***Menjadi saudara itu tidak perlu sedarah kan?
***
10 menit sebelum bel istirahat, Yena terbangun dari pingsannya, kepalanya masih terasa pening, tapi dia paksakan untuk duduk.
"Udah bangun kamu?" Daira yang masih duduk di kursi melipat tangannya, berkata ketus.
"Kok ngomongnya gitu sih..."
Daira membuang nafas. "Lagian kamu dibilangin gak mau nurut sih, pingsan kan jadinya."
"Maaf Ra.." Yena memijit keningnya, namun pandangannya menangkap sesuatu yang aneh, banyak sekali bingkisan makanan di meja UKS. "Ini apaan Ra?"
"Itu yang mau aku tanyain?"
Yena yang masih pusing makin menyipitkan matanya, menatap bingung. "Apaan sih Ra?"
"Kamu inget gak dibawa kesini sama siapa?"
"Ya enggaklah, kan udah pingsan duluan."
"Kamu mau tau?"
"Siapa memangnya?"
Daira menarik nafas sebelum mengucap satu nama. " Ka-k Ji-a."
Yena melotot mendengarnya, mulai gelagapan. "Kak Jia... yang mana?"
"Ck, gak usah pura-pura bego deh, siapa lagi kalau bukan Jiarra Minirra, The One and Only itu."
Yena menelan ludah. Kok bisa?
"Bukan itu aja ya, ada mantan ketos yang tiba-tiba jenguk kamu..."
Kak Anin
"Ditambah lagi ada ketua teater yang bantuin kita tadi pagi."
Kak Ane
"Dan aku gak expect pemain basket andalan putri juga bakalan dateng kesini..."
Yena mengigit bibir. Pasti Kak Arin
"Dan mereka yang kirimin semua cemilan ini."
Yena hanya mengusap tengkuknya.
"Sebenarnya kamu punya hubungan apa sih sama mereka?"
Yena tidak langsung menjawab. "Kamu kena semprot ya? Sorry..."
"Bukan kena semprot doang anjir, awkard gue, sesek banget sama aura mereka, cewek populer semua Iyen, mau diomongin apaan lu dikelas.."
"Loh, anak-anak tau?"
"Bukan tau doang Lhiyena, jadi pembicaraan juga tau di grup chat."
Yena memukul keningnya. Astaga...
"Udahlah gak usah dipikirin, nih makan aja bubur, 4 bubur sekaligus, makan tuh"
Daira langsung meletakkan 4 mangkuk bubur di meja kasur. Yena hanya menahan nafas. Aduh, semoga gak eneg deh.
Saat Yena menghabiskan bubur ke-2, Daira langsung sigap membuka bubur ke-3.
"Bantuin makan dong.." Yena memelas.
"Enggak! Aku gak mau disemprot lagi ya.."
Yena berdecak, dia menyendok buburnya dengan super malas.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku tau, hubungan kamu apa sama mereka?"
"Ah, padahal tadi udah berhasil dialihin, malah di omongin lagi.."
Mendengar itu, Daira langsung menempeleng kepala Yena. "Sengaja banget lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAW : Who Are We?
FanfictionWe are We : Who are We? Kebersamaan yang telah terjalin sejak kecil terpaksa pupus karna permasalahan yang menimpa. Menjadi asing telah menjadi keputusan bulat, terus menjauh, tidak ingin peduli dan tidak ingin kembali mengenal adalah hal yang merek...