BAB IV

153 19 0
                                    

Hari minggu. Pansa selalu menetapkan hari minggu sebagai waktu luang khusus untuk dirinya. Tanpa belajar, mengecek jadwal, dan apapun itu yang berkaitan dengan sekolah. Hari ini Pansa tidak berlatih silat karena latihannya dilakukan kemarin.

Pansa masih lelap dalam tidurnya. Ia sangat membutuhkan tidur untuk mengisi daya tahan tubuhnya. Senin sampai Jum'at pun telah ia habiskan hampir 24 jam hanya untuk belajar, sisanya untuk tidur. Paling lama, empat jam. 

Pintu kamarnya jarang sekali dikunci, sehingga orang rumah leluasa untuk masuk kamarnya. Orangtuanya hanya sesekali masuk kamarnya karena mereka tahu privasi anaknya, berbeda dengan Racha yang selalu keluar masuk kamarnya. Pansa sendiri sangat ketat dengan privasi, kecuali orangtua dan adik kesayangannya. Mengenai privasi, Pansa sendiri berpikir tidak semua orang tahu tentang kehidupan aslinya karena Pansa yakin orang lain hanya akan melihat dari luarnya saja. 

Racha masuk ke dalam kamar Pansa dengan hati-hati, tanpa mengeluarkan suara. Racha ingin membangunkan Pansa karena sudah siang, tetapi Racha ragu akan mengganggu istirahatnya. Racha duduk di samping ranjang Pansa, tangannya mengelus kepalanya. 

"Kak.... "

Pansa perlahan membuka matanya, melihat Racha yang terlihat khawatir. Pansa tersenyum. 

"Selamat pagi, adikku. Kenapa, Racha?"

"Ini sudah siang, kakak. Kakak hari ini nggak kemana-mana?"

Pansa melirik jam dinding kamar, sudah jam sepuluh. Pansa mulai bangun dan menyandarkan punggungnya. Pansa menggenggam tangan Racha. 

"Kakak hari ini di rumah saja. Kamu sendiri ada rencana nggak?"

"Racha mau pergi ke Tebet bareng View, Tu, Prim, dan Love, kak. Racha sudah bilang kok ke Ayah dan Ibu."

"Yaudah, mau kakak antar pakai mobil?"

"Boleh, kak. Beneran nih? Masa cuma antar Racha aja?"

Pansa berpikir, sudah lama dirinya tidak menikmati waktu di luar.

"Yaudah, kakak sekalian jalan-jalan deh. Tapi, kakak nggak mau gabung sama kamu dan mungkin kamu hubungi kakak kalau sudah selesai. Gimana?"

Senyuman kucing milik Racha terbit. Racha menganggukan kepala dengan semangat dan meminta Pansa untuk bersiap-siap. Pansa sendiri  hanya tersenyum. 

=================================

Love sudah sampai di titik kumpul lebih awal, di sebuah kafe estetik yang memadukan konsep minimalis dan memanfaatkan taman kecil. Love yang sudah reservasi, hanya menunggu kedatangan sahabat-sahabatnya. Selang beberapa menit, muncul sosok Tu dan Prim yang datang berdampingan. Kemudian, View datang setelahnya. 

Racha datang paling akhir. "Maaf, gue datengnya rada telat. Macet di tengah jalan."

Prim yang duduk dekat jendela kafe, melihat sosok Pansa. "Lo dianter sama Kak Pansa?"

"Iya, gue yang minta anter. Ntar gue minta jemput lagi."

Cinta yang juga memperhatikan Pansa pun tak menunjukkan reaksi, padahal hatinya sudah deg-degan sekaligus senang melihat Pansa versi kasual. Pansa mengendari mobil BMW hitam, dengan polo shirt merah dan celana jeans. 

Cinta menikmati minuman matcha bersama teman-temannya. Mereka membicarakan banyak hal, mulai dari fesyen, trending media sosial, bahkan gosip sekolah. Setelah beberapa bulan menjadi kelas 10, mereka sedikit tertekan dengan budaya sekolah yang terlampau disiplin dan cenderung kompetitif, sehinga mereka berkumpul untuk melepaskan tekanan itu. 

Cinta sudah tahu konsekuensinya jika ia menjadi siswi Dirgantara. Namun, dirinya tetap menikmati kehidupannya sebagai siswa. Tak hanya itu, Cinta mengambil ekstrakurikuler badminton dan berencana mendaftarkan diri sebagai anggota OSIS. Di sisi lain, View mengikuti kelas voli, Tontawan sebagai anggota Karya Ilmiah Remaja, dan Prim memgambil kelas model sebagai ekstrakurikulernya. Racha juga tidak ambil pusing, memilih tidak ikut apa-apa dan mengambil kelas di luar sekolah. 

Datang, Pergi, dan KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang