BAB 11

61 17 0
                                    

~°✯Happy Reading!✯°~

~~~~~~~~~~~~~''''''''''''''''''~~~~~~~~~~~~

#What's wrong with you?

¯⁠\⁠_ಠಿ⁠_⁠ಠ_⁠/⁠¯

Di tengah ramainya anak kecil dalam sebuah ruangan sederhana, bersih, rapi, dan terawat, ada beberapa dari mereka yang tengah asyik mengobrol sambil memotong bawang, ada yang membantu membawakan air, ada yang menyiapkan wajan, dan ada yang tengah membantu menanak nasi.

Pandangan Naura tertuju pada seorang anak perempuan yang sedang mengupas kulit buah sendirian, ia terlihat kaku dan kurang lihai memegang pisaunya sehingga jari tangannya terluka, "Awww," teriaknya.

Naura hendak menghampirinya namun ia sulit melangkah maju seperti ada dinding penghalang transparan, tiba-tiba ia melihat seorang anak laki-laki datang dari arah luar dan menghampiri anak tadi, ia terlihat membersihkan darah yang bercucuran dan mengobatinya.

"Gapapa kan Ra? Udah aku bilangin hati-hati! kamu ini sering terluka kalau gak ada aku."

Haanghhhhh... hahhhh.. hahhhh Naura terbangun dari tidurnya dengan perasaan tak karuan, ia mendesis penuh kekesalan, rambutnya masih berantakan, begitu juga raut wajahnya.

"Ishhh kenapa sih mimpi tuh bocah 2, heran gue, siapa sih mereka sebenarnya? Ngapain datang ke mimpi gue mulu woii? Gue bosen liat kalian mulu! Kalo mimpiin Lee Dong-min tiap hari gue mah Ikhlas deh sumpah, lah ini mereka siapa anjir bikin pusing aja."

Tuk tukk tukk .. terdengar dari pintu kamar Naura. "Nau.. udah bangun? Kamu gapapa sayang?" teriak Suci dari arah luar.

"Nggak bu.. gapapa kok," teriak Naura.

"Beneran kamu?"

"Iyaa buu,"

"Yaudah jangan ninggalin shalat subuh yaa, ibu mau ke pasar. Hati-hati di rumah, pintunya kunci lagi," teriak Suci.

"Iya bu," Naura pun beranjak dari tempat tidurnya, ia segera beres-beres dan melaksanakan perintah ibunya.

Kringggg... kringgggg.. Bel istirahat telah berbunyi, seluruh siswa berhamburan ada yang menuju kantin, wc, penjual cilung, warung, perpustakaan dan lain-lain sesuai dengan tujuan mereka masing-masing.

Naura dan temannya kembali berjalan melewati lapangan yang di sana terdapat banyak laki-laki yang bermain bola. Dila dan Nina berjaga-jaga agar kejadian saat itu tidak terulang lagi.

"Apaan sih, aneh banget kalian," ucap Naura sambil tertawa ngakak.

"Ihh, diem aja lo Nau, gak bakal ngerti, yang penting lo aman sekarang," ucap Dila.

"Heem lo pada kenapa sih?" tanya Meyra.

"Gak tau, gue ngikutin si Dila aja," jawab Nina.

"Ini tuh penjag-----"

Ucapan Dila terhenti, ia menganga melihat pesona Rakha yang terlihat begitu macho menggunakan jersey timnya, Rakha berjalan dengan tubuh tegapnya dari arah kanan menuju ke lapangan dengan membawa sebuah bola sepak.

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang