Delapan

35 8 2
                                    

Mari kita sama-sama merelakan.

Pagi ini lapangan SMA Garuda Jaya dipenuhi oleh siswa siswi serta beberapa guru yang sudah siap untuk pergi berkemah.

Seperti Osiya yang saat ini berdiri dengan Sarah dipinggir lapangan sambil memperhatikan ketua OSIS yang menjelaskan peraturan serta membagi kelompok per bus.

"Anjir kita satu bus sama si Ditha si," ucap Laras.

"Terus?" balas Osiya tak minat.

"Nggak pa-pa sih hehe," jawab Laras sambil nyengir.

"Eh iya si, gua kayaknya jadi mau duduk sama Ibra. Lo, nggak pa-pa kan?" tanya Laras sedikit ragu dengan raut wajah kikuk.

"Iya," jawab Osiya malas.

"Ih, yang ikhlas dong,"

"Iya Laras cabatkuuu," jawab Osiya kini dengan senyum paksaan.

"Anjir, lo alay banget dah," ledek Laras tertawa ngakak. Sedangkan Osiya hanya menatapnya datar.

"Woy!" Osiya dan Laras terlonjak karena teriakan orang yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Eh kampang! Lo kalo mau teriak liat-liat situasi dong anjir!" bentak Laras sambil menggeplak kepala Samudra dan Osiya hanya menyaksikan aksi baku hantam tersebut.

"Sakit bego! Iya woy! Maaf aduh! Eh Laras sapi sakit woy!" keluh Samudra sambil terus menangkis pukulan Laras. Osiya hanya mengakak ditempatnya tanpa ada niat sedikit pun membantu Samudra.

"Udah woy udah! Ampun astaga woy!" akhirnya Laras menghentikan pukulannya.

"Dasar preman pasar," gerutu Samudra sambil mengusap lengannya yang terkena amukan Laras.

"APA LO BILANG?!" teriak Laras sambil mempersiapkan ancang-ancang untuk kembali menghajar Samudra.

"Enggak kok! Gue enggak ngomong apa-apa. Ya kan si?" tanya Samudra berusaha mencari pembelaan. Osiya hanya membalasnya dengan dehaman.

"Ras, lo duduk sama Ibra kan? Berarti gue duduk sama Osiya dong nih ya?" Osiya langsung melotot.

"Nggak," jawab Osiya cepat.

"Lo emang mau duduk sama siapa? Emang ada lagi yang mau duduk sama lo?" ejek Samudra menatap Osiya menantang.

"Entar gue cari temen,"

"Just for your information nih ya. Anak kelas, semuanya udah dapet temen duduk. Gue sih nggak masalah kalo lo nggak mau. Secara kan banyak banget tuh yang mau duduk sama gue," tutur Samudra dengan bangga.

"Duduk aja lo sama yang lain," balas Osiya datar.

"Yakin nih? Nggak nyesel?" Samudra masih saja membujuk Osiya.

Osiya mendengus kemudian menghampiri salah satu teman kelasnya.

"Sis, lo duduk sama siapa?" tanya Osiya kepada Siska, salah satu teman sekelasnya. Siska menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil tersenyum canggung.

"Gue duduk sama Andra si," jawabnya gugup. Osiya mengangguk kemudian kembali ke tempatnya tadi.

"Gimana? Tawaran gue masih berlaku kok. Tapi kalo lo masih nggak mau, yaudah gue duduk sama Ajeng aja. Dari tadi dia minta duduk sama gue tuh," tunjuk Samudra dengan dagunya kepada gadis cantik nan imut yang ada didekat taman.

"Terserah lo," balas Osiya datar. Samudra tersenyum. Terlihat jelas bahwa Osiya kesal dengan perkataan Samudra.

"Ciee cemburu cieee," ledek Laras sambil menoel-noel lengan Osiya yang dibalas dengan tatapan tajam oleh si pemilik lengan.

"Udah ras, jangan diledekin. Pipinya makin merah entar," goda Samudra sambil menatap Osiya jail.

"Bacot banget dah," gerutu Osiya sambil berusaha melihat-lihat kearah teman kelasnya yang kemungkinan bisa diajak untuk duduk bersama. Tapi nihil. Semuanya sudah berpasang-pasangan.

"Oke gue duduk sama lo," final Osiya. Yang mengakibatkan Samudra kini menahan senyumnya mati-matian.

' oke jangan senyum Samudra. Entar Osiya malah berubah fikiran.' batinnya.

"Lo duduk deket jendela," perintah Samudra begitu sampai didalam bus. Osiya hanya menurut. Ia sedang malas berdebat.

"Tumben nurut," cibir Samudra yang tak dihiraukan oleh Osiya.

"By aku mau duduk deket jendela yaa," Samudra memasang muka jijiknya saat mendengar suara centil Ditha.

"Alay banget najis," celetuknya tanpa melihat kearah orang yang disindir. Sedangkan Osiya hanya diam sambil memasang headphone ketelinganya.

"Eh Samudra! Kamu kalo mau nyindir liat aku dong!" protes Dhita yang sama sekali tak dihiraukan Samudra.

"Udah, ayo duduk," ucap Devon lembut.

"Najis banget njir, untung Osiya dah pake headphone." batin Samudra menatap Devon sinis.

"Gue pake yang sebelah yah," Samudra langsung mencomot headphone Osiya yang ada disebelah kanan tanpa menunggu jawaban Osiya.

"Ih apa sih! Kan lo juga punya!" protes Osiya sambil berusaha menarik headphonenya kembali. Tapi Samudra langsung menutup kupingnya. Kemudian ia menyengir lebar sehingga memperlihatkan gigi kelincinya yang imut itu. Aw deh

"Gue males banget ngambil di tas. Gapapa yaa," mohon Samudra dengan memasang tampang memelasnya yang sialnya terlihat sangat manis.

"Eh-e-yaudah!" jawab Osiya gugup karena terpesona dengan Samudra. Samudra hanya tersenyum jail menatap Osiya.

Diperjalanan tidak ada kegiatan apa-apa karena mereka sampai ditempat kemah akan langsung melaksanakan serangkaian acara yang sudah diatur oleh para OSIS.

Jadilah kini mereka semua kini tidur termasuk Osiya yang kini tidur dipundak Samudra. Sebenarnya itu bukan disengaja oleh Osiya, karena tadi awalnya ia sedang tidur dengan posisi kepala menyandar pada jendela. Samudra yang melihat itu langsung saja meraih kepala Osiya pelan dan meletakkannya di bahunya.

"Entah ini perasaan apa, tapi gue sayang lo Siya," lirih Samudra mengelus puncak rambut Osiya pelan.

Ditempat duduk yang tak jauh dari mereka ada sepasang mata yang melihat mereka dengan tatapan sendu.

"Gue pantes ngerasain ini,"

Thankyou!
Jangan lupa vomentnya ❤️

Believe MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang