14. Pertengkaran hebat

40 48 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-Happy Reading-

"APA?!"

Mahesa, Winora dan Harsa tersentak kaget. Mereka tidak berpikiran sampai seperti ini pada Layla. Mereka mengalihkan pandangan kearah Layla dengan penuh amarah.

"A- apa maksudnya?" tanya Winora yang masih tak percaya.

"Layla bisa jelasin?" tambah wanita berhelai rambut panjang itu.

Layla yang di tunjuk untuk menjelaskan pun menghela singkat napasnya kemudian menatap satu-persatu keluarganya penuh arti. Dia juga tidak ingin ini terjadi tetapi sikap mereka setiap hari membuat dirinya muak dan enggan singgah lebih lama. Andai saja mereka tidak menyakiti fisiknya pasti dia akan betah tinggal di rumah.

"Jelasin! Kenapa lo mau jadi anak angkat dia?!" bentak Harsa tiba-tiba membuat Layla yang ingin bersuara kembali diam.

Suasana rumah ini berubah total. Tegang, mencekam dan penuh luapan emosi di benak mereka masing-masing.

Farhan membenarkan duduknya, ingin merubah suasana menjadi lebih baik lagi tidak seemosi ini. "Saya yang menawarkan Layla, karena saya kasihan melihatnya, istri saya juga sudah bilang sama saya." tungkasnya.

"Kasihan? Apa yang membuat kamu kasihan?" sahut Mahesa menekan di akhir kalimat.

"Tidak bisa dijelaskan. Dia anak yang malang walaupun punya keluarga, istri saya yang mendengar keluh kesah anak ini saya jadi tidak tega mendengarkannya." tutur Farhan  sembari menyentuh pundak Layla.

Brak!!

Mahesa menggebrak meja dengan keras. Dia bangun berdiri, lalu mendekati Layla yang masih diam di tempat. Tangan kanannya terulur menunjuk wajah Layla dengan geram. "Jadi selama ini kamu selalu cerita ke orang-orang?!" serunya.

Layla menundukkan kepala, menatap kosong lantai rumahnya. Suara hatinya ingin diam tak melawan tapi pikirannya ingin melawan tak mau di tindas terus-terusan.

"Dasar ya kamu anak tidak tahu diri!!"

"Kenapa Winora harus melahirkan anak seperti kamu!!"

"AARGHH!!"

Layla menjerit sangat keras yang membuat mereka semua tersentak. Napasnya yang sekarang tersengal saat mendengar ucapan dari ayahnya.

Cukup menyakitkan.

Kenapa ayahnya selalu memaki, mencaci, mencibir serta melukai hati kecilnya?! Tidak semua anak itu kuat, mereka lemah seperti Layla. Dia hampir melakukan bunuh diri tapi gagal karena Juan yang menolongnya.

Bibi Nani yang baru keluar dari dapur, syok mendengar jeritan Layla. Nampan yang menompang banyak gelas dan jajanan hampir jatuh tapi untung dia menahannya. Tercengang di tempat sambil melihat kegaduhan ini.

Dear Layla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang