Bab XXIV

174 27 9
                                    

Suasana malam semakin ramai karena malam minggu. Jalanan sudah macet di kawasan Fatmawati. Keadaan itulah yang membuat Racha kesal. Ia tidak menyukai kemacetan karena membuatnya stress. Namun, Namtan berusaha untuk menenangkannya.

Di dalam mobil Fortuner milik Namtan, mereka canggung satu sama lain. Walaupun Namtan sudah mendekati Racha sejak bangku kuliah, Racha selalu memberikan jarak pada Namtan. Karena itu, justru Namtan semakin tertantang untuk mendapatkan hati Racha.

Mereka berencana untuk makan malam di restoran Thailand milik kakak beradik Atmadja. Tentu saja, itu ide Racha karena setiap malam pasti kontrol ke bisnisnya. Namtan menawarkan diri untuk menemaninya, sekaligus makan malam.

"How was your day, Racha?" Namtan membuka percakapan agar kecanggungan diantara mereka berkurang.

"Not bad, kak." singkat Racha.

Namtan menghela napas. Ia terkadang lupa kalau Racha merupakan wanita karir yang cuek dan dingin saat dirinya tidak bersama kakaknya.

"Besok ada film bagus yang tayang di bioskop, judulnya Raksasa Dari Jogja. Itu pun kalau kamu mau, Racha."

Racha menoleh ke arah Namtan. Namtan pun hanya melirik sekilas dengan tetap fokus pada arah jalanan.

"Kenapa kamu masih betah ngejar aku, kak?"

Namtan tersenyum tipis, ia tidak ingin menjawab pertanyaan wanitanya. Ia lebih memilih fokus untuk menyetir daripada memberikan jawaban. Racha yang merasa digantungkan pun memukul lengan Namtan. 

"Aduh, Racha... Jangan mukul dong." pinta Namtan.

"Habisnya kamu nyebelin." Racha pun merajuk. Namtan merasa gemas dengan tingkah Racha, sampai ia mencubit pipi sebelah kanan Racha dengan tangan kirinya.

"Jangan sentuh aku!" ucap Racha. Namtan pun tertawa lepas karena Racha menggemaskan.

"Yaudah kalau begitu." jawab Namtan. Ia pura-pura bersikap dingin kepada Racha.

Ih, bukannya ngebujuk, malah didiemin... batin Racha

Dua puluh kemudian, Namtan dan Racha tiba di restoran keluarga. Restorannya tampak penuh, bahkan beberapa orang berada dalam waiting list. Racha tersenyum tipis, malam ini restorannya sangat ramai.

"Mbak Film, selamat datang. Mau makan malam disini, Mbak?" sapa ramah dari Jeje, manager restoran.

Racha mengangguk, "Kak Pansa kesini nggak, Je?"

"Raden sedang dalam perjalanan, Mbak. Baru aja gue dihubungin sama beliau, Mbak."

"Oke, je. Stok bahan malam ini masih banyak?"

"Aman itulah, Mbak. Kalo kureng, nanti ada yang langsung re-stock." ucap Jeje dengan begitu percaya diri.

Racha mengangguk senang dengan memberikan dua jempolnya. Racha pun berjalan menuju salah satu ruangan VIP, diikuti oleh Namtan.

Namtan berusaha menyamakan jalannya dengan Racha. Ia berbisik, "Racha, karyawan disini pada manggil Pansa itu raden?"

"Hmm..." Racha berdeham mengiyakan. Ia masih ngambek dengan kejadian sewaktu di mobil.

Astaga, masih saja ngambek... batin Namtan sambil tersenyum tipis.

Saat mereka memasuki ruangan VIP, mereka duduk berhadapan. Seorang pegawai menghampiri mereka dengan membawa menu. Setelah mereka telah memesan, pegawai itu pergi.

"Ya Tuhan, kamu masih ngambek?" ucap Namtan.

"Menurutmu? Pikir saja sendiri." ketus Racha. Namtan pun cuma menaikkan alis.

Datang, Pergi, dan KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang