(17)-Titik Temu

2 2 0
                                    

HAPPY READING•

***

Setahun setelah Repal kembali dari desa, galeri "Pelukan dalam Keabadian" telah berubah menjadi tempat yang lebih hidup dan bermakna daripada sebelumnya.

Bukan hanya sebagai galeri seni, tapi sebagai tempat di mana orang-orang datang untuk merayakan kehidupan, mengingat mereka yang telah tiada, dan menemukan makna baru dalam cinta.

Proyek yang Repal impikan-sebuah pusat seni dan healing-telah menjadi kenyataan. Namun, meski ia merasa puas dengan kemajuan yang dicapainya, Repal masih merasakan ada satu bagian yang belum ia temukan: dirinya sendiri.

Pada suatu sore yang tenang, Repal menerima surat yang tak terduga. Surat itu datang dari seseorang bernama Putri, seorang wanita yang pernah ia temui secara singkat di desa setahun yang lalu-wanita yang mengatakan kata-kata penuh makna tentang kehilangan.

Putri menulis bahwa ia terkesan dengan perjalanan hidup Repal dan ingin berkolaborasi dalam sebuah proyek yang ia yakini akan menyatukan cinta, seni, dan pengharapan.

Surat itu membawa senyum di wajah Repal. Ia ingat pertemuan singkat mereka di atas bukit, saat ia merasakan ketenangan yang mendalam setelah kehilangan ayahnya. Tanpa berpikir panjang, Repal menulis balasan, menyatakan ketertarikannya pada kolaborasi tersebut.

Beberapa minggu kemudian, mereka bertemu di galeri. Putri, seorang penulis dan filsuf, memiliki visi untuk menciptakan sebuah pameran yang menggabungkan narasi dan seni visual, dengan fokus pada perjalanan hidup seseorang setelah kehilangan.

Mereka ingin menjelajahi ide bahwa di balik setiap kehilangan, ada pelajaran berharga dan cahaya baru yang bisa ditemukan.

Kolaborasi ini dinamakan "Titik Temu,"sebuah perjalanan tentang menemukan diri di persimpangan kehilangan dan harapan.

Seiring dengan perkembangan proyek, Repal dan Putri semakin dekat. Mereka sering menghabiskan malam panjang berdiskusi tentang cinta, kehidupan, dan seni.

Setiap percakapan membawa Repal lebih dekat pada pemahaman tentang apa yang selama ini hilang dalam dirinya-kemampuan untuk mencintai lagi, bukan hanya orang lain, tetapi juga dirinya sendiri.

Pameran "Titik Temu" akhirnya dibuka. Galeri penuh dengan karya-karya yang mengekspresikan perasaan-perasaan mendalam tentang kehilangan, namun dengan sentuhan harapan di setiap sudutnya.

Lukisan-lukisan Repal, yang sebelumnya dipenuhi dengan bayangan duka, kini menampilkan warna-warna lembut yang mencerminkan pemulihan.

Kata-kata Putri, yang ditulis dengan indah di sepanjang dinding galeri, menjadi narasi yang menyatukan karya-karya seni tersebut-menggambarkan perjalanan dari kesedihan menuju kedamaian.

Di tengah kerumunan pengunjung, Repal dan Putri berdiri berdampingan, menyaksikan reaksi orang-orang yang terhubung dengan karya-karya mereka.

Bagi Repal, pameran ini bukan hanya tentang seni, melainkan tentang perjalanan pribadi yang ia lalui. Setiap langkah yang ia ambil di galeri ini adalah langkah menuju penyembuhan, dan di samping Putri, ia merasa bahwa hidupnya kini lengkap.

Setelah pameran selesai dan galeri mulai sepi, Repal dan Putri duduk bersama di sudut galeri, memandang lukisan-lukisan yang masih tergantung.

Mereka berbagi kebahagiaan yang mendalam atas apa yang telah mereka ciptakan bersama. Dalam keheningan itu, Putri meraih tangan Repal dan berkata dengan suara lembut.

"Repal, hidup kita mungkin dipenuhi kehilangan, tapi di setiap titik temu, kita selalu punya pilihan untuk menemukan cinta lagi."

Repal menatap Putri, merasakan kehangatan yang menyelimuti hatinya.

Pelukan Terakhir [on-going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang