Tujuh

47 10 7
                                    

Dulu aku ada diposisi itu.
Dan kini? Aku hanya penonton kebahagiaanmu.
Bagaimana kabar hatiku?
Tentu saja tidak baik-baik saja.

- Osiyana -




Hari Selasa adalah hari yang paling dibenci oleh hampir seluruh siswa-siswi dikelas 11 IPA 1.

Bagaimana tidak? Berturut-turut pelajarannya adalah pelajaran yang berpotensi menyebabkan penuaan dini. Matematika- Fisika - sejarah lintas minat. Bayangkan saja bagaimana peningnya kepala saat semua pelajaran itu dilaksanakan secara berturut-turut. Apalagi gurunya guru killer semua. Behh:v

Saat ini keadaan kelas 11 IPA 1 sangat tak terkontrol. Kelas tersebut kini terbagi menjadi 3 kubu. Kubu belakang kubu tengah dan kubu depan.

Mereka saat ini tengah mengerjakan tugas fisika yang terlupakan oleh mereka saking serunya bergosip ria di grup chat kelas kemarin malam. Alhasil rata-rata tidak ada yang mengerjakan. Hanya murid-murid terpilihlah yang mengerjakan.

Kubu belakang kini tengah berebut untuk melihat jawaban milik Andra, kemudian kubu tengah melihat jawaban milik Osiya, dan kubu depan melihat jawaban milik Tasya. Sedangkan para pemilik buku hanya duduk anteng ditempat duduknya masing-masing. Sungguh mulia hati mereka.

Ya. Ketiganya adalah juara kelas sehingga tidak diragukan lagi jawabannya.

Saat ini Osiya tengah melanjutkan tidurnya dibangkunya dikarenakan Laras kini tengah bergabung untuk menyontek jawaban miliknya.

Brakk

Suara gebrakan tersebut menarik semua perhatian orang yang ada dikelas.

Semuanya menatap tajam kearah pintu. Sedangkan yang ditatap hanya nyengir sambil mengangkat jari tengah dan telunjuknya membentuk V.

"Yaelah mukanya pada serem amat kek dajjal," ucap Samudra pada teman-temannya sambil cengengesan. Udah salah ngeledek lagi.

Karena ada yang lebih penting daripada membalas Samudra alhasil semuanya kembali fokus pada tugas mereka. Samudra mengernyit kemudian menghampiri Osiya yang tengah menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan diatas meja.

"Osiyana!" teriak Samudra tepat disebelah Osiya. Osiya terlonjak dan langsung menggeplak kepala Samudra menggunakan buku paket yang cukup tebal.

"Anjir! Sakit si! Gilak lo keknya ada dendam kesumat deh sama gue," gerutu Samudra sambil mengelus pelipisnya. Osiya menatap datar kemudian melanjutkan tidurnya. Samudra berdecak sebal karena merasa terkacangi.

"Udah dipukul, sekarang dikacangin lagi. Miris amat gua," gumamnya.

"Si, kok pada keliatan sibuk banget sih? Pada ngapain anak-anak?" tanya Samudra sambil menaruh tasnya dibangkunya yang ada dibelakang Osiya kemudian duduk disebelah gadis itu.

"Tugas fisika," balas Osiya masih tetap mempertahankan posisinya.

"Hah? Fisika?! Anjir gue belum selesai! Si liat tugas lo dong, please," Osiya berdecak. "tuh di Laras."

Kemudian Samudra langsung menghampiri Laras beserta kubu tengah lainnya. Ia langsung merebut buku yang ada di tengah-tengah meja tersebut dan kabur keluar kelas sambil tertawa ngakak.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang