"Telah terjadi ledakan di sebuah pabrik kosong, ledakan itu berasal dari sebuah mobil yang belum lama ini melaju cukup kencang dijalan raya. Setelah diidentifikasi mobil itu milik Bernado Jhonson, seorang pembisinis yang saat ini tengah naik daun, namun baru-baru ini beliau tengah diselidiki terkait kasus partner bisnisnya, Dalton Miguela...."
Mendengar nama itu Ahrin yang sedang mengelap meja kedai sontak melihat televisi, alisnya mengkerut...
"Ahrin, kita pamit ya..." Sarah menepuk pundaknya.
"Masakan mamah kamu enak poll Rin..." Teman-temannya mengacungkan jempol.
"Kapan-kapan kita makan bareng disini lagi yuk..."
"Gak usah lah nambah kerjaan aja..." Ahrin menyela, "Udah bagus aku gak mau ikut, malah pada makan disini..."
Teman-temannya tertawa mendengar Ahrin mengeluh.
"Sayang banget Celine gak bisa ikut, dia kan suka banget minta bekel kamu, kalau disini dia bisa makan sepuasnya ya kan..."
Ahrin malah sedikit bersyukur, karna status keluarga mereka, Celine tidak berani untuk bertemu dengan Kathrine.
"Yaudah pergi sana udah mau tutup nih..."
"Yoi Yoi, thanks buat malem ini ya Rin..." Sarah kembali menepuk pundak Ahrin.
Setelah mengantar teman-temannya keluar, Ahrin bergegas membuka handphonenya bermaksud memeriksa berita.
Triinggg...
Lonceng dipintu masuk berbunyi, menandakan seseorang baru saja masuk.
"Maaf hari ini kita sudah tu.." kata-kata Ahrin terhenti saat melihat sosok yang masuk itu...
"Aku tau kok.." Ahrin membulatkan mata melihat Hanin yang masih dengan dress putihnya.
"Masih ada pelanggan nak?" Kathrine menghampiri.
Ahrin langsung membalikkan tubuh ibunya agar tidak melihat Hanin.
"Udah gak ada kok mah, mamah langsung bersih-bersih aja ya, nanti Ahrin aja yang tutup kedai..."
"Gak apa-apa nih? Kamu emang gak capek?"
"Enggak kok mah, mamah langsung ke atas aja ya..."
Sebenarnya Kathrine merasa aneh karna Ahrin terlihat khawatir. "Oke, mamah duluan ke atas yah..."
Ahrin memastikan Kathrine benar-benar tidak terlihat sampai ujung tangga dan langsung menghampiri Hanin.
"Kenapa kesini? Bukannya masih acara?"
"Iya masih acara, tapi aku kabur..."
Hanin melihat etalase kedai. "Kamu gak punya makanan sisa, aku laper nih..."
"Ma-masih ada sih, mungkin harus aku angetin dulu..."
"Oke, ohiya aku sekalian mau pinjem kamar kamu yah, Aku mau ganti baju dulu, nanti aku bantu tutup kedai deh."
"Ganti baju?" Ahrin memperhatikan Hanin dari atas ke bawah, dia tidak membawa apapun selain tas kecil. "Pake baju aku?"
Hanin mengangguk, tersenyum setulus mungkin. " Iya..."
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Jia pamit pulang dari panti setelah memastikan Jinmi tidur dengan lelap. Namun karna sejak sore terus bermain dan menjaga Jinmi sampai ikut tertidur, Jia merasakan perutnya bersuara dan memutuskan untuk pergi ke meemart di ujung turunan.
"Pelaku peledakan masih di selidiki, kemungkinan besar pelaku adalah seseorang yang menyimpan dendam kepada korban, mengingat korban adalah seorang yang problematik..."
"Peledakan?" Jia mendengarkan berita dari radio meemart. "Siapa yang mati?" Jia bertanya pada sang kasir.
"Oh, Bernado Jhonson..."
"Bernado?"
"Ya, orang yang baru-baru ini mencalonkan diri sebagai walkot..."
"Ya aku tau siapa dia..." Jia mengambil barang belanjaannya dan memasukkan kedalam kresek.
"Katanya juga sih, dia sedang diselidiki atas kematian partner bisnis nya, Dalton Miguela, benar-benar problematik ya.."
Jia menahan nafas mendengar nama itu, meremas bungkusan mie. Jia menggertakkan gigi, alis nya menaut tidak suka tapi Jia berusaha untuk tersenyum.
"Oh gitu ya..." Jia menyelesaikan pembayarannya dan keluar.
Bukannya tuh kasus udah belasan tahun ya?
Jia sibuk dengan pikirannya, wajahnya terus menunduk, menatapi tanah.
Brumm...
Sebuah deru mobil terdengar dari depan, lampu mobil menerangi Jia. Tertepa cahaya silau Jia otomatis mengangkat tangan melindungi matanya. Sebelum Jia sadar mobil itu melaju kencang menabrak dirinya. Jia terlempar dan terguling cukup jauh.
"Akh.."
Tubuhnya bergesekan dengan aspal, kaki dan tangan nya terluka lecet, sekitar 5 orang dari mobil itu keluar memakai penutup wajah dan masing-masing membawa tongkat pemukul. Jia langsung membaca situasi.
Benar saja, mereka memukuli Jia membabi buta bahkan sebelum Jia sempat bangkit, mereka juga menginjak-injak tubuh Jia. Jia hanya berusaha untuk melindungi kepalanya dan menekuk tubuh. Setelah 10 menit lebih mereka memukuli Jia, tubuh gadis itu tak lagi bergerak, mereka pun berhenti. Satu orang dari mereka menggerak-gerakkan tubuh Jia dengan kakinya, tubuh itu terkulai, Jia benar-benar sudah tidak sadarkan diri.
"Heh, udah gak gerak nih.."
"Yaudah cabut ayok..."
Tanpa memastikan sekitarnya aman atau tidak, mereka buru-buru masuk ke dalam mobil dan melaju kencang meninggalkan TKP. Mereka pikir sudah melakukan pekerjaan dengan baik, tapi nyatanya mereka tertipu.
Setelah memastikan mobil itu benar-benar menjauh, Jia kembali membuka matanya dan bangkit duduk menepuk-nepuk baju seragamnya.
"Apa-apaan sih tuh orang, kalo mau mukul niat dikit kek, kagak ada rasa..."
Jia bangkit berdiri dengan terpatah-patah, tubuhnya benar-benar penuh luka, wajahnya pun tergores dimana-mana, badannya juga pasti penuh lebam tapi Jia tidak merasakan apapun.
"Anjirlah, gini amat dah hidup..." Jia hanya menggeleng-gelengkan kepala, Jia mengangkat kresek yang sejak tadi tidak lepas dari genggaman nya.
"Untung nih kresek bisa diselamatkan, tidak jadi kelaparan aku malam ini..." Jia full nyengir.
Emang dasar makhluk spesial...
#797
Their 'Gift'
*Ahrin : Strength
*Yena : Speed
*Jia : Hurtless
*Hanin : ?
*Danella : ?Kira2 Niniz apanih???
KAMU SEDANG MEMBACA
WAW : Who Are We?
FanfictionWe are We : Who are We? Kebersamaan yang telah terjalin sejak kecil terpaksa pupus karna permasalahan yang menimpa. Menjadi asing telah menjadi keputusan bulat, terus menjauh, tidak ingin peduli dan tidak ingin kembali mengenal adalah hal yang merek...