𝟓𝟓

51 7 1
                                    

"Neth, kita cari makan di luar dulu yuk", ajak Naya saat gadis itu sudah sampai di hadapan Netha

"Boleh aja si, tapi nanti pulang nya jangan larut, kita udah tiga kali kena teguran gara-gara pulang terlalu larut malam", ujar Netha yang membuat Naya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal dengan senyum konyolnya

"Gara-gara si Naya tuh", ujar Erlin memanas manasi

"Halah, lo juga paling semangat kalau gue ajak keluar malam", balas Naya tidak terima

'Ngga ada perubahan', ujar Netha dalam hatinya saat menyaksikan kembali perdebatan antara kedua sahabatnya tersebut

Saat gadis itu tengah fokus pada dua sahabatnya, tiba-tiba terdengar suara berat yang memanggil namanya, yang membuat gadis itu membalikkan badannya dan melihat seorang laki-laki berambut coklat terang dengan mata biru dan kulit tan, dengan tubuh tinggi nya yang tengah berjalan ke arah gadis itu dengan senyum manis di wajah tampannya

Laki-laki itu adalah Liam, laki-laki yang belakangan ini selalu muncul di hadapan Netha.

"Do you have free time for tonight?" , tanya Liam dengan antusias

"I already have plans with my friends", jawab Netha

Mendengar penolakan dari Netha, membuat wajah laki-laki itu murung seketika, entah sudah berapa kali Liam mencoba mengajak Netha untuk pergi bersama namun Netha selalu mempunyai alasan untuk menolak ajakan tersebut

"But, maybe can i join with you?", ujar Liam tidak kehabisan akal

Mendengar perkataan Liam yang ingin bergabung dengan mereka, membuat Naya dan Erlin hanya terdiam sambil menunggu jawaban selanjutnya yang akan keluar dari mulut Netha

"Sorry, but only for girls", jawab Netha

"We have to go, bye", ujar gadis itu kembali, sambil menarik tangan Naya dan Erlin untuk berjalan pergi dari sana dan meninggalkan Liam yang masih berdiri mematung dengan wajah kecewanya untuk kesekian kalinya.
.
.
.
.

"Hebat banget lo Neth, ngga di Indonesia ngga di sini, penggemar lo banyak juga", ujar Erlin sambil berjalan di samping Netha dan Naya

"Iya tuh, tapi kasian juga dia loh, selalu lo tolak", timpal Naya

"Apa jangan-jangan, sampai sekarang lo masih ngga bisa ngelupain kakak tiri lo itu ya", ujar Naya kembali, sedangkan Netha, gadis itu hanya diam dan menundukkan kepalanya

Melihat itu Erlin secara spontan langsung mencubit pelan pinggang Naya, yang membuat gadis itu kini mengerucutkan bibirnya

"Lo kebiasaan kalau ngomong ngga di pikir dulu", bisik Erlin pada Naya

"Kan gue mastiin doang", jawab Naya pelan dengan raut wajah kesalnya pada Erlin.

"Mungkin", ujar Netha setelah beberapa saat gadis itu terdiam

"Tuh kan apa gue bilang", ujar Naya pada Erlin

"Udah diem aja lo", ujar Erlin dengan sedikit ketus, membuat Naya terdiam seketika.

.
.
.
.

Malam harinya, Netha yang baru saja tiba di kamar asramanya, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya setelah cukup lama ia berada di luar, Netha kini berada di kamar asramanya sendirian karena ia pulang lebih awal dari Naya dan Erlin yang masih berada di tempat karaoke

Perlahan tangan gadis itu mengambil sebuah boneka beruang putih yang selalu ia letakan di tempat tidurnya, boneka beruang putih yang merupakan pemberian Janendra untuk pertama kalinya, yang selalu ia bawa kemana-mana

Netha menatap lekat boneka tersebut hingga tanpa ia sadari butiran-butiran bening mulai turun bebas dari pipinya

Tidak bisa dipungkiri, ia juga sangat merindukan laki-laki jangkung itu.

---------------

Disisi lain, terlihat Janendra yang kini tengah berbaring di atas tempat tidurnya dengan pandangannya yang hanya fokus pada layar ponselnya yang menampilkan foto seorang gadis dengan seragam sekolahnya, rambut hitam gelap yang terurai sempurna, dan senyum manis yang semakin membuat gadis itu terlihat cantik

Itulah kebiasaan yang dilakukan Janendra setiap malam sebelum ia tidur selama hampir tiga tahun ini, seakan tidak ada bosannya, laki-laki itu bisa berbaring dan hanya menatap foto Netha yang ia simpan di ponselnya dengan waktu yang lama hingga terkadang ia tertidur tanpa sadar dengan ponsel yang masih menampilkan foto gadisnya.

Setelah beberapa saat Janendra menatap foto Netha dengan intens, akhirnya laki-laki itu menurunkan ponselnya dan mulai memejamkan matanya perlahan

.
.
.
.
.

Pagi harinya, terlihat Janendra yang kini masih tertidur lelap dengan mimpi indahnya, namun beberapa saat kemudian terdengar suara dering ponsel yang tak henti hentinya keluar dari ponsel milik laki-laki itu

Janendra yang merasa terusik pun segera mengambil ponselnya dengan mata yang masih terpejam

Setelah Janendra menerima panggilan ponsel tersebut, terdengar suara seorang pria yang berbicara beberapa kalimat pada Janendra namun berhasil membuat laki-laki itu membuka matanya dengan sempurna saat ini

"Baik, aku akan memesan tiket penerbangan untuk besok"

"Jagalah dia dengan baik terlebih dahulu", ujar Janendra sebelum akhirnya laki-laki itu menutup panggilan telepon tersebut.

𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐨𝐮𝐬.

-----------------

Hiii... Jangan lupa vote nya yaa, biar besok langsung up chapter selanjutnya, terimakasih..... ♡

𝐉𝐚𝐧𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 || Step Brother(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang