Satu

199 41 110
                                    

Luka yang kemarin saja belum sembuh, lantas untuk apa aku mencoba menciptakan luka yang baru?

~•••~

Hari ini Osiya berangkat ke sekolahnya pagi-pagi sekali. Seperti biasa ia akan melewati koridor sekolah dengan wajah datar nan dingin miliknya, kalaupun ada yang menyapa, ia hanya akan memberikan senyum tipisnya. Tapi itu hanya untuk orang yang dikenalnya, lain halnya dengan orang yang tidak dikenalnya. Jika ada orang yang tidak dia kenal memanggilnya atau sebagainya, dia hanya akan melirik sekilas lalu membuang muka. Tega memang, tapi itulah dia, si 'princess ice' . Sebenarnya saat sudah jadian dengan Devon, dia sudah tidak sedingin itu. Tapi sikap lamanya kembali semenjak melihat Devon selingkuh dengan wanita yang sangat ia benci. Ditha, gadis centil yang menjadi primadona SMA Garuda Jaya.

Kini Osiya berada di sebrang kelas Devon. Seperti biasa, ia selalu melihat ke arah kelas Devon, berharap ada Devon disana dan menyapanya, bodoh bukan? Iya, itulah Osiya. Tidak bisa melupakan walaupun sedang membenci.

"Aduh," ringis Osiya saat merasakan pantatnya membentur lantai dengan keras.

"E-eh sorry, gue enggak sengaja, lo gapapa kan?" tanya seorang pria yang menabrak Osiya, sambil menjulurkan tangannya untuk membantu Osiya berdiri. Tapi Osiya hanya melihat tangan itu tanpa berminat menggapainya.

"Gapapa," jawab Osiya dingin lalu berdiri dan berlalu begitu saja.

"Aduh, lo marah ya? sorry gue enggak sengaja, serius. Lo juga sih, jalan tapi matanya kemana-mana," ucap pria itu sambil mensejajarkan langkahnya dengan Osiya. Tapi Osiya tak menjawabnya, ia hanya terus berjalan tanpa mempedulikan pria itu.

"Woy enggak usah kacangin gue dong. Sorry, gue enggak sengaja, sumpah. Emangnya sakit ya? Padahal tadi jatuhnya enggak parah-parah amat," ucap pria itu lagi, Osiya yang bosan mendengar ocehan pria itu akhirnya menatap pria itu datar.

"Gue bilang nggak papa ya nggak papa, budek lo?" ucap Osiya dingin.

"Ya abisnya, lo diem aja dari tadi, gue kan mikirnya lo marah sama gue," gumamnya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Osiya memilih meninggalkan pria itu begitu saja.

-----------------------------------------------------------

"OSIYAAA! ADA MURID BARU DI KELAS KITA!!" histeris seorang gadis begitu sampai di depan kelas, bahkan kini semua mata mengarah kepadanya. Ia menyengir sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf 'V'.

"Toa, bego," balas Osiya datar.

"BODOAMAT! Ini murid barunya ganteng anjir, lu kudu gebet si!" serunya dengan mata berbinar.

"Ras," keluh Osiya menatapnya malas. Ya, Laras, itu namanya. Sahabat Osiya satu-satunya. Sangat bertolak belakang memang. Osiya yang pendiam dan cuek, sedangkan Laras malah sangat barbar dan cerewet. Tapi percayalah mereka sudah bersahabat sejak duduk di bangku SMP kls 1 sampai saat ini. Sekarang mereka kelas 2 SMA. Jadi, bisa dibayangkan lah, sudah berapa lama mereka bersahabat?

"Apa salahnya sih?" tanya Laras.
Ini sudah kesekian kalinya Laras berusaha membuat Osiya membuka hati lagi. Tapi, hasilnya nihil, Osiya tidak pernah mau membuka hatinya lagi.

"Assalamu'alaikum anak-anak," salam Bu Ani begitu sampai diruang kelas. Membuat ruang kelas yang tadinya sangat berisik bagai pasar ikan, langsung sepi seketika.

"Jadi, hari ini kita kedatangan murid baru, ayo nak, perkenalkan dirimu," ucap Bu Ani sambil mempersilahkan seorang murid laki-laki masuk ke dalam kelas. Seketika kelas menjadi ramai kembali. Ketika seorang murid laki-laki masuk kedalam kelas sambil tersenyum ramah.

"woyyy Gans banget."
"Oksigen oksigeeennn."
"Gakuat adek bang."
"Otw jomblo deh gue ni."
"Siap-siap cewe gue minta putus."

Kurang lebih seperti itulah suara-suara halus yang ada dikelas itu karena ketampanan murid laki-laki itu. Bahkan kini semua siswi yang ada di kelas itu hanya fokus menikmati ciptaan Tuhan yang satu itu. Badan tinggi tegap, kulit bersih, hidung mancung, bibir tipis merah alami, alis tebal, dan mata teduh itu mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Tentu saja kecuali Osiya. Ia hanya menatap sekilas k earah siswa baru tersebut, kemudian melipat tangannya dan menempatkan kepalanya diatas lipatan tangannya.

"Assalamu'alaikum temen-temen, kenalin, saya Samudra Fasha Anugrah, saya pindahan dari SMA Bakti Bandung. Saya harap kalian bisa berteman baik sama saya ya." Suasana kelas kembali heboh dengan teriakan-teriakan manusia alay yang ada dikelas itu, Osiya yang merasa terusik dengan suara bising itu. Osiya penasaran, akhirnya ia mengangkat kepalanya dan melihat ke depan. Ia memperhatikan laki-laki itu, lalu ia tersadar.

"Lah, dia?" gumamnya pelan. Laras yang disebelahnya pun menoleh.

"Kenapa Si? Lo kenal?" bisik Laras merapatkan dirinya ke arah Osiya.

"Enggak. Cuman tadi gue ketemu sama dia di koridor," jawabnya. Laras hanya manggut-manggut.

"Baiklah Samudra. Kamu duduk dibelakang ya, dipojokan itu," ucap bu Ani mempersilahkan samudra untuk duduk.

"Eh Si, dia ngeliatin lo, kayaknya dia inget deh," bisik Laras pada Osiya. Osiya hanya menatap Laras malas, karena dia memang tidak perduli.

"Baik bu," ucap Samudra sopan. Lalu berjalan menuju bangkunya.

Kemudian pelajaran pun berlangsung. Samudra beberapa kali mencuri pandang ke arah Osiya.

"Jadi dia, ya."

Voment kalian sangat berarti buat seorang author baru kaya aku ini guys❤️

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang