Alexandria .02

1.3K 87 0
                                    

"Kids, wake up."

Brukk

"Adoh, ampun Raf ampun stop."

Arsya geleng geleng kepala melihat Rafa menjewer telinga Havian dari lantai dua ke lantai satu lewat tangga bukan lift.

"Moomin empat deal ??," alis Arsya terangkat mendenggar penawaran putra ke empatnya,

Plak

Rafa memukul punggung Havian tak setuju.

"Lima moomin baru gue maafin." mutlak Rafa masih terus menjewer Havian sampai dapur,

Permasalahan sepele sebenarnya, jadi kan tadi tuh….

"Raf Raf, bangun dulu ih katanya mau bikin cake"

Havian dan Rafa memiliki janji untuk membuat Cake bersama pagi ini tapi yang di temui Havian adalah si paling bangun pagi itu masih bergelung dengan selimut.

Karena malas menghabiskan energi untuk teriak Havian memutuskan menunggu dan memainkan boneka moomin yang berjejer di lemari kaca dengan jumblah bannyak, danhal buruk tak terduga terjadi.

Pluk

Kepala dari boneka moomin Rafa copot dan entah kenapa tiba tiba si pemilik terbangun seperti sudah mendapat sinyal.

"HAVIAN"

"Copot sendiri loh Raf," ucap Havian santai tak lupa senyum lima jarinya.

....

Seperti itulah peperangan dua saudara yang kini berakhir dengan ganti rugi berkali kali lipat.

"Oh, boneka gembwowat" beruntung Januar membekap mulut Jisan atau akan terjadi perang ke dua.

'Cari mati ni bocah, di cuekin ngamok ntar.'

"Gue ada denger lagu boygrub korea kan, nah lagunya tuh enak banget." Zayden membuka youtube di tv dan menggetikan sebuah judul yang menurut mereka agak janggal “119” .

Lagu berputar dan Januar yang paham bahasa korea beberapa kali menggusap tengkuk canggung begitu juga dengan Gafier.

"Ekhem, lagunya agak horor ya guys."

"Kenapa memang bang ??, tentang hantu lagunya ??" tanya Arsya di jawab tawa kaku.

"Gak apa apa kok Dad, lagunya enak dan artinya bukan horor kok."

Pagi ini sedikit kalem dari biasanya karena gak ada acara rebutan kendaraan untuk berangkat ke sekolah.

"Dad kita berangkat duluan, pay pay Daddy." Cheriel memilih di bonceng oleh Havian menggunakan motor sport.

Zayden, Januar, dan Rafa menggunakan motornya masing masing sedangkan Gafier dan Jisan menggunakan mobil lamborghini hitam.

"Yuhu, abang kita duluan bye bye lemot hahaha"

Cheriel berteriak nyaring saat motor yang di tumpanginya melesat melewati mobil sang abang.

Di dalam mobil Gafier hanya menggeleng melihat cara Havian membawa motor.

"Aa keren ya bang bisa sampe duluan." 

Mobil Gafier masuk ke kawasan parkir khusus di perbatasan SMP dan SMA Galaksa di susul tiga motor lainnya.

"Jangan di tiru bahaya." dapat Gafier lihat Havian yang menyandar di samping motornya sambil bermain ponsel.

Bayangin cuy, berdamage sekale.

Zayden menghampiri kembarannya dan tanpa perasaan mengeplak punggung Havian.

Plak

"Anjing lo, apaan dah."

"Gila, lo mau mati apa gimana tadi bawa motor kayak balap sepeda." omelan Rafa yang menjawab bukan lagi Zayden,

Gafier, Jisan, dan Janu mendekat untuk melerai.

"Seru tau kayak di bonceng Rosi."  mata Cheriel berbinar saat menginggat betapa serunya di bonceng oleh Kakak ke empat nya.

.

.

.

.

.

Pulang dari sekolah Cheriel kembali di bonceng Havian dan tentunya di beri wejangan dulu oleh si tertua agar tidak kebut kebutan.

Mansion tampak sepi dan mereka juga bingung mau bermain apa untuk mengusir bosan.
"Aigo, kenapa nih bayik ??" Janu mencolek pipi gembil Jisan.

Keduanya tengah bersantai di tepi kolam renang dan ada Rafa juga yang tenggah mengayun ayunkan kakinya di dalam kolam.

"Bosen~"

"Yo guys, Aa Vian yang kasep datang membawa babu Fier yang bersedia mentraktir kita makan siang karena Daddy sibuk di kantor." seperti biasa si biang onar datang bersama tiga manusia penghuni Zoo.

Bugh

"Enak aja, untung adek kalo bukan lo udah gue lelepin ke kolam ikan." sinis Gafier sedangkan yang di sinis in malah tertawa,

Dalam diam Gafier tersenyum tipis antara bersyukur dan khawatir pada sang adik yang selalu saja berusaha menampilkan senyuman terbaiknya.

"Kalo ada apa apa cerita sama abang ya, dek." bisik Gafier, tawa Vian mereda di gantikan senyum tipis lalu beranjak untuk menghindari tatapan mata si sulung.

Satu tahun sejak kembalinya Havian tak ada keluarga yang tau apa yang terjadi di Thailand kecuali satu orang, Gafier.



Jam menunjukkan pukul delapan malam dan Arsya baru saja sampai bersama seorang pria berparas tampan.

"Halo wahai keponakan keponakanku, Om Jae datang nih."

Tiga manusia yang menginvansi ruang tamu hanya menoleh dan lanjut berbincang serius membuat Jaedra merengut kesal tak ada yang menyambut.

"Jadikan gue tuh-adoh sakit woey" Zayden mengusap telingganya yang di jewer oleh Om tak ada akhlak nya, bibirnya tak henti mencebik kesal memancing tawa empat orang di sana.

"Apaan ?!" galak Zay sambil mendelik tak terima.

"Gak baik bisik bisik." jawaban santai Jaedra benar benar menyebalkan.

Ah, sepertinya keturunan Alexandria memang unik unik dan minus akhlak kecuali di saat saat penting.

Tatapan Jaedra beralih menatap Havian lalu tersenyum lebar, Zay bersumpah kalau Om nya itu tidak memiliki kewarasan yang cukup setelah masuk ke mansion nya.

"Lo mirip Om Om pedo tau kalo senyum ke gitu, merinding Vian lihatnya." tawa Zay, Janu, dan Arsya meledak karena protesan Havian.

Bisa bisanya anak itu memasang wajah polos saat berkata hal yang menusuk sampai lambung.

"Setan emang."







Ganteng banget ♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ganteng banget ♡






Tbc.

Alexandria FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang