Petualang Biru Tanpa Jani (Extended 19 PESAN)

6 1 0
                                    



Perkenalkan saya Karin mungkin kalian hanya mengenalku dari beberapa halaman akhir-akhir ini, aku tidak lihai dalam menulis tidak seperti Biru yang dapat mengungkapkan segala hal yang ia rasakan.
Saya tidak akan menceritakan percakapan diantara Saya dan Biru maupun Beni, tetapi Saya akan menulis segala apa yang Biru katakan kepada Saya tentang seorang perempuan bernama Jani.

Biru. Seorang yang tanguh sekaligus rapuh, Saya tidak pernah melihat Biru menangis hanya saja saat ia duduk di meja nomor tiga paling pojok, ia selalu menampakan wajah yang rapuh.

Saya tidak bercerita tentang bagaimana Saya mengenal Biru atau kapn saya pertama kali bertemu Biru.

Saya pernah membaca buku milik Biru buku itu berjudul Pukul Setengah Lima.
Terdapat beberapa lembaran kertas yang terlihat ada bekas air mata yang pernah jatuh mengenai kertas itu.
Kertas itu tertulis pesan untuk seseorang di dalam lembaran itu tertulis nama Jani.

Untuk di halaman selanjutnya terdapat puisi selembar kertas yang sama terdapat bekas air mata yang jatuh terkena kertas itu.
"Semua telah usai
Kau buat kumerasakan damba semu
Aku hancur
Dan tidak berdaya lagi di saat ini
Jani yang ku yakini cinta
Tak berarti apa bagimu
Dan hatimu tak pernah kau sisakan untuk diriku."
Terdapat siluet pulpen yang memberikan tulisan Jani pada puisi itu.

Saya tidak akan menulis banyak hal tentang hal ini.

Untuk Biru percayalah semua akan baik-baik saja meski untuk saat ini masalalu masih menjadi perangkap dalam hidupmu.
Untuk Jani selamat dan bahagialah laki-laki yang saat ini bersamamu adalah penganti Biru, kamu yang sabar Jani meski Saya hanya mengenal kamu dari cerita Biru. Jani percayalah saat tanggal 5 oktober nanti Biru tidak akan mengangumu sedikitpun dari chat maupun pesan dari cerita yang Biru alami.
Percayalah Biru sudah BerJanji Kepadaku.

DUA BANGKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang