Alexandria .12.

1K 104 10
                                    

Gafier terbangun dari tidur lelapnya, obsidian kelamnya menatap hangat sang adik yang tertidur dengan posisi tak nyaman dan laptop di pangkuannya masih menyala menampilkan banyak algoritma.

“Ah, ternyata ini pantesan aja susah buat lacak kamu kalo kabur kaburan.” gumamnya.

Gafier menaruh laptop di meja lalu membenarkan posisi sang adik, Havian tampak tak terusik sedikitpun.

Wajah damai itu selalu membuat Gafier ingin melontarkan kata maaf atas prilaku buruknya di masa lalu, sungguh penyesalannya tak pernah benar benar lenyap meski Havian memaafkannya.

“Baby bear, maafin abang ya.” bisiknya lalu beranjak ke kamar mandi setelah mengatur suhu ruangan.

Sepertinya yang lain sudah kembali karena suara gaduh di bawah tapi yang membuat Gafier heran adalah tak ada suara klakson mobil untuk meminta di bukakan pagar oleh satpam.

Dengan penasaran Gafier turun ke lantai bawah melalui tangga agar tidak menimbulkan kebisingan, baru sampai di pertengahan tangga Gafier menangkap banyak siluet orang orang dewasa yang saling berbisik mencurigakan dalam kegelapan dan pemuda itu sadar bahwa seharusnya lampu menyala jika memang Arsya atau siapapun telah pulang.

Jantungnya berdegup kencang seiring lengkahnya menaiki tangga dengan hati hati untuk kembali ke kamarnya,

Deg

Seorang pria berpakaian serba hitam masuk ke kamarnya.

Brakk

Gafier masuk ke dalam kamar setelah si pria aneh itu terpelanting keluar secara tiba tiba.

Di sana Havian berdiri dengan kuda kudanya dan Gafier menubruk cepat tubuh sang adik lalu menutup pintu.

“Listen me”

“Di bawah ada sekitar sepuluh orang dan kita cuma berdua di sini, kita harus ke bangker dan sebelum itu kita harus ke ruang bawah tanah.” Havian mengangguk lalu mengotak atik komputernya lalu sebuah dron mini keluar dari sisi kanan laptopnya dan terbang menuju ke luar lewat celah ventilasi.

Havian mengambil ponselnya dan menyambungkan semua yang dia butuhkan ke ponsel.

“Ayo, kita pake lift darurat.” keduanya keluar secara mengendap endap dalam kegelapan menyerupai bayangan.

Grep

Havian menekan rubuh Gafier ke dinding saat tiga pria bersenjata api melewati tempat mereka, keahlian kamuflase itu penting.

“Alexandria menyembunyikan hartanya di mana sih ?!”

“Mata mata kita bilang dia di rumah dengan sulung Alexandria, bukankah bagus jika keduanya kita seret ??”

“Kau benar.”

Keduanya tidak bodoh untuk tidak menyadari siapa yang di bahas oleh ketiganya.

“Lanjut.”

Lift darurat berada di belakang kamar Arsya tepatnya di pojok dekat balkon.

“Cepat cepat”

Beruntung lift khusus itu tidak menimbulkan bunyi apapun, pintu terbuka di sebuah lorong gelap dan di ujung sana terdapat pintu brangkas senjata.

Keduanya menempelkan telapak tangan kanannya pada sebuah alat scan dan pintu brangkar persenjataan terbuka menampilkan ruangan gelap yang lumayan luas.

Tek

Lampu menyala menyorot kilapan senjata berbagai jenis dan bentuk entah yang tajam, tumpul, maupun mematikan.

“Kita butuh beberapa untuk persiapan dan sisanya kita bisa dapat di bangker.”

Alexandria FamillyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang