03. Sesakit ini ya ternyata?

50 51 0
                                    

Hari mulai berganti, sinar mata hari mulai menyusupi jendela dapur dan menerpa wajah lelaki manis yang kini tengah membantu bundanya menyiapkan sarapan. itu Juan, lelaki itu setiap pagi selalu membantu bundanya memasak lalu mencuci piring.

"Bunda.. ini ikannya Juan taruh di piring ya.." pinta Juan ingin menaruh ikan yang sudah digoreng itu ke piring.

"Iya itu sama telur dadarnya juga, di taruh semuanya diatas meja, Bunda aku ke kamar mandi dulu, kamu aduk sayurannya ya." ujarnya kemudian Luna berjalan masuk kedalam kamar mandi.

Juan mulai mengaduk sayur sup itu perlahan, baunya sangat harum, bundanya sangat handal untuk memasak, Juan menoleh kearah anak tangga ketika mendengar suara langkah kaki menuruni tangga. yap itu Layla. dia beru saja selesai mandi.

"Pagi Layla.." sapa Juan melihat Layla berjalan kearahnya.

"Pagi juga Juan." balas Layla lalu duduk di kursi meja makan.

"Juan, mau aku bantu masaknya?" pinta Layla yang ingin membantu Juan. namun lelaki itu menolaknya dengan gelengan kepala.

"Kamu duduk aja di situ, nanti kita sarapan bareng." ucap Juan sembari tersenyum kearah Layla.

Seperti sebuah rumah tangga saja yaa... Hushh mereka belum cukup dewasa!

Layla tersenyum kearahnya. "Beneran enggak apa-apa aku bantuin biar kamu nggak capek." pintanya sekali lagi.

"Udah kamu duduk aja dulu, aku udah biasa kok bantuin Bunda masak di pagi hari."

mendengar ucapan Juan, Layla hanya menghela napasnya pelan. "Ya udah kalau gitu, aku izin ke atas sebentar ya." ucap Layla yang di balas anggukan oleh Juan, lalu gadis itu kembali menaiki tangga menuju kamarnya sebentar ingin menyisir rambut disana.

Begitu gadis itu pergi, laki-laki yang tengah masak itu terkesima. Tiba-tiba dia merasakan canggung dan gugup, tiba-tiba saja jantungnya berdetak semakin kencang, entah mengapa? apa mungkin dia jatuh cinta dengan Layla? Entahlah.

10 menit berlalu, Juan telah selesai mengaduk sayur sop, kemudian menaruhnya kedalam mangkuk besar, dan menaruhnya diatas meja oh tak lupa dia merapikan meja makan yang kini terisi penuh oleh hidangan makanan pagi ini. Menghirup lama aroma enak nan lezat, tidak sabar untuk memakannya.

"Kok Layla lama banget?" celetuknya.

Kini bundanya sudah keluar dari kamar mandi, berjalan kearah meja yang sudah penuh dengan hidangan yang sudah Juan taruh disitu.

"Waahh, anak bunda pintar sekali, oh ya panggilin Layla kita makan bersama-sama." suruh Luna lalu dia duduk dikursi makan itu.

Juan lantas mengangguk, dirinya memang ingin menemui Layla karena gadis itu tak kunjung kembali.

Tanpa berpikir lama, Juan berniatan untuk menyusul Layla. berjalan kearah kamar dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

Grep!

"Layla? kamu kenapa?!" seru Juan saat mendapati perempuan itu meremat perutnya di sudut dinding.

Raut wajahnya yang tampak menahan kesakitan membuat Juan panik sendiri.

"Gak kenapa-napa cuman perih" Layla mengelak padahal dia tahu bahwa ini efek samping dari kambuhnya penyakit itu.

Juan mendekatinya, menatap sendu dengan raut wajah yang sangat khawatir. "Periksa ke dok-"

"Gak usah, aku mau minum obat saja" potong Layla.

Juan mengangguk kukuh. "Aku ambilkan obatnya ya" ucapnya.

"Di mana kamu naruh obat itu?"

Deg!

"Obatnya? yaampun Obatnya tertinggal dirumah." batin Layla sambil membelakkan mata.

Dear Layla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang