima.

"Apaan sih, nggak usah halu deh," cibirnya.

"Gue yakin! Sebentar lagi Samudra bakalan tembak lo," ucap Laras mantap. Osiya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan sahabat super optimisnya itu.

"Sam, ajarin gue main gitar dong," Samudra menatap bingung ke arah Andra.

"Hah?"

"Iya, ajarin gue main gitar," ulang Andra sekali lagi.

"Lo ngapain mau belajar main gitar?" tanya Samudra penasaran. Andra menyengir lebar.

"Gue mau tembak Siska," jawabnya bangga. Samudra membelalakkan matanya.

"SERIUS LO MAU TEM-" ucapannya terputus karena Andra buru-buru membungkam mulutnya.

"Eh anjir! Ngapain lo teriak bangke," geram Andra. Samudra mengangkat tangannya membentuk huruf 'V'.

"Iya, gue mau tembak dia. Katanya dia suka musik. Makanya gue mau belajar main gitar buat tembak dia," jelas Andra merendahkan suaranya.

"Wah boleh juga tuh. Tapi nggak gratis dong ya," kini Samudra sudah memperlihatkan wajah liciknya. Andra menghembuskan nafasnya. Alamat sudah ini.

"Oke, gue bayar. Berapa?"

Samudra langsung menggelengkan kepalanya. "Gue nggak butuh duit. Gue butuh bantuan lo."

Pagi ini seluruh siswa-siswi SMA Garuda jaya tengah mempersiapkan diri untuk pulang dari kemah mereka.
Guru-guru mengerahkan murid-muridnya untuk membersihkan tempat perkemahan, agar mereka bisa belajar tanggung jawab. Bukan bisanya membuat sampah saja.

"ANAK-ANAK AYO KUMPULKAN SEMUA SAMPAH KALIAN! JANGAN ADA SISA!" perintah pak Doni menginterupsi kepada semua orang yang ikut dalam perkemahan tersebut.

"Ras sampah lo banyak banget anjir," cibir Osiya menatap sampah-sampah Laras nanar.

"Yaelah, lo jangan ngomong aja dong! Bantuin gue anjir," keluhnya.

"Ogah," balas Osiya cuek.

"Nggak ada akhlak lo jadi temen," dengus Laras yang hanya dibalas tatapan mengajak damai oleh Osiya.

"Ebuset! Itu sampah apa anak semut? Banyak amat," ledek Samudra begitu bergabung ditempat Osiya dan Laras, diikuti oleh Ibra dan Andra.

"Eh jangan gangguin bebep gue," ucap Ibra menatap Samudra sinis.

"Yaelah bap-bep-bap-bep, pacaran aja kagak," sindir Andra yang membuat Ibra dan Laras menatapnya tajam. Sedangkan Osiya dan Samudra malah menertawakan mereka.

"Udah-udah, pak Doni otw kesini tuh," lerai Osiya. Kemudian mengangkat sampahnya.

"Mau gue bantu?" tawar Samudra menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri," ketus Osiya.

"Yaelah jutek amat neng, lagi PMS?"

Osiya menatap Samudra tajam. "Beresin sampah lo sendiri sana."

"Iya deh iya. Ba, ndra, balik ke tenda yuk," ajak Samudra langsung diangguki oleh keduanya.

"Dadah Laras sayang," Laras memberikan tatapan mautnya pada Ibra. Ibra pun langsung ngacir untuk menyelamatkan badannya dari cubitan serta geplakan maut Laras.

"Belum juga jadi suami udah jadi calon suami takut istri si Ibra," kekeh Samudra.

"Yaelah kaya lo nggak aja Sam," cibir Andra. Samudra pun hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Terimakasih untuk yang sudah memvote cerita ini☺️
Dan semoga para siders diberi hidayah supaya bisa menghargai karya orang lain. Aamiin
Next part secepatnyaa🤗
Thankyou🥰
JANGAN LUPA VOMETNYA BEP💗

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang