15. Mistake [burnt]

70 7 0
                                    


Terik panas matahari begitu panas. Kulit tubuhnya kini tampak lebih gelap walaupun tak begitu mengurangi ketampanan nya. Malah hal itu membuat dirinya semakin eksotis dengan otot-otot tubuhnya yang menambah kesan seksi. Kain yang menutupi dada dan kepalanya dari sinar matahari yang menyilaukan.

Ditengah gurun yang tandus, Sasuke telah tinggal selama kurang lebih sebulan lamanya. Bersama seorang yang menyamar menjadi pria. Benar, Sasuke telah mengetahui identitas Jade semenjak ia membawanya dari kapal tentunya.

"Apa kau sudah mengisi airnya?"

Kendi di sudut sana membuat Sasuke bekerja di siang panas.

Jade menahannya. "Saat keadaan jahitannya pulih, aku akan mengambilnya untukmu."

"Tak perlu." Karena tak lama lagi dirinya akan meninggalkan tempat ini.

Jade termenung di sana memperhatikan dari tempatnya Sasuke memompa air. Angin berhembus meniup kain dari kepalanya dan memperlihatkan sebagian tubuh bagian atasnya yang basah oleh keringat.

Mengalihkan pandangan, Jade merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dirinya. Setiap melihat Sasuke, tubuhnya seperti disedot oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Duk..

Meletakan kendi air terbuat dari tanah itu kembali ke tempatnya. "Pergilah ke dapur dan bawakan makanan."

Jade menahan Sasuke sebelum masuk. "Kau bisa menghubungi orang mu dengan telepon di ruangan itu." tunjuk Jade ke tempat dekat dapur berada.

Sasuke kembali dibuat bungkam. Sebenarnya ia sudah menghubungi bawahannya sejak seminggu lalu dan sekarang mungkin anak buahnya dalam perjalanan.

"Akan ku coba."

Suatu pagi yang tenang, Sasuke disadarkan kembali. Wanita itu ternyata selangkah lebih awal meninggalkan tempat itu tanpa salam perpisahanq, seperti sebelumnya.

.
.

Namun takdir tak disangka membawa mereka untuk bertemu kembali yang ketiga kalinya.

Wanita itu kini berada di depannya dengan keadaan kacau. Tubuhnya tak dapat terkendali, dengan liar bermain kasar pada Sasuke.

Tubuhnya yang panas bersamaan dengan ciuman ganas menarik tubuhnya bersama Sasuke ke atas ranjang.

Malam itupun terjadi.

Sasuke seperti sebelumnya. Ditinggalkan seorang diri dengan keadaan tak mengetahui sebenarnya yang menimpa perempuan yang telah merenggut malam nya.

.
.

Proyek gudang ekspor Taka telah disetujui. Tentunya, berkat bantuan seseorang dirinya dapat mendapatkan nya. Bukan sesuatu yang didapat secara cuma-cuma, hal setimpal Sasuke akan bayar telah disepakati.

Dengan adanya gudang miliknya sendiri. Seluruh pergerakan nya akan memudahkan transaksi.

"Sarutobi mulai bergerak mengambil alih beberapa kiriman dari Rusia semenjak sebulan terakhir. Sekarang, pihak Rusia dengan barangnya.." terdengar helaan nafas. "..."

Sasuke membalik kursinya. Wajah rupawan nya tampak lebih datar dari biasnya. Hari itu dirinya sedang terlanjur memiliki mood tak bagus.

"Undang Sarutobi tua itu untuk makan malam."

.
.

Pria tua dengan banyak kerutan diwajahnya menatap sebuah potret keluarga.

"Chiyo. Dia mirip seperti mu. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Hanya bisa melepasnya, seperti kau yang memilih untuk meninggalkan rumah waktu itu." Tatapannya sendu melihat foto tiga anak yang tersenyum di sana dengan pelampung. Salah satu diantaranya adalah Sakura, cucu dari saudari nya yang menjadi yatim piatu setelah insiden kecelakaan dua puluh tahun yang lalu.

Sebuah arsitektur bangunan kayu dengan empat ruangan terdapat meja kecil di tengahnya untuk sajian teh, duduk dua pria sebagai ketua kelompok membawa kewibawaan masing-masing dibalik pintu pembatas. Sasuke berada di sisi kanan sedangkan ketua Sarutobi di sisi kiri. Ruangan lain diisi bawahan mereka dengan siaga.

Tak—

"Kau sudah mendengarnya kan?" Hiruzen menutup matanya, menunggu jawaban dari ruang sebelah.

Tangan Sasuke mengisi cawan. "Persetujuan yang kami buat.. kau malah mengambilnya."

"Rupanya tidak."

"..."

"Hah.. membuang waktu saja."

Stak—

Sasuke menggeser pintu Hiruzen melangkah masuk duduk dihadapan nya, menuangkan teh kedalam cangkir kosong.

"Penghianat."

Cangkir itu meluap dan suara ribut diluar membuat Hiruzen bangkit menuju anak buahnya.

"Kau—" Hiruzen terbelalak melihat seluruh anak buahnya tumbang.

Tersisa hanya satu orang namun dengan sekali tembakan dari Sasuke genap sudah menghabisi seluruh nyawa manusia didalam ruangan.

Hiruzen kini mengerti, mengapa Sasuke dengan cepat mengambil alih wilayah di Kyoto.

"Kau akan menyesalinya—"

Dor!

Hiruzen tumbang sebelum menyelesaikan ucapannya dengan lubang di dadanya.

"Kembali." Dengan satu perintah seluruh bawahnya keluar, kembali kedalam mobil mereka masing-masing.

Mereka meninggalkan satu orang yang bersembunyi di loteng atas sana sedari awal menyaksikan adegan berdarah dengan mata kepalanya sendiri.

Matanya menangkap pergerakan dari seorang terakhir tertembak.

".. to..long..."

Pria berambut hitam itu melompat turun bergegas menuju ke Hiruzen setengah sadar.

Kini keduanya baru sadar saat keluar dari bangun kalau mereka akan benar-benar terkurung dalam kobaran api yang kian membesar.

Hiruzen menunjuk sebuah semak-semak rimbun. Di sana terdapat lubang anjing yang cukup dimasuki orang dewasa.

"Tolong bertahanlah." ucap pria itu kepada Hiruzen.

.
.

Setelah hari itu, perasaan Sasuke tidak enak. Apa lagi mendapatkan laporan bahwa jasad Hiruzen tidak ditemukan di lokasi kebakaran.

Ia yakin ada yang mengganjal. Sesuatu seperti ini tidak biasnya terjadi pada Sasuke.

Ia pun mengunjungi klub milik kenalan nya, memyewa kamar hotel dan datanglah gadis untuk melayani nya.

Namun sebuah ingatan yang harusnya sudah dirinya lupakan muncul begitu saja. Membuat Sasuke enggan melakukan hal itu malam ini.

Hujan di luar begitu deras. Kilat cahaya menerangi wajahnya di balik kabut kebingungan terpampang jelas.

Malam itupun hujan. Suhu dingin dari pendingin ruangan membuat ruangan semakin dingin, namun kulitnya yang terasa panas begitu bersentuhan langsung membuat Sasuke bergairah.

Wajahnya tak bisa dilupakan, apalagi dimalam itu dengan rambut merah mudanya yang berantakan. Kemejanya tampak tak beraturan dengan tiga kancing teratas nya sudah tak mengait memperlihatkan bra merah menutup payudara dibalik sana. Penampilan nya begitu seksi di mata Sasuke.

Tatapannya seperti meminta tolong namun, berbeda dengan saat di kapal. Tangannya meraih leher Sasuke dan menempelkan bibir lembab nya dengan bibir Sasuke.

Merasa diberi tanda, lumatan demi lumatan berhasil membawanya masuk ke dalam kamar. Tubuhnya menggigil, tersentak dengan perlakuan  Sasuke berikan padanya. Pria yang biasnya kasar itu kini dengan halus membelainya dimalam yang takkan pernah terlupakan.

TBC

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang