Aku tahu, keberadaan ku pasti akan ditemukan. Tapi, tidak terpikirkan dengan keadaanku yang seperti ini.Perutnya yang membesar membuat pergerakannya semakin melambat.
Ukh..
Peluh membanjiri kening. Sakit yang teramat, tak dapat di tahannya lagi. Sakura menyumpal mulut nya dengan kain dibawah jembatan kumuh ia berusaha menahan tangis.
Demi menghindar dari kejaran orang suruhan dari orang itu. Sakura rela mempertaruhkan nyawanya, tapi ia tidak dapat membuat anak-anak nya dalam bahaya.
HAAAH!
Menyakitkan. Sakit sekali. Siapapun, kumohon... selamatkan anakku.
Tangannya berusaha membuatnya bangkit untuk mendaki tanah dan menarik tubuhnya yang sudah tak dapat lagi berjalan.
"Astaga! Ya tuhan! Nyonya, Anda harus segera ke rumah sakit! Anda akan melahirkan."
Suara seseorang menyadarkan nya kembali. Sakura kembali sadar dan menarik tangan wanita itu.
".. heuk. ... bantu. Kumohon, anakku." Kepalanya menggeleng.
"Tapi Anda harus ke rumah sakit-"
Sakura kembali menggeleng dan menarik nya. Suaranya tak dapat keluar hanya bisa merintih sakit yang teramat.
Wanita tadi pun akhirnya membawanya pulang kerumahnya.
"Anda harus sadar! Pintu pembukaan nya belum terbuka lebar! Apa Anda akan menyerah, HA!? Lebih kuat!"
Sakura mengejan dengan kuat di sela-sela nafasnya yang terengah-engah.
Wanita itu menangis. Ini sudah lama namun Sakura yang tak dapat membuka persalinan membuat nya kebingungan. Dirinya pun bangkit mengambil tindakan.
"Saya tahu ini akan sangat menyakitkan karena itu, mohon di tahan. Saya bukan bidan, saya juga bukan dokter. Karena itu, mohon tahan lebih lama." Tangannya mengambil pisau bedah yang telah disterilkan.
Perlahan dengan pasti ia memulai membedah perut Sakura.
Oee-
Oeekk-
Suara tangis bayi terdengar. Rasa sakit yang teramat terobati dengan suara tangisan bayi.
"Ah, tidak... tidak.."
Salah satu bayi yang terakhir tak menangis, disaat bayi lainny menangis dengan suara yang lemah.
"..hah. ada apa?" Sakura masih setengah sadar meminta bayinya digendong.
Sakura tersenyum melihat bayi yang ia nantikan akhirnya lahir. "Sarada, mama sangat bahagia.. kamu datang menemani mama yang sendirian. Malaikat kecil mama, Sarada.." Sakura langsung tak sadarkan diri dengan bayi diperlukan nya.
..oee..
..Oeek-
Wanita tadi dengan satu rekannya dibuat kaget. Dengan gemetar takjub salah satu dari mereka mengambil alih bayi dalam pelukan Sakura ke tempat lain. Rekannya yang telah menyelesaikan jahitannya pada Sakura pun menangis.
"Keajaiban, ini adalah keajaiban.."
Dua bayi kembar tak seiras lahir di malam badai. Sang ibu tak sadarkan diri selama dua hari akhirnya sadar dihari ke-tiga. Sakura menangis begitu memberikan ASI pertamanya pada ke-dua anak kembar nya.
"Sarada?" Hanya Sarada yang tak bergerak saat itu membuat Sakura histeris.
Namun, takdir berkehendak lain.
"Dia harus dirawat dengan peralatan canggih. Hidupnya bertahan sampai sekarang, adalah suatu keajaiban." ucap wanita yang membantunya melahirkan.
Sakura menatap sendu Sarada dan memutuskan untuk mempertahankan Sarada. Walaupun ia akan menjadi orang asing bagi Sarada untuk kedepannya atau bahkan untuk selamanya.
Untunglah, biarawati yang menolongnya. Mereka sangat baik sekali membiarkan Shotaro di sana dan menjaganya saat dirinya pergi untuk menolong nyawa Sarada. Mereka tak segan-segan memberikan uang pada Sakura untuk pergi ke kota.
Benar, ini adalah tempat orang itu tinggal. Ayah Sarada dan Shotaro. Pria yang aku tinggalkan dan orang yang harus dilupakan.
Hujan mengguyur kami dari stasiun sampai kami tiba di rumah besar ini.
"Katakan pada tuan kalian. Aku memiliki darah dagingnya. Jika dia tidak datang. Katakan kalau dia pasti akan menyesalinya." ancam Sakura pada pria bertubuh lebih tinggi darinya.
Sakura memeluk Sarada agar tetap hangat dan membisikan kata-kata menenangkan agar Sarada tak rewel. Karena air hujan mengguyur mereka sepanjang hari disaat menunggu sosok ayah Sarada.
Pria itu pun menampakkan dirinya disaat matahari hampir terbenam.
"Apa mau mu." Matanya yang tajam seperti akan menguliti nya hidup-hidup.
Namun Sakura tak takut, ia mendekat dan menyerahkan Sarada yang terbungkus kain dengan perlahan.
"Anak ini adalah anak mu." Tatapannya kosong dengan wajah kusut seperti mayat hidup. "Berikan aku uang, maka aku takkan muncul di sekitar mu lagi."
"Baiklah." Sasuke memberikan kode pada anak buahnya dibelakang.
Sakura mendekat kan dirinya "Sarada adalah anakmu. Jaga dia baik-baik, hanya itu saja pesan terkahir ku." bisik Sakura ditelinga Sasuke.
Sasuke mengangguk kemudian anak buahnya memberikan tas. "Jangan pernah kembali lagi." Katanya dengan nada dingin yang membuat Sakura langsung menarik tas tersebut dan meninggalkan tempat itu tanpa berbalik ke belakang.
Air matanya tak berhenti membasahi pipinya. Ia tak dapat lagi bertemu dengan putri kecilnya, malaikat kecilnya yang berharga.
"Shotaro, kamu akan menemani ibu selamanya kan. Iyakan sayang? Ibu sayang Shotaro selamanya.. hiks... jangan tinggalkan ibu ya, nak.. hiks.."
Kini mereka berdua menjalani hidup dimana keberadaan mereka takkan diketahui oleh dunia.
Biarawati menghampirinya. "Tenangkan dirimu terlebih dahulu. Anakmu bisa sedih melihat mu yang begini." menarik Sakura kedalam pelukan.
Sakura hanya dapat menangis didalam pelukan sang biarawati.
"Suster, saya akan tinggal disini dan ikut membantu melayani Gereja."
"Itu terserah kamu. Mau tinggal menetap sekalipun, kamu akan selalu diterima."
Shotaro tumbuh dengan baik di sana. Sakura pun perlahan mengobati hatinya yang meninggalkan Sarada dan fokus mengurus Gereja.
Dua tahun ia jalani, akhirnya dirinya memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat yang damai itu.
"Kamu bisa kapan saja mampir. Saat Shotaro sudah tahu arah jalan. Kembalilah, ini adalah keinginanku sebagai ibu baptis nya." Sang biarawati mencium kening Shotaro dalam gendongannya.
"Terimakasih atas semuanya. Saya tidak bisa membalas nya, semoga di masa depan saya dapat membalasnya. Saya akan sangat senang sekali bisa membantu Anda."
"Sakura." Biarawati memeluk Sakura. "Kamu sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri. Ingatlah, kalau kamu tidak sendirian lagi, lihatlah Shotaro. Dia memiliki ibu seperti kamu, pasti dia sangat bahagia sekali."
Sakura melambaikan tangan ke arah biarawati begitu bus nya mulai melaju. Shotaro dalam gendongannya terlelap karena kelelahan. Sakura mencium pipinya yang tembem dan tersenyum.
Hidupnya kini akan berakhir bahagia. Ya, karena ada Shotaro disisinya.
Dan, Sarada yang hidup bahagia di sana.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Short StorySebuah kesalahan terjadi mendatangkan badai besar bagi Sakura yang kehidupan nya tak pernah terselip kata 'bahagia'. Dan dari kesalahan itu, sebuah harapan muncul. Namun, badai dalam hidup nya tak pernah reda. Write by yuna_noodle Disclaimer ©Masash...