11. Mistake [worst celebration]

75 10 0
                                    


Malam pun tiba tamu undangan datang bergilir menuju waktu puncak perayaan.

Sang tokoh utama akhirnya menampakkan dirinya menuruni tangga dengan Sasuke menuntunnya hingga anak tangga terakhir.

Mitsuki dibawah sana terpana, ia tak kalah gagahnya dengan Sasuke. Sedangkan Shotaro di pojok sendirian menyaksikan dengan diam.

Suasana gemerlap pesta dimulai begitu alunan melodi diputar. Sarada berjalan meninggalkan tempatnya menuju ketengah ruangan untuk menyapa para tamu.

Perasaan bahagia dicampur hari kini ia rasakan. Begitu pula dengan orang terdekatnya yang menyaksikan Sarada tumbuh hingga sekarang.

"... untuk ibuku Karin, terimakasih sudah-"

Prang!

KYAA!!

Suasana yang nyaman kini berubah menjadi mencekam. Sebuah serangan dari dalam membuat para tamu panik dan gaduh.

Sasuke dengan sigap mengatasinya, para penjaga pun langsung bergerak. Namun, mereka lupa akan satu hal.

Sarada terdorong diantara kerumunan yang berusaha menyelamatkan diri. Dirinya yang tak dapat melawan arah lengah dengan orang yang membawa senjata tajam menuju dirinya.

"Dimana ibu?" Sarada berusaha untuk menemukan rambut merah diantara banyaknya orang.

Tampak Karin di pintu keluar membantu evakuasi para tamu. Sarada bernafas lega setelah melihat Karin baik-baik saja.

"Menyingkir-! Sarada!" Suara Shotaro memperingatinya namun Sarada tak begitu mendengar nya.

Jleb!

Ada seseorang yang memeluknya, saat mendongak ia dapat melihat wajah Mitsuki berbeda dari biasanya.

"Kau akan baik-baik saja, Sara." lirihnya kemudian terdengar suara besi jatuh dan bau amis.

Sarada mengintip dari sela tubuh Mitsuki. Shotaro berlinang darah dengan orang asing disebelahnya tak sadarkan diri.

Mata hijaunya menatap nya dengan tatapan yang aneh.

Mitsuki menutup mata Sarada dan menariknya menjauh. "Kita pergi ketempat yang aman dulu."

"Dia terluka."

"Dia bisa mengatasinya."

Sarada mendorong Mitsuki. "Pergi saja sendiri." Melangkah masuk meninggalkan Mitsuki terdiam ditempatnya.

Sarada menghampiri Shotaro yang tak berdaya di pojokan.

"... pergilah.. sana.. cepat-"

Sruk!

Sarada tak mendengarkan dan memapahnya diantara suara adu tembak ya terjadi.

"Kau kira aku ini apa? Batu? Tembok? Atau iblis?" suara Sarada bergetar.

Shotaro terengah-engah merasakan tubuhnya semakin lemas..

Bruk!

Mereka berdua jatuh. Shotaro mendorong Sarada. "Selamatkan dirimu dulu."

Sarada menggigit bibirnya kesal. "Kalau kau mati, bagaimana denganku?!" Sarada berusaha menariknya bangkit.

Shotaro menggeleng ia benar-benar sudah tak kuat lagi. Darahnya tak berhenti keluar. Lantai disekitar mereka pun mulai memerah.

".. kau yang mirip dengannya.."

"Huh? Bicara apa kau? Jangan melantur."

".. mirip ibu.. ..
mata.. .wajah.."

Sarada tidak mengerti ucapan Shotaro dan masih dengan usahanya membawa Shotaro pergi dari sana.

Greb!

Beban dipundak nya hilang begitu saja.

"Cepatlah, orang-orang mencari kalian." suara seseorang yang Sarada bahkan tidak tahu kalau orang itu akan datang ke acaranya.

Sarada mengangguk dan berjalan mengikuti dari belakang.

Deg!

Nyutt..

"Ukh.. haah.." Tangannya mencengkram dada kirinya.

Kenapa di saat seperti ini.

Ia masih sadar dan kuat menahan nya. Acara ulangtahun ke delapan belas tahun yang sangat tak terduga.

Sasuke tak bisa tenang ditempatnya melihat banyak anak buahnya terluka. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan putri kecilnya. Ia berlari mencari sendiri dan beradu tembak dibantu Mitsuki.

Matanya melihat rambut kuning dan hitam dari kejauhan langsung menarik pelatuknya ke arah musuh menyelesaikan pertarungannya.

"Sara!"

Dimata Sarada kini hanya ada pelukan hangat ayah dan semuanya menggelap.

Sasuke seperti separuh nyawanya tersedot melihat Sarada yang jatuh kedalam pelukannya ditambah Shotaro berlinang darah tak sadarkan diri.

"Semuanya selesaikan tanpa ada sisa- tidak, sisakan beberapa dan bawa ketempat biasnya." perintah Sasuke pada bawahan nya.

Serentak bala bantuan dari pihak sekutu nya datang. Semuanya selesai Deng sekejap. Sedangkan itu Sasuke diperjalanan menuju rumah sakit terdekat.

"Untunglah dia bisa bertahan selama ini. Sepertinya itu harus dilakukan setelah sekian lama." Karin mengelus kepala Sarada.

Sasuke di samping kemudi memijat pelipisnya. "Siapapun itu, takkan kubiarkan begitu saja."

Karin mengabaikannya. "Shotaro, dia dalam kondisi kritis. Jika terjadi sesuatu, itu adalah salah mu! Sebagai orangtuanya-"

"Diam."

Karin tak gentar. "Kau pantas ditinggalkan seorang diri. Berhenti menyeret orang tak bersalah kedalam urusanmu! Banyak nyawa disekitar mu meronta karena dirimu!"

Sasuke berbalik, tangan nya mencengkram kerah Karin dengan kencang. "Berhenti mengoceh. Hanya karena kau berjasa, bukan berarti aku mengampuni mu setelah semua ini."

"Lepaskan Sarada. Dia hanyalah anak biasa. Mengapa kau menjadikan nya bahan taruhan?!"

Sasuke mengendorkan cengkraman nya. Karin menepisnya dan terbatuk-batuk. "Aku yakin. Ini semua karena hal itu. Berhenti berurusan dengan Yakuza. Walaupun kau sudah tak memiliki hubungan dengan mereka?"

Sasuke menyadarkan punggungnya kebelakang. "Kau tahu banyak rupanya. Tak sia-sia aku mempekerjakan mu."

Mobil mereka sampai di lobi rumah sakit. Karin menggendong Sarada dipunggung nya memasuki UGD.

Shotaro di naikkan ke atas bangsal di sebelahnya. Sasuke berdiri di sana sendirian menyaksikan kedua anaknya masuk rumah sakit dengan keadaan yang tidak baik.

"... apa kali ini, juga gagal?" mendongak menatap langit malam yang gelap tanpa bulan dan bintang.

".. Itachi.."

TBC

MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang