𝟓𝟐

59 5 3
                                    

----------

02:35 AM

Netha yang kini sudah berada di bandara dengan dua koper yang ia bawa dan ransel hitam kecil yang berada di punggungnya

Gadis itu menghembuskan nafasnya kecil saat melihat jadwal keberangkatan pesawat nya akan tiba sebentar lagi.

"Semuanya sudah lengkap?", tanya Daren yang kini tengah berdiri di dekat gadis itu dengan Miranda di sampingnya

Netha menggangguk sekilas

Sangat terlihat suasana canggung diantara ketiganya, apalagi dengan Miranda yang sejak awal perjalanan tidak begitu banyak bicara kepada Netha, namun jujur saja dalam benak wanita itu, ia sangat tidak ingin Netha pergi sejauh ini, namun di sisi lain rasa kecewanya pada Netha juga begitu besar.

Melihat jam keberangkatan pesawat yang ia pesan untuk Netha sebentar lagi tiba, Daren kemudian mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya kepada Netha

"Ambilah ini, jika uang dalam kartu ini habis katakan saja"

"Belajar lah dengan baik disana, jangan memikirkan Janendra lagi", ujar pria itu yang hanya ditanggapi dengan anggukan singkat dari Netha sebelum akhirnya gadis itu melangkahkan kakinya menuju waiting room, meninggalkan Daren dan Miranda dengan pandangan mereka yang tidak lepas dari Netha hingga akhirnya gadis itu benar-benar hilang di balik kerumunan tersebut.

.
.
.
.

Di dalam pesawat, Netha hanya tampak murung sejak awal pesawat tersebut lepas landas, sungguh pikirannya sangat kacau saat ini, yang bisa ia pikirkan saat ini hanya Janendra, namun ia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk sekedar memberitahu Janendra saja ia tidak bisa

Netha menyeka pelan air matanya yang sudah mulai lolos begitu saja dari matanya, perlahan gadis itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela pesawat tersebut dengan hatinya yang terus berharap agar Janendra baik-baik saja saat ini dan nanti.

--------------

Pagi harinya, terlihat Janendra yang baru saja kembali setelah selesai menangani masalah yang ada di pembangunan, laki-laki itu melangkahkan kakinya dengan gontai menuju kamar Netha

Sepertinya Janendra sungguh tidak bisa melepaskan Netha dari pikiran nya, bahkan laki-laki itu memilih untuk langsung pulang setelah menyelesaikan urusannya daripada bermalam disana, dengan harapan agar dirinya bisa melihat Netha kembali dengan secepatnya

Namun saat Janendra membuka pintu kamar gadis itu, laki-laki itu mengerutkan keningnya bingung saat mendapati kamar Netha yang tampak kosong, bahkan beberapa barang yang biasanya ada di kamar tersebut juga tidak ada

'Tidak mungkin dia keluar sepagi ini kan', batin Janendra penuh tanda tanya saat ini

Dengan perasaan yang was-was Janendra masuk ke dalam kamar tersebut dan berusaha mencari keberadaan gadis itu di setiap sudut kamarnya

Di saat Janendra tengah berteriak memanggil manggil nama Netha, datang seorang asisten rumah tangga di rumah tersebut, wanita paruh baya itu kemudian menghampiri Janendra

"Tuan muda, nona Netha sudah pergi", ujar wanita tersebut

"Pergi kemana?", tanya Janendra dengan perasaan yang sudah tidak enak

"Saya tidak tau, saya cuma lihat tuan dan nyonya tadi mengantar nona Netha dengan membawa dua koper besar, jam 2 dini hari tadi", jawab wanita itu yang membuat hati Janendra seakan runtuh saat ini.

Dengan cepat Janendra langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan memanggil kontak Netha beberapa kali dari ponselnya, namun sama sekali tidak ada jawaban

Dengan perasaan yang semakin kalut, Janendra segera melangkahkan kakinya menuruni tangga, namun saat melewati ruang tengah laki-laki itu melihat Daren yang tengah duduk santai dengan koran di tangannya, Janendra seketika mengepalkan tangannya kuat, saat kini ia menyadari semua ini sudah direncanakan pria itu untuk memisahkan dirinya dan Netha

Namun tidak ingin memperdulikan pria itu lebih lama lagi, Janendra kembali melangkahkan kakinya untuk keluar dari rumah tersebut dan menancap gas mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke bandara, dengan harapan agar ia bisa mendapatkan sedikit petunjuk tentang keberadaan Netha saat ini.

Setelah sampai di bandara yang ada di kota tersebut, dengan cepat Janendra segera mecari Flight Information Display System yang ada di bandara tersebut, setelah berada di depan FIDS tersebut Janendra menghembuskan nafasnya gusar saat melihat banyak penerbangan yang ada di jam 2 sampai 3 dini hari tadi

Dengan berat hati Janendra melangkahkan kakinya keluar dari bandara tersebut tanpa mendapatkan petunjuk yang berguna.

Kalaupun ia bertanya pada petugas bandara tersebut, hasilnya juga akan percuma, karena sudah pasti mereka akan tutup mulut karena ayahnya, Daren

Bagaimanapun juga, tidak mungkin ia bisa melawan kekuasaan ayahnya.

Setelah beberapa saat Janendra mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan tidak tentu arah dengan matanya yang sudah berkaca kaca menahan air matanya, akhirnya kini mobil laki-laki itu berhenti di sebuah club

Saat Janendra memasuki club tersebut, ia hanya menatap lurus dengan pandangan kosongnya tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya

"1 botol vodka", ujar Janendra yang kini sudah duduk di depan bar counter pada seorang Bartender yang tengah menjaga Bar tersebut

"Anda yakin?", tanya bartender tersebut memastikan, karena bagaimana pun juga vodka yang mereka jual adalah vodka dengan alkohol di atas 90%, meminum vodka tersebut beberapa shots saja sudah bisa membuat mabuk, apalagi jika laki-laki ini benar-benar meminum 1 botol tanpa campuran

Namun Janendra tanpa sepatah katapun laki-laki itu langsung menyodorkan sebuah kartu pada bartender tersebut

"Cepat gesek lalu sajikan apa yang saya minta", ujar Janendra sekilas

Sedangkan Bartender tersebut hanya bisa menarik nafasnya pelan, sebenarnya ini sedikit melanggar SOP kerjanya, namun melihat kartu VVIP yang dikeluarkan oleh laki-laki di hadapannya, jika sampai laki-laki itu protes mungkin akan terjadi masalah lebih besar padanya.

Setelah Janendra meminum shot demi shot vodka tersebut hingga kini tampak sudah lebih dari setengah botol vodka yang Janendra habiskan

"Isi lagi", ujar Janendra dengan suara serak nya sambil menyodorkan shot glass nya pada sang bartender

Bartender tersebut hanya bisa menuruti permintaan Janendra dan terus menuangkan vodka tersebut ke dalam gelas laki-laki itu, namun jujur saja kini ia sedikit khawatir saat melihat keadaan laki-laki di hadapannya yang sudah terlihat mabuk dan sangat kacau

'Orang gila, dia bisa mati overdosis kalau benar-benar menghabiskan satu botol vodka ini sekaligus', gerutunya dalam hati

Setelah meneguk gelas terakhir vodka yang ada di tangannya, kini laki-laki itu mulai merasakan sakit luar biasa pada perutnya dan merasakan pandangannya yang mulai kabur

Baru saja Janendra akan berdiri dari duduknya, namun tiba-tiba pandangan laki-laki itu menjadi gelap seketika, dan...

Bughhh

Laki-laki itu kini jatuh pingsan begitu saja yang membuat bartender tersebut dan beberapa orang yang berada di dekat Janendra langsung mengerumuni laki-laki itu.

-----------

𝐭𝐨 𝐛𝐞 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐢𝐧𝐮𝐨𝐮𝐬.

𝐉𝐚𝐧𝐞𝐧𝐝𝐫𝐚 || Step Brother(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang