07. Cuci Darah

43 50 0
                                    

"Layla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Layla."

Gadis yang mengenakan sweater merah itu memutar badannya kebelakang saat ada yang memanggilnya.

Lalu kedua pipinya memerah ketika mendapat pelukan erat dari laki-laki tersebut, Juan.

"Semangat kamu pasti bisa." ucap Juan  di sela pelukan itu, mengusap punggung Layla sekaligus memejamkan matanya di dekapan erat mereka.

Layla tersenyum lebar membuat matanya seakan ikut tersenyum, mengangguk kukuh, lalu Juan mengelus puncak rambut Layla dengan lembut. "Terima kasih, Juan." sahutnya.

Lelaki berambut hitam pekat itu melepas pelukan, menatap dalam gadis kuat di depannya yang masih mengembangkan senyuman. "Aku bakal nunggu kamu sampai keluar dari ruangan" ujarnya.

Layla menggeleng kecil, mengerutkan bibirnya seakan tak setuju. "Kamu sekolah, aku gak apa-apa sendirian di sini." tegurnya seraya mengedarkan pandangan kearah koridor rumah sakit ini.

Juan membuat simbol silang melalui tangannya. "Aku bisa izin buat gak masu-"

"Sekolah lebih penting, kamu bisa datang sore" potong Layla.

Juan menghela napas kasar. "Iyaya, tapi kamu harus baik-baik aja oke?"

Layla mengacungkan jempol, lalu mengacak kecil rambut Juan. "Oke, udah sana pulang terus berangkat sekolah" pintanya, laki-laki itu melambaikan tangannya.

"Dah!" melihatkan ekspresi wajah yang imut membuat Layla merasa gemas padanya.

Ketika lelaki itu sudah pergi menjauh, Layla masih berdiri mematung di koridor ini seakan terhipnotis tidak kedip sekali pun.

Ketika lelaki itu sudah pergi menjauh, Layla masih berdiri mematung di koridor ini seakan terhipnotis tidak kedip sekali pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puk!

Layla tersentak kaget, seseorang menepuk pundaknya dari belakang membuat dirinya yang terkesima menjadi sadar.

"Layla? Ngapain masih di sini" kata dokter Alana yang sedari tadi menunggunya di tempat operator.

Gadis itu menggaruk tengkuk sekilas karena gugup, lalu tersenyum masam. "Nggak apa-apa dok."

Dokter Alana tertawa kecil, lalu menaikkan satu alisnya membuat Layla semakin tersipu. "Tadi cowok kamu ya" cibirnya.

Layla menjadi salah tingkah. "Ah engga dok, itu teman ku" ketusnya.

Dear Layla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang