(02)-jejak yang tersisa

13 7 0
                                    

•HAPPY READING•

***

Hari-hari berlalu, dan setiap hari Repal menyempatkan diri untuk mengunjungi ayahnya di rumah sakit. Setiap pertemuan menjadi lebih berarti, lebih emosional, dan lebih berharga.

Mereka mulai mengisi waktu dengan cerita, kenangan, dan bahkan tawa meski itu hanya sesekali. Setiap kali Repal meninggalkan ruangan, ia merasa seolah membawa sebagian dari ayahnya bersamanya.

Malam itu, setelah pulang dari rumah sakit, Repal duduk di meja belajarnya. Cahaya lampu temaram menyinari buku-bukutugas sekolahnya, tetapi pikirannya tak sepenuhnya fokus pada tugas itu.

Ia merindukan saat-saat ketika bersama ayahnya akan duduk bersama di ruang tamu, membahas segala hal mulai dari film yang mereka tonton hingga impian masa depan.

Telepon bergetar di sampingnya, menarik perhatian Repal. Itu pesan dari sahabatnya, Abi.

"Hai, Repal! Kapan kita bisa hangout? Sudah lama kita tidak berkumpul!"

Repal tersenyum kecil membaca pesan itu. Namun, ia merasa bersalah. Sepertinya dunia di luar sana terus bergerak maju, sementara hidupnya terhenti sejenak.

"Maaf, Abi. Aku agak sibuk dengan tugas sekolah dan keluarga,"balas Repal, menghela napas panjang.

Malam itu, dia memutuskan untuk membuka album foto keluarga yang terletak di rak buku. Dengan lembut, ia membolak-balik halaman demi halaman, menemukan potret-potret berharga yang membawa kembali kenangan manis.

Ada gambar dirinya kecil dengan pelukan erat ayahnya di taman, tawa mereka yang menyenangkan, dan momen ketika ayah mengajarinya cara berenang.

Setiap foto membawa seribu cerita, dan Repal menyadari betapa banyak hal yang telah berlalu tanpa disadari. Tiba-tiba, rasa penyesalan menyergapnya. Kenapa ia tidak lebih sering meluangkan waktu untuk ayahnya? Kenapa mereka harus menunggu momen-momen seperti ini untuk berbagi kasih sayang?

Sebuah ide terlintas dalam benaknya. Repal bertekad untuk membuat sesuatu yang spesial untuk ayahnya. Ia ingin memberikan ayah kenangan yang dapat menghangatkan hatinya, bahkan di saat-saat terakhirnya. Repal memutuskan untuk mengumpulkan semua foto dan menulis surat untuk ayahnya, mengungkapkan semua perasaannya yang selama ini terpendam.

Keesokan harinya, Repal membawa beberapa foto ke rumah sakit. Ketika ia memasuki ruangan, senyuman ayahnya seakan menjadi sumber semangat baginya.

"Repal, kamu membawa apa hari ini?" tanya ayah dengan semangat.

"Aku membawa sesuatu yang spesial untuk Ayah," jawab Repal, lalu mengeluarkan album foto yang telah disiapkannya. "Aku ingin kita melihat kembali kenangan-kenangan kita."

Mata ayah berbinar saat melihat foto-foto tersebut. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk melihat setiap gambar, tertawa dan menceritakan kembali momen-momen indah itu.

"Ini adalah saat terbaik dalam hidupku," kata ayah, menatap Repal dengan penuh kasih sayang. "Aku sangat bersyukur memiliki kamu sebagai anakku."

Repal merasakan air mata menggenang di pelupuk matanya. "Ayah, aku juga bersyukur. Aku ingin kita selalu mengingat ini."

Setelah mereka selesai melihat foto-foto, Repal mengambil surat yang telah ia tulis. "Ayah, aku ingin membaca sesuatu untukmu," katanya dengan suara bergetar.

Pelukan Terakhir [on-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang