𝟒𝟎

92 7 0
                                    

"Neth lo kalau mau mesra-mesraan inget waktu sama tempat dong", ujar Erlin dengan tatapan mengintimidasi nya

"Iya tuh, untung tadi mama lo belum lihat", timpal Naya dengan tatapan yang tidak kalah sengitnya pada Netha

Sedangkan Netha, gadis itu hanya diam dengan senyum konyol nya saat mendengarkan omelan dari kedua sahabatnya

"Iya iya maaf, sama makasih juga udah mau ngalihin perhatian mama tadi", ujar gadis itu dengan suara manjanya yang membuat Naya dan Erlin menghembuskan nafasnya dengan tatapan yang mulai luluh kembali pada Netha

"Santai aja, pokoknya kita berdua bakalan selalu bantuin lo selama kita bisa", ujar Erlin dengan senyum nya, kemudian tiga gadis itu saling berpelukan erat satu sama lain.

Keesokan harinya, seperti biasa Janendra selalu menjemput Netha pulang sekolah dan pastinya laki-laki itu tidak langsung mengantar Netha untuk pulang, namun ia akan mengajak gadis itu untuk makan, sekedar jalan-jalan, atapun membawa gadis itu ke perusahaannya dan gadis itu akan menunggu Janendra hingga menyelesaikan pekerjaannya

Namun berbeda dengan kali ini, Janendra kini membawa gadis itu ke jalan yang tidak pernah mereka lewati yang membuat gadis itu mengerutkan kening nya bingung, namun disisi lain Netha juga sedikit enggan untuk bertanya apalagi melihat wajah Janendra yang sedikit murung dan tidak banyak bicara padanya sejak tadi pagi

Netha hanya bisa mengalihkan pandangan nya ke luar kaca jendela mobil tersebut sambil melihat lihat pemandangan jalanan kota hingga beberapa saat kemudian menjadi pemandangan pepohonan pinggir hutan yang tidak ada bangunan satu pun di pinggir jalan tersebut

Gadis itu semakin mengerutkan keningnya bingung saat Janendra membelokkan mobilnya menuju ke arah pemakaman

"Ngapain kita kesini?", tanya gadis itu bingung sambil menolehkan pandangannya ke arah Janendra yang masih fokus memarkirkan mobilnya

"Ngunjungin mama", jawab Janendra

"Mama nya kak Janendra?"

Laki-laki itu menunjukkan senyum tipisnya seraya menoleh singkat ke arah Netha

"Iya siapa lagi, ayo turun", ujar Janendra pada gadis itu

Setelah mengambil buket bunga yang ia siapkan sejak tadi di bagasi mobilnya, Janendra langsung menghampiri Netha dan menggandeng erat tangan gadis itu, dan menuntun gadis itu untuk masuk ke pemakaman

Setelah beberapa saat mereka melangkahkan kakinya akhirnya kini mereka sampai di depan sebuah makam dengan nama nisan Altha Charlieston,
Makam yang terlihat sangat bersih dan terawat, sepertinya Janendra ataupun dari keluarga nya yang lain juga sangat memperhatikan hal ini

Janendra langsung berjongkok di depan makam tersebut, disusul dengan Netha yang juga ikut berjongkok di sebelah laki-laki itu sambil menatap lekat Janendra yang kini menutup matanya dan berdoa setelah meletakkan buket bunga yang ia bawa di depan nisan makam tersebut

'Mama selamat ulang tahun'

'Janendra harap mama selalu bahagia dan tenang disana'

'Jika aku boleh minta satu hal dari mama, aku harap mama merestui hubungan ku dengan Netha, gadis yang berada di sebelah ku saat ini'

'Aku tidak ingin lagi kehilangan wanita yang ku cintai'

Setelah selesai mengucapkan semua permohonannya Janendra kembali membuka matanya dan menoleh ke arah Netha yang kini hanya diam sambil menatap lekat makam di depannya

"Hari ini adalah hari ulang tahunnya"

"Sayang sekali, dia sudah meninggalkan ku disaat aku belum pernah memberikan nya hadiah ulang tahun", ujar Janendra sendu

"Kamu tau, dia adalah satu satunya wanita yang paling aku cintai sejak kecil, tapi sekarang sepertinya ada seorang gadis yang juga berada di dalam di hatiku selain mama"

"Siapa?"

Janendra kemudian menatap lekat gadis yang kini berada di hadapannya

"Gadis yang saat ini sedang berada di hadapan ku", ujar Janendra dengan senyum nya yang membuat Netha membulatkan matanya senang

"Benarkah?", tanya gadis itu dengan senyum yang sudah mengembang penuh saat ini

"Tentu saja"

Janendra kemudian langsung menarik Netha ke dekapannya seraya mengelus lembut surai rambut gadis itu.

Saat mereka akan keluar dari area pemakaman tersebut dengan tangan mereka yang saling menggandeng dengan erat, terlihat seorang pria paruh baya dengan buket di tangan nya yang tengah memperhatikan mereka dari gerbang masuk yang berbeda

'Bukankah itu Janendra'

'Dengan Netha?', batin pria itu bertanya tanya saat melihat punggung gadis familiar yang berjalan di samping Janendra

"Sejak kapan Janendra mau membawa orang lain apalagi seorang gadis untuk mengunjungi makam Altha", ujar Daren pelan dengan pandangan yang tidak lepas dari Janendra dan Netha

'Dan sejak kapan mereka terlihat sedekat itu'.

_______________

Malam harinya, terlihat Netha yang tengah sibuk dengan tumpukan buku bukunya

Saat gadis itu tengah fokus membaca bukunya, tanpa ia sadari Janendra sudah berdiri di di belakang gadis itu dan ikut memperhatikan apa yang tengah dibaca gadis itu hingga tidak menyadari keberadaannya

"Ujiannya besok?", ujar Janendra yang membuat Netha sedikit terkejut saat mengetahui Janendra yang sudah ada di samping nya

"Sejak kapan kak Janendra disini?", tanya gadis itu dengan wajah yang sedikit kesal

"Sejak tadi"

"Kemari biar aku ajari", ujar Janendra
sambil mengambil alih buku pelajaran gadis itu, Janendra kemudian mengambil kursi yang berada tak jauh darinya dan duduk di sebelah Netha

Janendra pun mengajari Netha dengan seksama walaupun sesekali laki-laki itu mencuri kesempatan untuk menatap intens setiap inci wajah gadisnya.

Disisi lain, Miranda yang baru saja memasuki kamar Netha dengan segelas susu di tangannya, wanita itu langsung memelankan suara langkah kakinya saat melihat Janendra yang tengah mengajar Netha saat ini

Setelah meletakkan susu tersebut di atas nakas yang ada di dekat tempat tidur putrinya, wanita itu diam sejenak untuk melihat kedua anaknya yang kini terlihat sangat akur, bahkan sejak awal menikah dengan Daren baru kali ia melihat Janendra tersenyum seperti itu saat bersama Netha

"Sayang mama udah bikinin susu buat kamu", ujar Miranda yang membuat Janendra dan Netha spontan menoleh ke belakang

"Mama?"

"Kapan mama masuk?", tanya Netha

"Barusan, tadi mama lihat kamu serius banget belajarnya jadi ngga mau ganggu"

"Janendra makasih ya udah mau bantu Netha belajar", ujar wanita itu dengan senyum di wajahnya, sedangkan Janendra, laki-laki itu hanya mengangguk singkat dengan senyum tipis nya

"Kalau begitu mama keluar dulu, kalian lanjutin aja belajarnya, Netha nanti jangan lupa minum susu nya", ujar Miranda sebelum akhirnya wanita itu menghilang dari balik pintu tersebut.

𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐨𝐮𝐬.



𝐉𝐚𝐧𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 || Step Brother(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang