Petualang Biru Tanpa Jani (Extended 22 Taman Balai Kota Tempat Berjumpa)

5 1 0
                                    

     "Biru lu ga masuk sekolah?", "ya lu liat gue ada di kelas kaga", "engga", "ya ngapain tanya bego", "ya elu kemana ga masuk, lu sakit lagi", "kaga", "ya terus", "gue mau ke Surabaya", "hah, sama siapa?, ngapain?", "sendirilah, kepo lu", "yehh, yaudah hati-hati ae matiin Biru telfonnya ada guru" Biru menutup telfon dari Beni.

     Biru sedang dalam perjalanan menuju Surabaya ntah apa tujuannya yang pasti bukan untuk meninggalkan Kota kenangan Biru dan Jani.

       Sesampainya di salah satu terminal Surabaya Biru memesan Gojek untuk menuju ke tempat tinggal ibunya.
    
     "Mas Biru ya?", "iya Pak", "naik Mas".
  "Masnya dari mana?", "saya dari Kota T Pak", "ohh saya punya saudara Mas di Kota T, Masnya udah kerja apa kuliah", "saya masih sekolah Pak SMA kelas sepuluh", "oalah kirain Masnya toh udah kerja", "belum Pak", "ini ke jalan Wijaya Kusuma ya Mas", "iya Pak", "oke Mas".

        Biru menikmati suasana jalan di Kota Surabaya kota yang saat kecil Biru tinggal banyak kendaraan berlalu lalang.

     "Rumah depan itu pak pager putih", "oke Mas", "Jadi berapa Pak?", "tujuh puluh satu Mas", "nih Pak, kembaliannya ambil aja", "wah makasih Mas", "iya Pak sama-sama".

      Biru menatap lama didepan rumah mengingat masa kecilnya dulu.

     Ibu Biru menyambut kedatangan Biru, sayangnya tidak teringat jelas akan percakapan Biru dan Ibunya.

     "Bu indomaret yang baru dimana deket sini?", "itu loh nak di belakang balai kota", "ohh yaudah aku mau keluar bentar", "yaudah hati-hati".

     Suasana ramai penuh dengan orang-orang yang sepertinya sibuk akan dunia mereka.

     Biru membeli minuman dingin untuk sedikit mereda tengorokan di tengah panasnya cuaca Surabaya.

     Biru menyalakan motornya untuk menuju destinasi selanjutnya.

      Biru bertujuan untuk berhenti di depan Balai Kota tepatnya di taman Balai Kota, sampai di depan Balai Kota terdapat banyak anak SMA yang pulang sekolah Biru melihat perempuan duduk di salah satu bangku di bawah pohon.

     Mata perempuan itu terlihat sembab.

   Biru menghampiri perempuan itu.

  Biru menyulurkan minuman,

     "Nih Kak Minum", "engga mas gausah", "udah gapapa Kak", "emm, Makasih Mas", "Kaka kenapa?", "kenapa gimana Mas?", "itu mata kakanya sembab", "engga Mas gapapa", "kakanya habis putus?, atau ketinggalan Bus?", "iya mas saya habis putus", "ohh maaf ka", "maaf kenapa Mas", "emm gatau", "kaka kenapa ga pulang ini udah jam lima loh", "iya Mas bentar lagi", "emangnya kalau boleh tau rumah kakak dimana?", "deket Mas di Jalan Wijaya Kusuma", "lah nomor berapa?", "enam belas", "Kak", "iya Mas?", "Kakak Dea bukan?", "iya Mas saya Dea ko Mas tau".

     "Aku Biru Dea", "hah ini kamu Biru?", "iya Dea", "kamu tinggi banget sekarang", "yeh bukan aku yang tinggi kamu aja tuh dari dulu ga tumbuh", "kamu tuh dari dulu ngebully aku terus", "udah lama banget ya Dea kita ga ketemu", "banget udah tujuh taun", "iya dulu kamu masih sepundak sekarang kamu udah, sama sih masih sepundak", "dih gitu kamu", "kenapa nangis di taman Dea ga mau di liatin orang", "ya gitu deh kamu kan tau aku cengeng banget dari dulu", "yaa kamu emang ga banyak berubah Dea", "kamu sekarang sekolah dimana Biru?", "aku di MAN 2", "ohh", "kalau kamu?", "SMANSA", "dulu aku mau masuk SMANSA juga Dea tapi ga jadi", "ko gajadi", "iya", "kenapa?", "yaa ada seseorang yang saat itu ga mau jauh dari aku ya meskipun akhirnya pisah juga", "yah nt Biru", "kamu ga pulang Dea udah sore banget ini nanti Papa Edi nyari kamu loh", "apaan si Biru", "haha, yaudah ayo aku anter sekalian mau balik juga aku", "mmm", "udah ayo", "iya-iya".

      Dea adalah teman semasa Biru kecil dulu.

   "Biru kamu kapan datang kesini?", "apa Dea"

    Suara motor Biru yang berisik membuat suara Dea yang lembut tidak terdengar oleh Biru.

     "KAMU KAPAN DATENG KESINI BIRU", "ohh tadi siang aku sampai sini", "SAMA SIAPA BIRU?", "Dea ga usah teriak gitu kali, aku kesini sendiri", "OOO".

      "Makasih ya Biru", "buat?", "anterin aku pulang", "eh Dea ini kan rumah kamu nih liat nih kanan rumah kamu nih ya Dea ini rumah aku cuman kehalang pager Dea", "nyee", "Dea", "apa Biru?".

  Biru menunjukan handphonenya.

  "Apa Biru?", "nomor kamu Dea", "ohh, nih udah", "oke", "aku masuk dulu ya Biru", "iya hati-hati", "kan udah sampai Biru ko hati-hati", "ya hati-hati pokoknya", "iya-iya bye Biru", "iya".

       Biru pulang lalu beristirahat sembari mengirim pesan kepada Dea.

DUA BANGKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang