27. Restoran

5 1 13
                                    

Sepulang dari pasar, Vivion masuk kedalam apartemennya, menaruh barang-barang belanjaannya di atas meja dan menaruhnya ke dalam kulkas dengan perlahan-lahan. Setelah itu dia mulai mengolah bahan-bahan tersebut untuk dijadikan sarapan. Dia memasak nasi goreng dengan omlet mentega. Baunya cukup harum hingga perutnya berbunyi. Diapun mengambil tiga piring, menaruh nasi goreng yang berbentuk bulat terlebih dahulu lalu menaruh omlet di atas nasi tersebut.

Lalu dia membuat susu coklat dengan dua gelas kecil bergambarkan kucing hitam dan putih. Suara rengekan kecil terdengar di dalam kamar, Vio pun bergegas menuju kamar dengan wajah khawatir, tibanya di dalam kamar dia tersenyum manis melihat dua anak kembar itu terbangun dari tidurnya.

Yang satu memiliki rambut panjang lurus dengan poni, satunya lagi memiliki mata indah seperti seseorang di masa lalunya.

"Mama!" Ucap kedua anak itu, berlari kecil dan memeluknya dengan erat. Vio berjongkok untuk melihat kedua anak kecil itu. Mencoba menyeka air mata mereka.

"Kalian kenapa nangis?" Tanya Vio dengan lembut.

Anak laki-laki dengan mata indah itu berkata. "Kami mimpi, kalau mama bukanlah mama kita yang sebenarnya. Apa benar kita bukan anak mama?"

Vio terdiam, dia menatap kedua anak itu dengan khawatir. Vio mencoba untuk mengatur nafasnya yang berat, mencoba agar tidak rapuh di depan anak-anak tersebut.

"Ma katakan yang sebenarnya" anak perempuan dengan rambut panjang itu terus merengek sambil menggoyangkan lengan Vio.

"Mama!" Mereka berdua terus memanggil nama tersebut hingga Vio berhasil tersadar.

Dia bangun dari tidurnya, semua itu ternyata hanya mimpi. Vio mencoba mengatur nafasnya, mimpinya terasa sangat nyata bahkan matanya sampai berair. Soobin yang berada di sampingnya merasa lega bahwa Vio sudah terbangun dari tidur.

"Mimpi buruk?" Tanya Soobin sambil mengelus pucuk kepala gadis itu. Vio menggeleng, dia mendudukkan tubuhnya perlahan. Mencoba mencerna keadaan saat ini.  Vio ingat sekarang ini ia sedang berkemah dengan teman-temannya.

"Soobin" panggil dengan suara serak.

"Hn?"

"Aku mimpi aneh, tapi terasa sangat nyata. Mataku bahkan sampai mengeluarkan air mata. Aku... bahkan ga sadar kalau saat ini kita masih berkemah"

Soobin tertawa kecil, mengelus punggung gadis itu. "Lalu apa kamu bisa lanjut tidur? Sekarang masih jam 12 malam" Vio menggeleng, "aku takut kalau mimpinya berlanjut, aku ga bisa jawab pertanyaan mereka berdua"

"Mereka berdua?" Tanya Soobin bingung. Vio menatap Soobin malu "dua anak kembar yang manggil aku dengan sebutan 'mama', tapi aku ga yakin kalau itu anakku" Soobin mengangguk paham "mungkin mereka anakku?" Seketika pipi Vio merona, dia pun memukul kecil lengan Soobin.

Soobin hanya tertawan kecil, dia mengambil tas gadis itu dan mengeluarkan semua makanan Snack di dalamnya. "Kalau gitu kita nonton film aja, kebetulan aku sengaja bawa iPad"

Mata Vio berbinar dan mengangguk senang, mereka berdua pun menghabiskan waktu berdua seperti pasangan yang lain. Namun ada saatnya Vio benar-benar fokus kedalam filmnya hingga dia tak sadar jika Soobin tidak fokus sama sekali dengan filmnya, melainkan fokus kepada gadis itu.

Soobin benar-benar gemas melihat pipi gadis itu naik turun saat mengunyah. Tak tahan rasanya dia ingin menggigit pipi itu. Soobin pun mendekat wajah gadis itu, lalu mengecup pipi Vio dengan gemas. Soobin tertawa senang saat sadar melihat rona di pipi gadis itu. Soobin pun mencium pipinya kembali mengetahui perbuatannya saat ini tak ada perlawanan. Tapi lama kelamaan Vio merasa kesal di ganggu terus.

"Hey, stop kamu ganggu aja. Aku lagi fokus nonton tau" kesal Vio dengan pipi merona. "Hn~ Maaf deh" balas Soobin sambil tersenyum manis menampakkan lesung pipinya.

Gadis itu terdiam merona melihat senyuman menawan milik Soobin. Tangan Vio terangkat untuk mengelus pipi laki-laki itu. Soobin menatap bibir gadis itu, Vio pernah menciumnya saat posisi mabuk, mengira bahwa dia adalah orang lain. Mengingat kejadian itu kembali membuat sensasi nyeri di dadanya.

Dia pun menangkup pipi gadis dan mengambil jarak agar bisa merasakannya lebih dekat. Soobin ingin menciumnya tepat di bibir gadis itu, tapi ia tak sebenari biasanya. Soobin menyatukan kedua kening mereka, dia sangat kecewa karena tidak memiliki nyali untuk mencium bibir gadis itu. 

"Kenapa?" Tanya Vio bingung melihat Soobin yang frustasi. "Aku gak pernah segugup ini" Vio tersenyum manis lalu memeluknya. "Ternyata kamu memiliki sisi lucu" Soobin mengerutkan keningnya "lalu selama ini aku seperti apa?"

Vio melepaskan pelukan itu dan berargumen "kamu ganas, first impresion aku ke kamu adalah orang yang ganas dan Starboy"  Soobin memiringkan kepalanya bingung. "Starboy?" Vio mengangguk "tapi sekarang, kamu malah gak berani buat cium bibir aku, padahal pertama kali aku ketemu kamu pas di toilet saat-"

Soobin membengkap mulut gadis itu, "lupakan saja" Soobin menarik gadis itu untuk tidur disampingnya. Memeluknya dengan erat hingga Vio tak bisa lepas darinya. "Nafasmu sangat damai" Soobin mengangguk "karena aku ngantuk" Vio menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Soobin. "Kalau gitu ayo tidur" Soobin berdehem mengiyakan. Suasananya mulai nyaman. Walaupun sebenernya detak jantung Vio masih tak terkendali, dia masih gugup dengan hubungannya.

Soobin mengusap kembali pucuk kepala gadis itu hingga membuat Vio nyaman. Vio pun mencoba menutup matanya. "Vio, maukan hidup denganku selamanya?" Tak ada balasan dari gadis itu. Soobin menghela nafas berat, "sepertinya gue udah bener-bener jatuh cinta sama Vio, huft~ ini gila"

Vio sebenernya masih belum tidur, tapi dia terlalu gugup untuk membalas pertanyaan Soobin. Walaupun dalam hati kecilnya terus mengatakan iya.

.
.
.

Kini Jake sudah menjadi Ketua OSIS yang sangat baik. Dia akan melepas gelarnya dan memberikannya kepada adik kelasnya, begitu pula dengan Soobin yang sudah membantu Jake selama Jake menjalankan organisasi sebagai ketua OSIS, kini dirinya sudah lulus dan akan melanjutkan pendidikannya dengan Kuliah diluar kota.

Vio dan Soobin pasti harus berhubungan jarak jauh jika sudah seperti ini. Tapi Vio tidak masalah dengan itu semua, selagi dia masih bisa berhubungan dengan Soobin. Soobin mengucapkan salam perpisahan dengan sangat romantis, mengajaknya makan malam di restoran.

Vio menatap Sekeliling tempat tersebut, "Restoran ini sangat mewah" Soobin mengangguk senang. "Ini adalah hasil kerja keras ku agar bisa mendapatkan mu."

"Huh maksud kamu?" Soobin menggenggam tangan Vio dengan lembut. "Sebenarnya aku boss pemilik restoran ini" Vio pura-pura menganga kaget "bagaimana bisa? Bahkan kamu baru aja lulus" Soobin tersenyum suka melihat reaksi Vio yang tak percaya.

"Aku bekerja dari titik nol saat aku masih kelas 12, aku bekerja karena demi mendapatkan mu. Kamu sepertinya sudah tau cerita ini dari ayahku" Vio menatap Soobin kesal "ayolah, aku sengaja pura-pura tidak tahu agar aku bisa mendengarnya langsung darimu" Soobin terkekeh gemas melihat bibir cemberut gadis itu.

"Tapi apa kamu tau kenapa aku milih restoran dari banyak pekerjaan lainnya?" Vio menggeleng "karena aku mau ngasih restoran ini ke kamu. Aku sengaja pilih pekerjaan yang sesuai dengan hobi kamu" Vio terharu mendengar ucapan Soobin. Dia pun tersenyum senang hingga mengeratkan genggaman Soobin.

"Serius?" Soobin mengangguk "dan aku, akan kuliah untuk mengambil kedokteran. Karena udah jadi cita-citaku sejak kecil" Vio tersenyum hangat, merasa bahagia memiliki Pacar yang punya cita-cita tinggi. "Aku akan terus mendoakan mu agar sukses"

Soobin tersenyum menawan. Matanya tak lepas dari visual gadis itu, dia menghela nafasnya lalu berkata. "Pesawatku berangkat besok siang, apa kamu mau ngantar aku sampai bandara?"

Gadis itu mengingat sebentar apakah dia pernah membuat janji besoknya dengan seseorang, tapi besok adalah jadwal kosong alias hari Minggu. Dia pun mengiyakan pertanyaan Soobin.

"Makasih sayang~" ucap Soobin dengan imut. Vio hanya membalasnya dengan tawa kecil. "Bales dong" kesal Soobin terlihat sangat imut Dimata Vio. "Iya, sama-sama sayang"

Tbc.

CALON BANGTIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang