Tiga belas

21 5 5
                                    

Dua hari lagi ulangan tengah semester akan dimulai. Osiya sedang gencar-gencarnya belajar bersama Laras. Tentu saja Laras ikut dengan berbagai omelannya.

"Ih Siya, kita libur aja yuk belajarnya. Bosen gue seminggu full belajar mulu," keluh Laras saat mereka tiba di perpustakaan kota.

"Lagi seminggu, nanggung," jawab Osiya sambil memilah-milah buku yang akan ia pelajari.

"Kita ke mall aja yuk si, tadi Ibra juga ngajakin, entar kita ajak Samudra juga."

"Lo aja sana, gue mau belajar," jawab Osiya tanpa mengalihkan pandangannya.

"Yah Osiya mah, sekaliii aja," rengek Laras sambil menggoyang-goyangkan lengan Osiya. Osiya menghembuskan nafasnya.

"Iya iya ah," jawab Osiya pasrah.

"NAH GITU DONG-" Osiya langsung membekap mulut Laras. Laras ini lupa atau bagaimana sih, kan mereka lagi ada di perpustakaan. Bahkan kini perhatian orang teralihkan ke arah mereka. Osiya membungkuk sebagai permintaan maaf.

"Lo goblok atau bego?" tanya Osiya yang dibalas cengiran tak berdosa oleh Laras.

"Osiya! Laras!" Mereka berdua melihat kearah pemuda yang memanggil mereka. Kemudian pemuda tersebut menghampiri mereka.

"Lama ya?" tanya Samudra begitu mendudukkan dirinya dibangku kafe tersebut.

"Iya lama! Gue sampe lumutan nih!" jawab Laras dramatis dibalas tatapan selidik oleh Samudra.

"Ngapain lo liat-liat kayak gitu?" sinis Laras.

"Lo lumutan? Pantesan muka lo ijo-ijo gitu," ucap Samudra dengan muka sok jijik.

"HAH?! SERIUS?!" tanya Laras panik sambil melihat wajahnya di kamera handphone. Osiya hanya tertawa saja melihat keabsurdan dua orang tersebut.

"Udah woy. Ribut mulu lo pada," celetuk Osiya akhirnya.

"Ini si Ibra mana dah," ucap Samudra seraya duduk dihadapan Osiya.

"Lagi dijalan sih katanya," jawab Laras.

"Dia sendiri kan?" tanya Osiya was-was, namun tentu saja dengan wajah datar.

"Kayanya," ucap Laras.

"Woy!" Mereka semua tersentak kaget, kemudian melihat orang yang berteriak tersebut dengan tatapan kesal. Osiya langsung mengalihkan tatapannya begitu melihat keberadaan Devon dibelakang Ibra.

"Hehee sorry telat guys," ucap Ibra.

"Lo yang ngajakin, lo yang telat," ketus Laras. Buru-buru Ibra duduk disebelah Laras.

"Maaf ras, tadi gue nunggu si Devon dulu nganter coklat kerumah si Ditha," jelas Ibra. Mendengar itu Osiya merasa ada sesuatu yang menusuk jauh dilubuk hatinya. Ternyata rasa perih itu belum sepenuhnya ia hilangkan. Ternyata tak semudah itu melepaskan.

"Udah-udah, karena lo telat, lo yang traktir," putus Samudra yang langsung diprotes Ibra.

"LAH APA-APAAN JING!" protesnya dan dibalas dengan smirk oleh Samudra.

"Gue yang traktir," celetuk Devon. Disini dia yang salah, jadi sudah jelas dia yang harus mentraktir.

"Wah! Sahabat terbaik gue emang lo," ucap Ibra memberikan sun jauh kearah Devon. Hal itu membuat makhluk-makhluk yang ada dimeja itu menatapnya jijik.

"Permisi mbak, mas, mau pesan apa?" ucap pelayan yang ada di kafe tersebut.

"Waffle chocochesee," ucap Osiya dan Devon berbarengan. Satu meja langsung hening mendengarnya, Osiya langsung membuang pandangannya, menghindari mata teduh Devon.

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang