Sembilan

41 8 0
                                    

Apapun yang terjadi aku akan selalu disampingmu.

-Samudra


"Siya, dah nyampe," ucap Samudra pelan sambil menepuk pipi Osiya pelan.

"Heummm," gumam Osiya berusaha mengumpulkan nyawanya kembali. Samudra berdiri untuk membawa tasnya serta tas Osiya.

"Eh, gue bisa bawa sendiri kok," Osiya merebut tasnya tapi Samudra menahannya.

"Udah, biar gue aja. Itung-itung balas budi karena lo udah bantuin gue ngejar materi," jawab Samudra yang akhirnya disetujui oleh Osiya.

Saat Osiya berdiri untuk mengikuti Samudra tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan teduh seorang Devon. Osiya cukup terpaku dengan tatapan itu, sudah cukup lama ia tak mendapati tatapan itu. Tapi ia buru-buru mengalihkan pandangannya dan keluar dari bus.

"Disini dingin banget anjir!" ucap Laras seraya memeluk Osiya.

"Alay lo," balas Osiya menatap Laras datar. Laras cengengesan kemudian melepaskan pelukannya.

"Eh, tadi kayanya nyenyak banget tidur lo," godanya sambil menyenggol bahu Osiya. Osiya membalasnya dengan tatapan tajam. Samudra yang melihatnya hanya tertawa pelan.

"Udah ah entar kita dimarahin sama pak Dodi kalo kelamaan ngobrol disini," akhirnya mereka pergi ke arah teman-teman yang sedang membangun tenda.

"Jadi temen-temen, kita bakalan ngadain jurit malam. Tadi kelompoknya udah dibagi kan? Jadi sekarang kalian bisa kumpul sama kelompok kalian, dan ketua dari masing-masing kelompok silahkan ambil petanya di Farhan," terang Pratama selaku ketua OSIS di SMA Garuda Jaya.

"Weh kita satu kelompok ras," ucap Ibra datang dengan Devon ke tempat Osiya, Samudra, dan Laras berkumpul.

"Seneng amat lo," balas Laras sok cuek.

"Sok cuek banget sih kamu sayang," goda Ibra yang dibalas pelototan oleh Laras.

"Eh anjir! Kalian berdua jadian?!" heboh Samudra yang menarik perhatian orang-orang disekitarnya.

"YA NGGAK LAH ANJIR!" elak Laras dengan pipinya yang sudah semerah kepiting rebus.

Ibra langsung tertawa melihat Laras blushing. "Masih otw Sam."

Osiya hanya menyimak obrolan mereka tanpa ada niatan ikut nimbrung. Bukan tanpa alasan, tapi disana ada Devon. Dan dia malas harus terlibat obrolan disaat ada mantannya tersebut.

"Lo juga kelompok kita von?" tanya Samudra tak ingin berada disiatuasi kecanggungan yang berkepanjangan.

"Iya," balas Devon seadanya.

"Tumben nggak ngekorin ayang beb," sindir Laras agak sinis.

Osiya memutar bola matanya, ia sudah tau kemana arah pembicaraan ini. Maka dari itu dia langsung memotong.
"Sam, lo ambil peta sana,"

"Siap ibu negara," jawab Samudra mengedipkan sebelah matanya.

"Idih... alay lo," ledek Laras seolah jijik melihat Samudra.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang