Alexandria .10

650 56 3
                                    

Mari kita sedikit flashback mengenai awal mula si sulung dan si tengah Alexandria sebelum tragedi Narkotika Thailand.

Mandala dan Manggala, dua putra Arsya yang memiliki hubungan yang renggang saat beranjak remaja entah karena labil atau karena memiliki kesamaan dan perbedaan yang sama sama menyulut api.

Persamaan yang meresahkan entah itu,

Sama keras kepalanya, sama Ego tingginya, dan sama sama acuhnya.

Dan perbedaan yang semakin merenggangkan jarak,

Si tengah yang berusaha mendekat dan si sulung yang Tsundere.

Manggala yang terkadang cuek kadang juga cerewet, banyak tingkah, bar bar, bebal, dan pemilik tembok transparan tertinggi.

Mandala yang dingin, tak peka, tegas, tertata, disiplin, dan pemilik sifat Tsundere terbesar.

Manggala yang secerah matahari dengan julukan Pusat keceriaan, kehangatan, dan poros kehidupan seperti matahari bagi planet di sekelilingnya.

Mandala yang sedamai bulan di malam hari dengan julukan Moon Lion, pusat ketenangan, tegas tak terusik, dingin tapi lembut, dan poros rasa nyaman bagai langit gelap bercahayakan bulan bagi manusia rapuh.

Manggala Havian yang selalu berusaha mendekatkan dirinya pada si sulung Mandala Gafier meskipun afreksinya tak terlihat.

Dua dari tiga putra Arsya yang pandai berdebat dan puncaknya adalah dua tahun lalu di tanggal 29 bulan Desember mendekati tahun baru.

Malam itu lima anak Arsya berkumpul di ruang rawat Zayden, hanya Gafier dan Havian yang tak ada karena si sulung masih di studio sedangkan Havian entah ke mana sejak kejadian Zay di keroyok siang tadi.

Pukul sebelas malam Gafier pulang dengan wajah merah padam dan nafas memburu bahkan rahangnya menegang, tak satupun berani mendekat.

"Ingat bang, tenang, santai, jangan emosi, pake kepala dingin, selesaikan secara bijak, dan mengalah untuk mendengar." Arsya sudah mewanti wanti putra sulungnya.

Cklek

"Assalamualaikum," Havian membuka pintu utama dengan santainya di saat yang lain merasa khawatir.

"Waalaikumsalam." jawab Arsya dan anak anaknya yang masih bersembunyi di kamar, mereka baru akan ke rumah sakit karena yang menjaga Zay hanya Jisan.

Plakk

"Gak bisa gitu lo gak bikin masalah sehari aja Manggala?! Lo lihat adik lo masuk rumah sakit gara gara musuh geng geng an lo itu dan lo hilang gitu aja tanpa kabar, lo senang huh udah bikin adek lo masuk UGD ?!."

Havian memegangi pipinya yang memanas, dia yakin pasti ada cap lima jari di pipinya sekarang.

Remaja limabelas tahun itu mengangkat wajahnya dan melempar senyum sinis serta tatapan datar.

"Semua ini memang salah gue tapi gak sepenuhnya salah gue juga!!, dia aja yang terlalu bergantung di saat gue gak bisa dateng lagian kenapa dia gak ke kalian aja kenapa harus chat gue yang jelas ponselnya di konter ?!!."

"Geng gue memang ada musuh tapi gue gak pernah sekalipun bikin masalah sama mereka, geng gue bukan anak sembarangan yang bisa lo hina."

Jawaban yang terkesan menantang itu semakin membuat Gafier tersulut emosi, Arsya dan anak bebeknya mulai mendatangi ruang tengah.

"Terus salah siapa hah kalo dia udah minta jemput sebelum dia pergi ke toko buku kan ?!, Sekarang saya mau kamu renungi kesalahan kamu di red room."

Alexandria FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang