19. Mistake [Boruto grandma]

67 7 0
                                    


Sarada dibuat takjub lagi dan lagi oleh apa yang ada didalam rumah yang dipadu gaya moderen di hadapannya. Sangat-sangat luas untuk sebuah rumah, ini bisa disebut mansion.

Kluk..

"Astaga! Yang ku tunggu-tunggu akhirnya sampai juga!"

Seorang wanita berambut merah berlari ke arah Boruto dan langsung memeluknya kemudian menghujaninya ciuman.

"Berhenti melakukan nya, Nek. Lihatlah Sarada akan meledekku habis-habisan nanti."

Memindahkan Boruto ke arah lain. Kushina tersenyum riang seperti mendapatkan hadiah begitu melihat Sarada di sana.

"Halo Nenek, perkenalkan saya Sarada tunangan Boruto."

Puk—

Kushina menarik tangan Sarada. "Aduh, jangan malu-malu begitu! Aku tak percaya pria dingin sepertinya memiliki putri secantik dirimu, hm.. pasti kamu mirip dengan ibu mu kan? Iya kan?"

Mimik wajah Sarada langsung berubah dingin. Kushina yang tadinya ingin menggodanya merasa bersalah atas apa yang ia katakan. Mata ungunya menoleh ke arah Boruto dengan wajah bersalah.

".. ah, iya pokoknya kalian bersenang-senang lah, ya? Aku ada pekerjaan yang harus diurus. Boruto yang akan mengantar Sarada dan teman putih nya ke kamar." Matanya berkedip pada cucu laki-laki nya kemudian melangkah pergi sedikit tergesa.

Bukannya dia anak perempuan dari wanita bernama Karin itu? Apa kabar itu salah? Aduh!

"Maafkan nenekku yang cerewet. Dia, tidak biasanya kedatangan tamu perempuan seumuran cucunya. Jadi, ah— lupakan apa yang tadi dia katakan."

Sarada hanya diam sedari tadi dari lantai bawah hingga lantai tiga mereka berada sekarang.

"Memangnya, kalau tidak memiliki ibu, apa itu tampak buruk?"

"Huh?" Boruto baru tersadar. "Siapapun tidak akan tahu bagaimana perasaan kita. Kau tahu kan? Aku anak dari wanita lain yang ayahku tiduri saat mabuk."

Sarada yang tadinya menunduk kini menatap Boruto. Dia tak pernah menyangka, kalau pria dewasa sepertinya akan menceritakan hal sensitif seperti itu padanya.

"Ibu ku sekarang, bukanlah ibu kandungku. Tapi, dia merawat ku selama ini. Padahal dia tahu, kalau suaminya tidur dengan wanita lain. Orang-orang merasa itu hal yang sudah biasa. Tapi, buat ku. Aku merasa seperti sesuatu yang seharusnya tak pernah ada.

Apalagi setelah Himawari lahir. Rasanya, apa yang aku dapatkan sebelumnya adalah hal yang seharusnya jadi miliknya." Mata safir itu menatap lekat onyx Sarada, tangan nya menyentuh rambut hitamnya dan mengusapnya.

"Ingatlah, jangan biarkan omongan orang lain membuat mu berpikir negatif. Nah, sudah sampai! Kamar mu di sini." Tatapannya tertuju Mitsuki yang ada dibelakang Sarada yang sudah seperti induk bebek baginya. "Kau itik yang kehilangan induk, ikuti aku."

Sebelum meninggalkan Sarada, Mitsuki menyempatkan tersenyum kepadanya. "Aku akan datang kepadamu setelah ini, Sarada." suaranya yang selalu rendah menenangkan bagi Sarada.

Tak terasa mereka telah berada di Maroko selama seminggu. Tanpa ada kabar dari papanya, Sarada selalu menanti teleponnya. Setidaknya membalas pesan pun tak ada yang terbaca.

Disisi lain Sasuke masuk kedalam rumah dengan pakaian yang penuh bercak darah di sebagian sisinya.

Ia tak menyangka, selama ini dia terlalu jinak dan membuat para sekutunya mengira kalau dirinya telah melunak. Sayangnya, hal itu tentu saja salah besar.

Mereka pikir, karena putrinya membuat hidupnya yang gelap diterangi cahaya. Bukan berarti kegelapan yang ada dalam dirinya hilang sirna begitu saja.

Air dingin membasuh tubuhnya, sembari mengusap rambut dan wajahnya yang masih tersisa cairan amis menempel di sana. Sasuke membuka mata seketika teringat sesuatu hal yang penting terlupakan olehnya.

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang