11. Kejadian

34 48 0
                                    

Sepulang sekolah seperti biasanya Juan lanjut bekerja, masa remaja Juan yang sangat sibuk. Layla ada di rumah bersama bundanya, membantu bundanya memasak dirumah.

Juan mengantar pesanan berturut-turut karena memang hari ini pelanggan datang sangat ramai.

Senyuman Juan terlukis dan berusaha menjaga attitude, agar terlihat ramah ke semua orang. Karena point pertama menjadi seorang pekerja keras harus tetap menjaga sikap, tidak boleh jutek dan emosional.

Juan kembali jalan kearah tempat kasir setelah mengantar pesanan, ada Daniel juga sedang istirahat sebentar di sana.

"Nel, hari ini banyak banget pelanggan yang datang." celetuk Juan.

"Iya nih, jadi capek." sahut Daniel sembari menyeka keringat.

Juan meneguk minuman dingin, haus sekali. "Mau?" tanya Juan saat melihat Daniel menatap botol yang Juan pegang.

Daniel terkekeh, lalu merebut botol itu dari Juan. "Lo peka banget ya bro." ucapnya kemudian meminum habis.

Karena gerah Juan melepas sebentar baret yang Juan pakai. Membenarkan rambut agar tidak berantakan, lalu seseorang menepuk pundak kanan Juan.

"Juan."

Juan menoleh, mendapati bos Renan di belakang. Melihatnya yang datang Juan segera memakai lagi baret Apolo itu ke atas kepala. "I- iya bos" desis Juan.

"Ikut saya sebentar." pintanya. Juan mengangguk, menatap bos Renan yang kembali naik ke lantai 2.

Daniel penasaran, mengulum bibirnya sekilas. "Ngapain ju?" tanyanya.

"I don't know" jawab Juan.

Memang benar, Juan juga tidak tahu kenapa bisa di panggil bos Renan. Akhir-akhir ini juan tidak membuat masalah.

"Hayo loh.. jangan-jangan si Hanni ngadu karena lo terus cuek sama dia." cibir Daniel.

Juan menggertakkan gigi, ingin sekali meninju wajahnya. Dia selalu saja membuat kesal.

Kemudian Juan menaiki anak tangga untuk ke lantai 2, setelah sampai terpampang jelas di sana ada bos Renan dan Hanni duduk saling bersebelahan.

Juan jalan perlahan, lalu duduk di kursi setelah bos Renan mempersilahkan.

"Ada apa ya bos?" ucap Juan memulai pembicaraan.

Hanni menatap Juan intens. Jadi begini rasanya jadi anak bos, bisa ikut ke tempat kerja kapan pun.

Bos Renan meletakkan sebuah surat lamaran kerja milik Layla ke atas meja, Juan pun menatapnya sekilas. Seketika jantung Juan berdegup kencang dan sangat khawatir kalau Layla di tolak.

"Teman mu, Arabella Layla Olivia di terima." ucap bos Renan.

Juan tersenyum lebar, lalu berdiri untuk meminta jabat tangan dengan bos Renan. Pria bertubuh atletis itu menatap Juan bingung dan pasrah saja untuk memberi jabatan tangan.

Hanni tertawa kecil karena tingkah Juan yang aneh ini. "Cute" gumamnya.

Setelahnya Juan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada bos Renan. "Terima kasih banyak bos!" seru Juan.

Lalu kembali duduk dengan senyuman yang masih mengembang. "Hehe"

Bos Renan hanya menggeleng melihat tingkah Juan ini. "Hadeuh, anak zaman sekarang absurd melebihi seorang pelawak." ucapnya.

Hanni yang tadi diam jadi ikut bicara. "Maafin calon papah." celetuknya.

Juan melebarkan mata, sontak kaget mendengar ucapannya. Apa katanya? Calon? Apa tidak salah ya?

Dear Layla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang