22. Marriage Plan

4K 584 50
                                    

Kafi tersenyum memandangi Tara yang sedang memilih-milih perhiasan di sebelahnya. Perempuan itu tengah menjajal kalung permata yang begitu cantik. Kafi bisa melihat dari sudut matanya, seorang pegawai berbisik-bisik, seolah-olah tahu siapa Tara, tetapi mereka tak berani berbicara.

Ini pertama kalinya Tara datang dengan Kafi. Biasanya, Tara selalu datang sendiri.

Tara selalu punya ritual self reward setiap kali menyelesaikan sesuatu—mulai dari makan enak, spa, liburan, dan belanja.

"Bagus mana. Mas?"

"Hm?" Kafi mendongak sambil menatap dua kalung yang ada di sebuah nampan penadah hitam lalu ke arah leher Tara. "Bagusan tanganku ah jadi kalungmu."

"Mas...!" Tara memajukan bibir, merajuk.

Tawa Kafi pecah. Ia menggelengkan kepala pelan. "Dua-duanya aja."

"Loh...?"

Kafi tersenyum tipis. Ia mengambil dompet, mengeluarkan kartunya. "We take these two."

"Mas!" Tara semakin panik. "Kan ini maksudnya mau pakai uangku sendiri!"

Kafi mengulurkan tangan, mengacak-acak rambut perempuan itu pelan. "Uangku akan jadi uangmu juga, Tara. Jadi, belanja ini pun kamu pakai uangmu sendiri juga," ucapnya lembut.

"Tapi..."

Kafi menggeleng sambil bergerak menuju ke arah kasir dengan santai. Menggesek kartu dan memasukan pin, sebuah paper bag dengan dua kotak perhiasan sudah berada di tangan.

"Ada yang kamu mau beli lagi?" tanya Kafi. "Other jeweleries? Dresses? Bags? Shoes?"

"Aku udah kebanyakan belanja di Singapur kemarin. Uangku bisa habis!"

"Uangku banyak," jawab Kafi sambil tertawa.

"Mas Kafi..."

"Itu uangmu juga, Tara." Ia mengamit tangan Tara, keluar dari butik perhiasan itu menuju lorong mall Plaza Indonesia yang agak lenggang. Mereka sengaja pergi di jam kerja agar bisa leluasa. Apalagi dengan Tara yang selalu jadi perhatian.

Tara untuk pertama kalinya menunduk malu-malu. Pergi bersama Kafi di luar negeri sambil bergandengan tangan seperti ini sudah biasa. Tetapi, di Indonesia, di Jakarta, sedekat ini, perasaan gugup itu hadir. Seolah, banyak kupu-kupu berterbangan. Ia salah tingkah dan bingung.

"Mau makan, nggak? Atau ngopi?" tanya Kafi. "Aku butuh kopi, kayaknya."

"Kamu itu udah kecanduan kafein, deh!"

Kafi mengangkat bahunya. "Aku minum kafein dari SMA, Star."

"Untung nggak kecanduan yang lain!" ceplos Tara asal.

Kafi mengangguk-anggukan kepala. Kaki keduanya berjalan ke arah eskalator. "Aku kecanduan yang lain juga, sih..."

"Apa?"

Kafi menuntun Tara menuruni eskalator. Tangannya tetap menggenggam Tara erat. "Kamu."

Wajah Tara memerah. Jantungnya berdegup tak karu-karuan. "Aku tuh nggak percaya ya kalau kamu nggak pernah godain cewek."

"Well, pernah, sih."

"Tuh, kan!"

"Sama kamu!"

Tara memukul pelan dada Kafi dengan tawa kecil sesudahnya. "Kurang-kurangin deh! Kamu tuh udah tua! Udah kepala empat! Nggak cocok ngegombal gitu."

Kafi mendengung. "Kalau gombalanku masih bisa bikin kamu salah tingkah, aku rasa, aku belum terlalu tua buat itu."

FOREVER YOURS REGARDLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang