Masa remaja adalah masa yang paling penuh warna. Dimana waktunya manusia untuk mencoba banyak hal baru. Diantaranya adalah soal percintaan dan belajar untuk menjadi dewasa.
Dalam remaja hal percintaan adalah hal yang paling menyenangkan. Namun, sek...
Malam yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Ballroom megah di hotel Grand Imperial telah dipersiapkan dengan sangat elegan untuk menjadi saksi kemeriahan Prom Night, puncak Perayaan Ulang Tahun Sekolah yang sudah lama dinantikan oleh semua siswa. Ballroom tersebut dihiasi dengan lampu kristal yang berkilauan, meja-meja yang ditutupi kain sutra mewah, serta rangkaian bunga yang mengeluarkan wangi harum di seluruh ruangan. Segala sesuatu tertata sempurna, berkat tangan ahli dari sang pemilik hotel, yang tak lain adalah ayah dari Yixiao dan Lixue. Namun, di balik semua itu, di rumah keluarga mereka, dua kakak beradik tersebut masih terlibat perdebatan kecil.
"Jiejie ga boleh pergi sama Zeyu! Kalau jiejie sama dia, nanti aku gimana? Aku sendirian dong!" rengek Lixue dengan nada memohon, matanya sedikit basah karena frustasi. Ia berdiri dengan gaun berwarna kuning yang elegan, namun sikapnya yang kekanak-kanakan membuat keanggunannya memudar seketika.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Lixue)
Sementara itu, Yixiao dengan tenang berdiri di depan cermin, memperbaiki letak gaunnya yang berwarna pink muda.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Yixiao)
Senyum lembut tersungging di bibirnya, ia menanggapi adiknya dengan suara yang penuh kesabaran, "Lixue, kamu kan udah bukan anak kecil lagi. Masa iya, setiap kali ada acara besar, harus sama jiejie terus?"
Lixue mengerutkan alisnya, bibirnya mengerucut seperti seorang anak kecil yang tak mendapatkan permen kesukaannya. Wajah yang baru saja dirias oleh make-up artist terbaik pun kini terlihat kusut dan jauh dari kesan anggun. Dengan suara lirih namun penuh ancaman, ia berkata, "Kalau gitu, aku bilangin papa! Biar papa larang jiejie pergi sama Zeyu."
Yixiao terkekeh pelan mendengar ancaman itu. Ia menggeleng pelan sambil memandang adiknya, merasa gemas dengan tingkah kekanak-kanakan Lixue. "Papa udah tau, kok," jawabnya, tetap dengan senyuman tenang di wajahnya.
Mata Lixue membesar karena terkejut. Ia tak menyangka bahwa ayah mereka, yang terkenal sangat protektif, terutama terhadap laki-laki yang mendekati anak-anak perempuannya, ternyata sudah menyetujui kedekatan Yixiao dengan Zeyu. "Papa setuju? Kok bisa?"
