Hari-hari berlalu dengan tenang, Sarada kini tengah memetik anggur di perkebunan milik Kushina. Tubuhnya tercium aroma anggur yang segar. Ini terjadi karena Kushina yang tak mau di pisahkan dengan cucu laki-o Dirinya pun ikut memeras anggur secara tradisional mengunakan kaki. Itu pengalamannya pertama nya memeras anggur dengan kaki sekaligus menjahili Boruto.Pakaian pria itu penuh warna merah berasal dari cipratan anggur yang Sarada sengaja cipratkan.
Boruto hanya pasrah dengan perlakuan tunangannya itu. Namun di mata Kushina itu sungguh masa-masa muda yang mendebarkan, andai Kushina tahu, mungkin akan hilang semua anagn-angannya menimang cicit. Kebenaran nya adalah dua orang di dalam pandangan nya sedang tidak berada di dalam sebuah hubungan romantis, melainkan hubungan perjanjian yang disepakati oleh dua belah pihak.
Hal itu terjadi satu tahun silam. Saat Sarada diajak makan malam bersama ayahnya di sebuah resto. Awalnya dia melahap semua ya datang namun, tiba-tiba pintu terbuka tepat suapan sushi terakhirnya.
Boruto masuk ke dalam ruangan kemudian duduk berhadapan dengan Sarada.
"Baiklah, kalian akan bertunangan." ucap Sasuke atnpa basa-basi.
Uhuk-
Sarada kaget tentunya melototi papanya tidak percaya, sedangkan yang dipelototi meneguk anggur dan kembali melanjutkan kalimatnya. "Namun itu akan terjadi, setelah Sarada lulus sekolah. Dan dari pihak Uzumaki, mereka telah memberitahu mu bukan?"
Boruto mengangguk, ia mengambil sesuatu dari koper yang ia bawa tadi. "Proposal dan surat dari ayah ada didalam." Tatapannya bertemu dengan mata Sarada yang menatapnya kesal. "Bisakah kami memiliki waktu untuk berdua?"
Sasuke menghela nafas kemudian bangkit, tangannya mengelus Surai hitam Sarada sebelum melangkah menuju pintu.
Blam..
Kini keduanya ditinggalkan sendirian. Boruto berdeham. "Jadi, mari kita perkenalan terlebih dahulu -"
"Sarada." potong Sarada.
"Hmm, Boruto Uzumaki. Kita mungkin akan sering berjumpa."
Sarada menggebrak meja. "Hentikan."
Boruto bertanya-tanya apa yang sebenarnya Sarada pikirkan.
"Ayo hentikan hal ini setelah usiaku dua puluh lima tahun."
"Mengapa?"
Sarada menatapnya kemudian membuang wajah. "Kau takkan tahu apa yang akan terjadi pada hidup orang dengan penyakitnya."
Boruto terdiam membisu. Ia dapat melihat pundak Sarada yang bergetar. "Baiklah terserah. Aku tak perduli, mau itu dua puluh lima tahun atau empat puluh tahun sekalipun. Tapi, kalau kita sampai menikah, kau tak bisa melepasnya begitu saja."
Sarada menggigit bibir bawahnya. Ia hanya tak mau membebani orang tak bersalah dalam hidupnya. Usianya tak akan menjamin kebahagiaan yang dia berikan.
"Baiklah." Sarada bangkit menuju pintu keluar. "Ngomong-ngomong, kalau kau punya wanita lain saat kita sudah resmi bertunangan, itu tak akan memberatkan ku. Tapi..." Sarada berhenti kemudian menoleh. ".. jangan sampai pernah ada anak haram."
Tak-
Hah... Apa yang ayah pikirkan? Hanya untuk menjamin nyawa satu orang, menyangkutkan urusan dalam?
Boruto menatap pintu yang tertutup kemcang tadi kemudian menghela nafas lelah.
Anak itu..
Boruto tahu betul tatapannya saat bertemu dengan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake
Short StorySebuah kesalahan terjadi mendatangkan badai besar bagi Sakura yang kehidupan nya tak pernah terselip kata 'bahagia'. Dan dari kesalahan itu, sebuah harapan muncul. Namun, badai dalam hidup nya tak pernah reda. Write by yuna_noodle Disclaimer ©Masash...