BAB 24

7 2 0
                                    

~°✯Happy Reading✯°~

~~~~~~~~~~'''''''''~~~~~~~~~~

#Segala sesuatu yang terjadi memang bukan suatu kebetulan, namun dibalik itu akan selalu ada hikmah dan makna di dalamnya.

(⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

Naura masih terbaring lemas diselimuti selimut putih empuk yang bisa menghangatkan tubuhnya. Ruangan pengap yang tidak ia sukai akhirnya membuatnya kembali terjebak di sana, ia masih belum sadar dari komanya, sudah beberapa minggu ibu dan teman-temannya mengkhawatirkan kondisinya, namun dirinya belum memperlihatkan tanda-tanda bahwa ia akan segera sadar.

Suci terus menerus mendo'akan kesembuhan anaknya, dengan deraian air mata ia menggenggam tangan Naura. "Lekas sembuh sayangg.. kita semua nunggu kamu di sini. Ayo pulang," ucapnya lirih.

Tuk.. tuk.. tuk.. Sebuah ketukan pintu dari arah luar terdengar, Suci segera mengusap air matanya dan bergegas keluar.

"Bu.. mereka mau jenguk Naura," ucap Meyra menunjuk ke arah Leo dan Rakha.

Suci menghela nafasnya, "Tapi ini terakhir ya? Setelah Naura bangkit dari koma, saya gak mau liat kalian dekat dengan Naura," ucap Suci yang membuat ketiganya terkejut.

"Ta-tapi bu," ucap Leo.

"Maaf banget, saya gak nerima pengecualian apapun. Ini juga untuk kebaikan Naura, saya tidak mau dia sampai terluka lagi, jika kalian memang sayang Naura, saya harap kalian menjauhinya," Suci berjalan keluar melewati ketiga anak itu.

"Kak.. yang sabar yaa," ucap Meyra.

Leo mengusap punggung Leo untuk pertama kalinya. "Kita bakalan usahain kalian tetep bersama, lo tenang aja," ucapnya.

"Kayaknya kali ini gue harus bisa ikhlasin Naura deh.." ucap Leo, ia berjalan menuju tempat tidur Naura, bendungan air bening tergambar jelas pada mata indahnya itu, tangan kanannya menggenggam tangan Naura dengan penuh kelembutan, sedangkan tangan kirinya mengusap rambut indah Naura, bibir bawahnya maju ke arah depan. "Raa.. kamu harus sembuh. Semangatt yaa, lewatin masa koma ini dengan baik yaa, saya yakin kamu pasti berhasil," ucapnya.

Air mata mulai menetes dari matanya, isak tangis terdengar dengan jelas, Rakha dan Meyra mendekat ke arahnya dan berusaha menenangkannya. "Raa.. maaf yaa kali ini saya gak bisa nemenin kamu lagi, pokoknya kamu harus sembuh lagi, sekarang saya gak peduli kamu akan ingat saya atau tidak," ucapnya diiringi dengan mata yang menangis namun mulutnya menyuguhkan sebuah senyuman.

Sejenak Leo menghela nafasnya, ia mengusap air mata pada kedua matanya. "Yang saya inginkan sekarang adalah kesembuhan kamu, setelah sembuh kamu harus bahagia yaa. Saya akan senang melihat kamu bahagia, meskipun dari kejauhan Raa."

"Kaakk.." ucap Meyra.

"Tolong izinkan saya berdua dengan Naura, saya minta waktu sebentar ya," pinta Leo.

Rakha mengangguk dan mengajak Meyra keluar dari ruangan Naura. Leo terus menerus mengelus rambut Naura, dengan rasa letih, kecewa, hampa dan kesedihan yang mendalam. "Raa.. ternyata setelah semesta mempertemukan kita kembali, ia tetap tidak bisa mempersatukan kita," ucapnya.

Deraian air mata kembali membasahi pipinya. "Ternyata seluas apapun rasa sayang ini, rasa ini tetap tidak bisa sampai padamu."

"Raa.. inget gak? Saat itu kamu pernah mendefinisikan saya sebagai semesta kamu, dan mungkin sekarang saya harus membiarkan semesta menjagamu. Tapi asalkan kamu tahu, luasnya semesta tak lebih luas dari rasa ini, dan jika memang saya harus pergi demi kebaikan kamu, saya akan lakukan itu untuk kamu."

Sisa-sisa HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang