Bab 4 : Roses Are Red

5.9K 672 41
                                    

Tara turun dari mobil dengan wajah sebal dan kelelahan. Gala premier kali ini seperti neraka untuknya. Pertanyaan mendesak soal kehidupan pribadinya jadi sesuatu yang digaungkan akhir-akhir ini. Berkiprah lima tahun di dunia hiburan, Tara tidak pernah sekaligus mengumbar kemesraan dengan siapapun kecuali dengan lawan mainnya. Itupun, dilabeli sebagai teman dekat.

Hingga, Randy muncul.

Si milenial nyaris gen-Z satu itu punya kehidupan yang berbeda dengan Tara. Hidupnya seolah melebur dengan media sosial. Apapun yang dirinya lakukan harus tertangkap kamera—jadi dokumentasi, gimmick, konten, you named it! Rasanya, tak ada yang lebih melelahkan daripada meladeni kamera ponsel Randy yang terus menerus menyorotinya.

Awalnya, sih, semua terasa biasa saja. Tara meladeni semua permintaan konten Randy yang aneh-aneh. Joget-joget yang dimasukkan ke Tiktok, Live bareng di Instagram, atau berbalas-balasan cuitan basi.

Hingga perlahan, ada penggemar gila yang mulai menjadikan Tara sasaran empuk ujaran kebencian. Penggemar yang menjuluki diri mereka sebagai 'pacar-pacar' Randy itu tak segan-segan melontarkan komentar negatif hingga ancaman kematian di dalam akun media sosial Tara.

They were just... scary.

Sepertinya, lima tahun lalu, tidak begini. Bahkan, ketika Tara di-set up dengan Marco yang jelas-jelas terkenal dengan segala karyanya saja tidak begini. Apa karena dulu, media sosial tidak seramai sekarang?

Entahlah!

Dan yang lebih menyebalkannya, Randy malah aji mumpung! Sudah sekian kali Randy mengajak Tara pacaran. Tidak tahu apakah benar-benar pacaran atau untuk konten—walau Tara lebih meyakini yang kedua, sih. Jelas, Tara menolak dan menyatakan bahwa mereka hanya dekat sebatas untuk publicity stunt saja. Tetapi, Randy masih gila juga.

Kalau saja Randy tahu siapa yang tengah menunggui Tara di apartemennya malam ini, mungkin dia akan mundur. Atau mungkin, sebelum Randy mundur, laki-laki sok ganteng itu sudah hilang selamanya dari muka bumi ini.

Tara merapikan rambutnya ketika sudah sampai di depan pintu. Ia membuka unit apartemennya. Namun, yang ia temukan hanya ruangan gelap.

Dahinya berkerut. Ekspektasi dan perkiraannya, akan ada seorang laki-laki yang menungguinya di ruang tengah apartemen.

Tara merogoh tas, mengambil ponselnya dan berkerut melihat ke arah notifikasinya.

Kafi
Tara, maaf hari ini aku lembur. Habis ini, aku ke apartemenmu, ya?

Hidung Tara menghela napas keras. Hari ini sudah buruk, semakin buruk dengan keberadaan pacarnya yang tidak ada di tempat.

Tara membalas dengan kata, "Okay." sebelum mematikan layarnya. Ia membuka sepatunya, melemparnya asal lalu berjalan ke kamar. Tara sengaja tidak menyalakan lampu karena malas dan hanya mengandalkan sinar dari jendela. Ketika membuka kamar, dirinya mengangkat alis. Ada seikat bunga mawar di atas kasur.

Senyumnya merekah dengan lebar. Kaki Tara berjalan cepat ke arah bunga mawar itu. Matanya tertumbuk pada kartu yang berada di bunga tersebut.

Congratulations, my love, on your film premiere.
I'm honored to stand by your side,
watching your light grow brighter with every step.
With all my love,
Kafindra Giri P.

Belum selesai dengan kekagetannya. Tara tiba-tiba merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Wangi sabun yang khas itu membuat Tara mendongak, mendapati si pengirim kartu itu memeluknya sambil menciumi puncak kepalanya.

"Kamu bilang lembur!" ucap Tara sambil membalik tubuh, membuatnya memeluk kekasihnya.

"Surprise?" ucapnya sambil tertawa.

FOREVER YOURS REGARDLESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang