•HAPPY READING•
***
Repal menghabiskan beberapa minggu untuk menyelesaikan karya terbarunya, yang ia beri judul "Pelukan dalam Keabadian."
Lukisan ini menjadi perwujudan perasaan terdalamnya tentang cinta yang abadi, meskipun seseorang telah pergi dari dunia fisik.
Ia ingin melukiskan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar pelukan terakhir—sesuatu yang mewakili cinta yang tidak pernah mati, meskipun kehidupan terus berjalan tanpa kehadiran orang yang kita cintai.
Dalam lukisan tersebut, ia menggambarkan dua sosok, seorang anak kecil dan seorang dewasa, yang tampak memudar di bagian pinggir kanvas, seolah-olah mereka perlahan-lahan meninggalkan dunia ini.
Namun, di tengah-tengah kanvas, pelukan mereka masih terasa nyata, dengan cahaya yang lembut mengelilingi mereka, seakan mengatakan bahwa cinta itu akan selalu hidup dalam hati, melintasi batas waktu dan ruang.
Pameran lukisan "Pelukan dalam Keabadian" berlangsung di sebuah galeri besar di pusat kota.
Ini adalah karya terbesar dan paling emosional yang pernah Repal buat. Kali ini, pameran tersebut dihadiri tidak hanya oleh kolektor seni dan pengagum, tetapi juga oleh orang-orang yang pernah merasakan kehilangan mendalam dalam hidup mereka.
Seiring dengan dipamerkannya "Pelukan dalam Keabadian,"banyak orang berbagi cerita mereka.
Ada seorang wanita tua yang kehilangan suaminya, yang mengatakan bahwa lukisan itu membuatnya merasa suaminya masih ada di dekatnya, meskipun ia telah tiada selama bertahun-tahun.
Ada pula seorang anak remaja yang baru saja kehilangan ayahnya, yang merasa bahwa pelukan dalam lukisan itu mewakili apa yang ia impikan—pelukan yang akan selalu ada di hatinya.
Setiap kali seseorang menceritakan kisah mereka, Repal merasa semakin yakin bahwa karyanya telah melampaui batas-batas seni.
Ini bukan lagi sekadar lukisan, melainkan media bagi orang-orang untuk merasakan cinta yang pernah mereka miliki, yang terus ada meskipun dunia fisik berkata lain.
Pada malam penutupan pameran, seseorang yang sangat spesial datang menemui Repal—Hilda, sahabanya.
Hilda, yang telah berada di sisinya sepanjang perjalanannya sebagai seniman, berkata sambil menatap "Pelukan dalam Keabadian,".
“Kamu berhasil menciptakan sesuatu yang tidak hanya indah secara visual, tapi juga menyentuh jiwa. Lukisan ini seperti pelukan dari orang-orang yang kita cintai, yang mungkin tidak lagi bersama kita, tetapi selalu ada dalam hati kita.”
Repal tersenyum, merasa lega dan bangga dengan apa yang telah ia capai. Ia tahu bahwa lukisan ini adalah puncak dari perjalanan emosionalnya—perjalanan yang dimulai dari kehilangan ayahnya dan berakhir pada penerimaan bahwa cinta tidak pernah benar-benar hilang.
Saat pameran berakhir, seorang kurator seni menghubungi Repal untuk menyampaikan bahwa sebuah museum seni terkenal tertarik untuk menambahkan "Pelukan dalam Keabadian" ke dalam koleksi permanen mereka.
Bagi Repal, ini bukan sekadar pencapaian profesional, tetapi pengakuan bahwa karyanya memiliki dampak yang lebih luas.
Lukisan itu akan terus hidup, memberikan pelukan emosional kepada siapa pun yang memandangnya, bahkan setelah ia tak lagi berada di sana untuk menceritakan kisahnya.
°°°
Repal kini berada di puncak kariernya, dengan "Pelukan dalam Keabadian" menjadi karya yang diakui secara internasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Terakhir [on-going]
De TodoDalam "Pelukan Terakhir," kita mengikuti perjalanan emosional seorang anak yang berjuang menghadapi kenyataan pahit ketika ayahnya didiagnosis dengan penyakit ginjal. Meskipun hubungan mereka pernah terjalin erat, konflik dan kesalahpahaman di masa...