02. Jadikan aku rumahmu

45 49 0
                                    

Layla menatap sebuah rumah sederhana disana, Juan telah membawanya menuju rumah itu. Rumah sederhana miliknya dengan hiasan pepohonan yang membuat suasana itu tenang. Tidak seperti rumahnya sendiri terlihat mewah dan minimalis namun suasana suram terasa sangat jelas.

Sesampainya di teras, Juan segera menutup kembali payung tersebut dan Layla yang sudah menepi menunggu laki-laki itu membuka pintu utamanya.

Ceklek..

"Bundaa! Juan pulang." serunya sembari berjalan menghampiri bundanya yang tengah duduk di depan TV. menonton berita yang berlansung itu.

Wanita paruh baya berusia 50 tahun itu bernama Luna Ayuningtyas menoleh ketika mendapat suara anaknya.

"Bunda khawatir... bunda kira kamu kehujanan dijalan." balasnya sembari memeluk tubuh putra semata wayangnya itu, tak lupa mengecup dahi hingga pipi berulang kali.

Layla yang melihat sepasang Ibu dan Anak saling memberikan pelukan hangat itu hanya bisa tersenyum tipis." Apa seperti ini kasih sayang seorang ibu pada anaknya? aku juga mau seperti ini." batinya.

Matanya berkaca-kaca jika mengingat kejadian tadi, Dia hampir tidak bisa membendung air mata. dia juga ingin merasakan kasih sayang dari seorang ibu, bahkan kakak laki-laki nya itu hanya sering memukul menjambak bahkan memarahinya. tak pernah memeluknya sekali pun.

pelukan antara Ibu dan Anak itu terlepas ketika Luna menoleh kearah mendapati Layla hanya berdiam diri di depan pintu, sungguh Luna yang melihatnya merasa kasihan, dia menoleh kearah Juan. "Nak, kenapa pacarmu gak diajak masuk, kasihan loh dia cuman berdiri di situ." sahut Luna menatap sang anak yang hanya menggaruk-garuk tengkuknya sambil tersenyum.

"Eumm.. i-iya bundaa Juan lupa, Layla sini masuk dulu." pinta Juan yang membuat gadis itu perlahan berjalan kearahnya.

"Bunda kenalin ini Layla teman baru Juan."

Layla tersenyum manis. "Halo tante saya Layla teman baru Juan." ujarnya dengan sopan.

Luna antusias tersenyum senang, lalu perlahan menarik tangan Layla untuk mendekat kearahnya. "Ya ampun cantik sekali, Juan kamu nemu dimana gadis selembut ini." Luna menatap Juan yang hanya terkekeh menganggap bahwa ucapan Bundanya itu terlihat lucu.

"Nak maaf ya bunda kira kamu pacarnya Juan, soalnya Juan belum pernah mengajak gadis kerumah." ujar Luna juga terkekeh setelah mengatakannya.

"Iya ngak apa-apa kok tante, Layla paham." balasnya masih tersenyum.

Luna menatap plester yang menempel di kening Layla, dia tampak penasaran tentang itu. "Kening kamu kenapa nak? habis jatuh?" tanyanya khawatir.

Layla sedikit tercekat namun dia tetap berusaha seakan semuanya baik-baik saja. Tidak mungkin untuk memberitahu hal seperti itu kepada orang lain. "Mmm.. I-iya tante, tadi Layla habis jatuh kepleset karena lantainya licin kena hujan." bohongnya. dia tidak ingin membuat Luna khawatir dengan keadaannya.

Kening Luna seketika mengerut mendengar jawaban itu. "Yaampun, lain kali lebih hati-hati ya nak. "

"Iya tante Layla akan berusaha lebih hati-hati lagi."

"Untung ada Juan ya yang nolongin sama ngobatin kamu." ucap Luna menatap kearah Juan yang juga menatapnya.

"Yaampun, andai saja bunda tahu apa yang sebenarnya terjadi."

"Oh ya, Bunda bikinin kamu minuman dulu ya, sebentar." Luna beranjak berdiri kemudian pergi menuju dapur ingin membuatkan minuman untuk Layla dan juga Juan.

sembari bundanya pergi, Juan beralih duduk disamping Layla, ingin mengulang pertanyaan yang belum sempat gadis itu jawab. "Jujur sama aku siapa yang melakukan semua ini Layla?" gadis itu sedikit tersentak mendengar pertanyaan Juan secara tiba-tiba.

Dear Layla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang