Alexandria Familly

Alexandria .03

Petikan gitar mengalun lembut menciptakan euforia menyenangkan di tengah acara api unggun.

Ke tujuh putra Arsya dengan segala niat gabutnya mengusulkan untuk camping di hutan buatan tepatnya di belakang rumah, percikan air terjun menambah kesan alam bebas.

Jika teringat tentang dirimu berlinang air mataku

Ku rindu saat saat bersamamu, kasih sayangmu padaku

Namun kini kau bukan milikku dan berakhir sudah cintaku

Biarkan saja hatiku bicara ku masih sayang padamu..

Netra coklat berkilauan itu menatap langit malam yang lumayan berbintang dengan seulas senyum tipis lantas beralih menatap Arsya yang juga menatapnya kagum.

Aku selalu mendoa kanmu agar kau bahagia

Bersama dirinya selamanya…

Mereka saling memandang dengan senyum hangat di tengah semilir angin malam, rasanya sangat membahagiakan dapat berkumpul menghabiskan wwaktu bersama keluarga dengan anggota lengkap meski tanpa Mommy karena Mommy telah menjadi bintang yang paling terang di atas sana.

Mengapa mudahnya hatimu mendua

Kulapangkan dada walau aku terluka

Semoga bahagia bersama dirinya

Karena kau telah memilih dia..

Betapa sakitnya apa yang ku rasa 

Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka 

Semoga ku bisa tuk melupakannya

Karena ku masih mencintai nya..

Namun kini kau bukan milikku dan berakhir sudah cintaku 

Biarkan saja hatiku bicara ku masih sayang padamu

Aku selalu mendoa kanmu agar kau bahagia

Bersama dirinya selamanya…

Vian menatap semua saudaranya dan berakhir pada sang abang sulung yang tahun lalu menjadi lawan debat panasnya, Gafier membalas tatapannya untuk menyelami lebih dalam netra coklat bening yang memancarkan aura anonim itu.

‘Aku memaafkanmu’ sebuah senyuman bermakna dalam.

‘Terimakasih’ dan senyuman penuh kehangatan.

Mengapa mudahnya hatimu mendua

Kulapangkan dada walau aku terluka

Semoga bahagia bersama dirinya

Karena kau telah memilih dia..

Betapa sakitnya apa yang ku rasa

Tuhan kuatkanlah hatiku yang terluka

Semoga ku bisa tuk melupakannya

Karena ku masih mencintainya…