Petualang Biru Tanpa Jani (Extended 5 Perasaan Alena Kepada Biru)

4 0 0
                                    

      "Hai Biru", "hai juga Alena, kamu rapi banget mau kemana?", "kan kemarin mau lanjut ke tempat yang kamu tuju", "iya tapi kan nanti sore Alena ini masih pukul sepuluh panas", "yahh kamu kok gak bilang si Biru", "kamu gak nanya haha", "nih Biru buku kamu, eh ada Alena mau kemana kok rapi banget", "hehe iya kak kemarin kata Biru mau di ajak jalan lagi ternyata nanti sore hehe", "kamu ini ada-ada aja Alena emang gak di kasi tau Biru apa jam berapa", "Alena gak nanya kak, sini bukunya kak", "nih", "buku apaan itu kak?", "tanya Biru aja kakak mau mandi".
      "Buku apaan Biru?", "buku tulis Alena", "iya tau aku isinya apa?", "ohh tulisan", "tulisan apa Biru PR?", "bukan Lena, kamu mau lihat?", "emang boleh Biru?", "tentu Alena" Alena membaca isi buku itu sembari bertanya apa makna tulisan didalam buku itu "ini apa Biru?", "mana Alena?", "Bunga kering dari Biru tersimpan di halaman bukunya oleh Jani", "hmmm apa ya, oh... dulu pas di sekolah aku ambil bunga di taman sekolah aku kasih Jani aku menyuruhnya menyimpan dan Jani menyimpannya di bukunya", "ohh, Biru", "iya Alena?", "kamu sesayang itu sama Jani?", "mungkin", "kok mungkin Biru?", "ya mungkin sekarang kan sudah tidak ada hubungan lagi sama Jani  jadi terlalu sayang kepada masalalu kurang baik untuk orang baru kedepannya", "ohhh" Alena membaca semua tulisan yang ada di catatan Biru Alena kagum kepada Biru.
     Menurut Alena Jani adalah orang yang paling beruntung mendapatkan Biru melihat dari tulisan Biru Jani adalah orang yang sangat istimewa bagi Biru "nih Biru", "sudah selesai Alena?", "sudah Biru, aku pulang dulu ya Biru", "iya Alena mau di anter gak?", "gak usah Biru siang bolong juga", "yaudah hati-hati Alena", "iya Biru", Alena terus membayangkan jika dia menjadi Jani sebenarnya Alena memiliki rasa kepada Biru ntah kenapa semenjak kemarin satu hari bersama Biru, Alena merasakan rasa yang tidak biasa kepada Biru "ko bisa yah Jani meninggalkan Biru padahal Biru sesayang itu kepada Jani mungkin kalau aku jadi Jani aku tidak akan meninggalkan Biru".
    Alena sangat ingin menjadi Jani padahal banyak masalah yang hanya Biru dan Jani hadapi seperti Jani yang selalu menjadi api jika saat Jani di kuasai egonya, dan Biru yang selalu tidak menangapi sampai ego Jani mereda bagi Biru jika dia melawan ego Jani tidak akan membuahkan jalan keluar, meskipun pada akhirnya mereka saat ini sudah di jalan masing-masing.
      Pukul setengah empat Alena sudah berada di teras rumah bersama Biru "sumpah ya kenapa sih cewe kalo dandan itu lama banget", "namanya juga cewe Biru", "emang kamu juga lama dandannya?", "iya aku tadi jam setengah tiga selesai mandi terus make up selesai jam tiga dua puluh", "hah yang bener, tapi muka kamu sama aja?", "ya emang gini Biru", "iya iya, KAK KEI CEPETAN NAPA!", "SABAR BIRU BENTAR LAGI INI!", "lama banget sih!", "bentar doang kok, eh udah siap Alena? yaudah yuk berangkat", "ayo kak kei".
     "emmm emang kita mau kemana sore ini", "ke Tebing Breksi Lena", "kok langsung Tebing Breksi kemarin aku lihat di list buku kamu Biru itu tempat terakhir", "hum emang itu harusnya  terakhir tapi kalau terakhir aku singgah di situ nanti malah susah lupain haha", "yehh Biru-Biru dasar emang", "hahaha".
       "akhirnya sampai, tinggi banget ya Alena", "iya Biru udah lama gak ke sini aku", "kak kei laper nih kalian mau ikut makan gak?", "duluan aja kak aku sama Biru mau lihat-lihat iya kan Biru", "hum", "yaudah kalau begitu kak kei mau makan dulu", "okei kak".
      Lagi-lagi city Light Yogyakarta mengingatkan Biru kepada Jani yang saat itu duduk berdua mengarah ke City Light Jogja "Jani City Lightnya bagus ya", "iya Biru kelihatan luas banget", "oh iya Jani suatu saat nanti kamu mau gak kembali ke sini lagi bersama ku?", "pasti mau Biru", "iya Jani aku akan membawa kamu ke sini lagi". "Biru", "eh iya Alena ada apa?", "kamu ngelamunin apa Biru sampe aku panggil gak jawab", "engga ko engga ada apa emangnya", "kamu mau gak naik ke atas Biru", "boleh", "yaudah ayo Biru" Alena tiba-tiba mengandeng tangan Biru, Biru tidak berusaha melepas gengaman Alena ia seolah-olah mengikuti guide yang membuat Biru mengulang kejadian di masalalu saat bersama Jani "bagus kan Biru", "iya Alena" Alena masih saja mengengam tangan Biru "Biru", "iya Alena?", "dulu kamu sama Jani berada di mana di tebing ini?" gengaman Alena semakin erat "di bawah tadi di tangga", "kamu gak naik ke sini?", "engga dulu aku sempat mengajak Jani naik ke sini tapi Jani menolakku padahal aku sudah menawarinya untuk aku gendong tetap saja Jani menolak" Alena merasa senang yang ada di pikiran Alena saat itu ialah "berarti Biru naik ke sini pertama kali dan bersamaku", "yaampun kalian yah kakak cariin kirain ilang malah pacaran di sini", "hah siapa yang pacaran", "itu gandengan apaan coba", "oh maaf Biru", "iya gapapa", "Biru kamu udah ambil foto?", "belum", "yaudah sini biar kakak aja", "yaudah nih", "yaudah kakak mau foto-foto dulu kalian di sini aja", "iya".
     "Alena kita duduk di sana mau gak?", "hum ayo Biru" tidak ada perbincangan di tempat duduk itu hanya ada keramaian dari sedikit pengunjung dan ibu ibu yang lagi senam di bawah, Alena bersandar di bahu Biru sontak Biru kaget "Alena?", "aku ngantuk Biru", "hem yaudah iya" Biru mengusap-usap kepala Alena membuat Alena tersenyum "katanya ngantuk?", "ini lagi tidur", "mana ada tidur tapi senyum", "sttttt, diam Biru" Alena menyela dengan halus sambil jari telunjuk Alena berada di bibir Biru "iya iya Alena".
     "Cie-Ciee", "apaan si kak", "nyaman banget tuh Alena sama kamu Biru haha", "mana ada", "hahaha, udah yok pulang", "kak aku laper", "tenang Biru aku tau tempat bagus ayo kak ke tempat biasa", "siap Alena", "kemana?", "udah ikut aja Biru", "iya iya".
     "emang mau kemana kita?", "wedang kopi prambanan Biru tempatnya nyaman banget iya kan kak kei", "bener Alena tenang enak pokoknya", "nih udah sampai", "bagus juga tempatnya", "jelas dong".
      Setelah makan Biru melihat-lihat sekitar di taman Biru duduk dan di susul oleh Alena yang langsung duduk di samping Biru "udah selesai Len kamu makan?", "sudah Biru", "kak kei mana", "masih makan", "ohh", "ikannya lucu ya Biru", "iya Alena kamu mau?", "hah", "kok hah sih kamu mau gak?", "gimana caranya?", "kamu nyebur aja nanti ambil satu bawa pulang hahaha", "kamu ini biru ada-ada saja", "ayo pulang", "udah selesai kak?", "udah, yuk pulang", "ayo Biru", "iya ayo".
     "Mau mampir dulu gak Alena?", "gak usah kak langsung aja", "yaudah, kamu anterin sana Biru", "gak usah kak aku jalan sendiri aja", "udah takut kenapa-kenapa tepot nanti kakak", "udah ayo Alena", "iya Biru", "hati-hati awas Biru kalau Alena kenapa-kenapa", "iya iya", "aku pulang dulu ya kak", "iya Alena",
   "mmm Biru kamu berapa hari lagi disini?", "ya sampai selesai misiku, kamu besok masih ikut gak?", "ikut dong jam berapa?" "pagi lah jam sembilan setengah sepuluh", "okei Biru, mmm Biru", "iya Alena?", "kalau aku ganti in Jani bisa gak?", "hum... bisa Alena kenapa tidak?", "iya kah Biru", "iya Alena, tapi aku gak mau kamu jadi Jani", "kenapa Biru?", "ya nanti kalau kamu jadi Jani kamu sama kaya Jani dong endingnya ninggalin aku hahaha", "hehe", "yaudah aku balik dulu ya Alena samapi jumpa besok", "iya Biru hati-hati".
    Alena senang mendengar jawaban Biru berarti Alena bisa mengantikan Jani, hari sudah mulai larut malam Alena masih saja teringat akan Biru yang mengusap rambutnya membuatnya merasa orang paling senang sedunia pada hari itu mungkin jika Jani tidak meninggalkan Biru, Alena tidak akan merasakan Mesranya seorang Biru.

DUA BANGKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang