Buk!
Tes.. tes..
Darah menetes di lantai berasal dari lengan Shotaro yang terkoyak. Ia menekannya agar tak menetes kembali namun luka didapat nya terlalu dalam, ditambah lebam dan luka lama ditubuhnya yang tak terawat membuat suhu tubuhnya langsung naik.
Nafasnya memburu begitu pula detak jantungnya yang mulai melemah. Remang cahaya kini menjadi semakin gelap. Tubuhnya ambruk dihadapan pria yang akan menjadikan nya anak angkat.
Mata itu melirik sosok pemuda itu kemudian mengangkat nya dengan lengan kekarnya sekali angkat ia meletakan tubuh Shotaro keatas ranjang. Bawahannya datang membawa perawat sekaligus ibu asuh Sarada.
"Kau melakukan hal kotor pada seorang anak kecil lagi?"
"Lagi? Kapan aku melakuk-"
"Mitsuki terkahir kali kau buat patah tulang dan mendapat tiga jahitan di kepala nya."
"Beda."
"Huh?" Karin berhenti dengan aktifitas nya dan menatap aneh bos-nya.
"Darahku dengan orang biasa. Kau tak dapat menyamakan nya."
Karin berpikir keras dengan ucapan bosnya dan terkesima melihat wajah pemuda yang kini tak sadarkan diri. "Jangan bilang, dia punya anak dari wanita lain lagi? Haha... untunglah aku tak tergiur dengan wajah nya saat pertama kali bertemu."
.
.Hari itu, seperti biasanya. Aku hanya mengantar pesanan bunga milik orang lain. Dan juga bertemu dengan seorang yang kemarin pernah berkelahi dengan ku. Alasannya, aku membantu anak yang dia hajar habis-habisan. Dia membawa satu geng nya untuk membalas ku.
Benar, aku akan kalah telak karena hanya satu lawan lima orang. Tapi, mundur pun tidak akan menyelesaikan masalah. Mereka akan terus mengusik kehidupan ku.
Jika ibu tahu, itu hal yang akan bermasalah besar.
Sekeras apapun aku melawan. Mereka bisa mengeroyokku dan menarik ku masuk kedalam lingkaran mereka.
"Hey..! Satu lawan lima? Apa kalian nggak malu?" Suara seseorang dengan bahasa asing terdengar.
"Hahaha.. lihat apa kau ja**a*g kecil. Kau juga mau ikutan, hm?"
Shotaro Akir dapat melihat wajah dari suara tadi. Mata mereka bertemu. Dan perempuan itu tersenyum kearahnya. Tangannya memberi kode. Shotaro bingung berusaha bangkit namun tersungkur karena kaki anak lain menjegal nya.
"Come on boy, time is running out."
Shotaro kembali bangkit dan berusaha menghampirinya. Tangannya menyambut Shotaro dan menepuk pundaknya.
"Ya, begini maksudku." dengan bahasa Mandarin. "Mitsuki! Urus mereka." perintah nya pada laki-laki yang entahlah sejak kapan berada di belakang para geng anak tadi.
"Baiklah, Sarada."
Shotaro tertegun melihat anak laki-laki yang dipanggil Mitsuki tadi menghajar segerombolan dengan tanpa pandang bulu. Seperti robot tanpa perasaan, ia memelintir tangan bahkan mematahkan tulang yang terdengar dari tempatnya.
"Are you okay?"
"Kau bisa bicara bahasa ku."
Sarada menutup mulutnya. "Oups! Benarkah?" dengan bahasa Mandarin. "Baiklah baiklah, ayo, obati lukamu terlebih dahulu."
Shotaro meringis. Sarada semakin menekan nya.
"Kau psikopat ya? ..ssstt."
"Hm, kalau tak tahan sakit. Mengapa kau melawan mereka. Bahkan berkali-kali."
"Hm?" Daisuke menggeser posisi duduknya. "Kau, dari mana kau tahu?" Walaupun dia sering berkelahi tapi jarang dia dikeroyok seperti tadi.
"Lukamu, apa kau bodoh atau bagaimana?"
Apa bekas luka bisa melihat ke masa lalu. Jangan-jangan dia punya kekuatan yang bisa melihat masa lalu dengan menyentuh seseorang?
"Kau jangan berpikir yang macam-macam." Sarada melempar plaster dan obat lainnya didalam plastik ke Shotaro. "Menolong mu bukan tujuan ku yang sebenarnya." Memberikan sebuah amplop merah kemudian Mitsuki datang. Sarada pun bangkit. "Pilihan nya ada ditangan mu."
Seharusnya Shotaro tak menerima undangan itu. Dia juga seharusnya tak menggenggam tangan sosok perempuan yang menolongnya.
"IBU!"
Shotaro terbangun merasakan sakit di lengannya yang diperban. Lukanya terbuka kembali.
"Sudah sadar, hm?" Sarada berdiri tak jauh dari sana. Ia menoleh kemudian berbalik dan berjalan menuju sofa. "Bagaimana? Hari pertama menjadi keluarga ku?"
"..."
"Hm? Menyenangkan? Mendebarkan? Atau menakutkan?"
Shotaro masih bungkam. Ia teringat tujuannya yang sebenernya. Kemudian ia bangkit dari sana.
"Hey, hey, mau kemana kau? Luka mu jadi terbuka."
"Bawa aku ketempat ayahmu berada."
Sarada menahan tawa. "Duh, Papa ku sekarang kan Papa mu." Sarada berhenti dengan candaan nya melihat wajah Shotaro yang serius.
"Ikuti aku." Sarada mengambil perban di meja dan melemparnya. "Tutup luka mu itu. Aku benci melihat darah."
Shotaro menurut dan membalut lukanya itu di sepanjang perjalanan nya dengan setengah jas yang menutup sebagian tubuhnya.
Klek!
Sarada menunjuk pintu dibukanya dengan dagu. Kemudian berbalik pergi.
Begitu masuk kedalam. Shotaro menemukan pria yang menjadi ayah angkatnya dan pemuda berambut putih yang tadi menolongnya.
"Hmh.. keluarlah Mitsuki."
"Baik, tuan." patuh Mitsuki berbalik menuju pintu, ia tersenyum ke arah Shotaro sebelum menghilang dibalik pintu besar dibelakangnya.
"Katakan tujuan mu kemari."
"Temukan ibuku."
"Disini bukan tempat penitipan barang hilang."
Shotaro melempar kalung liontin yang menggantung dilehernya. Sasuke menangkap nya dan membuka. Ia mengembalikan nya pada Shotaro.
"Lalu?"
Shotaro meremas liontin itu. "Apa kau manusia?"
"Hn."
Shotaro terduduk. "Kumohon, temukan ibuku. Dengan begitu. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan seperti boneka."
Sasuke sedikit tertarik dengan ucapan Shotaro. "Mengendalikan mu?"
"Apapun itu."
Sasuke berjalan mendekat menariknya bangkit dan memeluknya. "Selamat datang..."
JEDARR!!
".. Okaeri Shotaro."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Short StorySebuah kesalahan terjadi mendatangkan badai besar bagi Sakura yang kehidupan nya tak pernah terselip kata 'bahagia'. Dan dari kesalahan itu, sebuah harapan muncul. Namun, badai dalam hidup nya tak pernah reda. Write by yuna_noodle Disclaimer ©Masash...